e n a m

1.1K 164 16
                                    

Changkyun membuka matanya perlahan. Ia mendengar suara appanya memanggilnya berkali-kali.

"Changkyun-ah. Changkyunie?"

Changkyun mengerjabkan matanya berkali-kali. Berusaha mengingat apa yang terjadi padanya. Kemudian suara appanya terdengar lagi.

"Changkyunie kau tidak papa? Apa masih pusing? Ada yang sakit?" Pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan tuan Im kepada Changkyun. Changkyun menoleh, ia melihat raut khawatir yang sangat kentara di wajah tuan Im, ia kemudian tersenyum.

"Gwaenchana appa, aku tidak papa."

"Syukurlah. Kau pingsan selama hampir empat jam, appa sangat khawatir dan hampir memanggil dokter tadi, tapi untungnya kau sudah sadar," Changkyun terkejut, selama itu dia pingsan?

"Apa yang terjadi Changkyun-ah? Appa mencarimu kesana kemari tapi tak kunjung menemukan batang hidungmu. Saat appa mengecek halaman belakang, appa terkejut menemukan kau pingsan di salah satu bangku di sana," Changkyun terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Karena nyatanya ia sendiri pun tak tahu apa yang terjadi dengan tubuhnya.

"Mungkin aku hanya kelelahan appa. Gwaenchana, appa tidak usah khawatir. Aku baik-baik saja. Sekarang jam berapa appa?"

"Ini sudah jam 7 malam. Ada apa?"

"Jam 7?! Satu jam lagi manager hyung pasti akan sampai appa, aku harus segera berkemas," jawab Changkyun panik.

"Heol secepat itu. Kau bahkan baru sehari di sini Changkyun-ah, apa tidak bisa lebih lama?"

"Mian appa aku tidak bisa. Besok aku sudah harus bekerja," jelas Changkyun sembari beranjak bangun dari tempat tidurnya.

"Akan appa bantu berkemas," Changkyun menoleh kemudian tersenyum kepada appanya.

"Gomawo appa," tuan Im dan Changkyun kemudian mulai membereskan pakaian dan barang-barang Changkyun.

40 menit kemudian semuanya selesai, tak butuh waktu lama karena Changkyun memang tak membawa banyak barang dan pakaian. Tiba-tiba ponselnya berbunyi pertanda ada pesan masuk.

Hyung sudah hampir sampai. Kau sudah berkemas kan Changkyunie?

Ne hyung, aku sudah berkemas. Akan aku tunggu di halaman depan, hati-hati di jalan hyung.

Oke.

"Aku akan menunggu di depan appa. Manager hyung sudah hampir sampai," jelas Changkyun. Tuan Im hanya mengangguk, sedikit tak rela bila Changkyun harus pulang secepat ini.

"Appa jangan khawatir aku pasti akan pulang lagi jika ada waktu," ucap Changkyun menenangkan. Tuan Im langsung memeluk Changkyun dengan erat sembari menganggukkan kepalanya berkali-kali.

'Mian appa, tapi sepertinya aku tidak akan pernah pulang lagi. Kehadiranku di sini hanya akan meresahkan kalian semua,' batin Changkyun sambil mengusap punggung appanya yang sedang ia peluk.

Changkyun melepas pelukannya setelah dirasa cukup. Netranya melihat tas berisi oleh-oleh yang belum sempat ia berikan kepada eomma dan hyungnya maupun appanya. "Ahh aku hampir melupakannya. Appa tolong berikan ini kepada eomma dan hyung. Hanya sedikit oleh-oleh dari Seoul. Aku juga membelikan appa sebuah tas," ucap Changkyun sambil menyerahkan bingkisan itu.

"Gomawo Changkyunie, nanti akan appa berikan kepada eomma dan hyungmu. Kau tidak pamit pada mereka?"

"Tidak usah appa, aku akan langsung pergi. Aku tidak mau terjadi keributan lagi," jawab Changkyun sembari tersenyum, tuan Im hanya mengangguk mengerti. Kemudian mereka berjalan keluar menuju halaman depan.

Hanya sekitar 5 menit mereka menunggu dan manager Shin akhirnya datang. "Annyeonghaseyo tuan Im saya datang untuk menjemput Changkyun," sapa manager Shin sambil membungkukkan badannya dan tersenyum ramah.

"Ne, tolong jaga Changkyun dengan baik. Dia baru saja pingsan selama empat jam tadi," balas tuan Im ikut membungkuk.

"Mwo?!" Kaget manager Shin sambil menoleh ke arah Changkyun, yang ditatap hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Dia hanya terlalu lelah tuan Shin. Sekali lagi tolong jaga dia dengan baik," lanjut tuan Im menjelaskan. Manager Shin segera sadar dari keterkejutannya.

"Ne, tentu saja. Saya pasti akan menjaga Changkyun untuk anda," setelah saling berpamitan Changkyun dan manager Shin langsung menaiki mobil dan pergi meninggalkan kawasan rumah keluarga Im.

Changkyun hanya menyadarkan kepalanya sepanjang perjalanan. Jujur saja kepalanya masih pusing saat ini. Changkyun memutuskan untuk tidur semoga saja nanti setelah ia bangun sakit kepalanya hilang.

^^

"Changkyun, bangun saeng. Changkyun?" Changkyun membuka matanya. Ia melihat keadaan sekitar, sepertinya mereka sudah sampai.

"Sudah sampai ya hyung? Jam berapa sekarang?" Tanya Changkyun dengan suara serak sambil mengucek matanya.

"Sekarang jam 11 malam. Cepat ambil semua barang-barangmu lalu istirahat. Hyung hanya bisa mengantar sampai parkiran, kau bisa kan naik sendiri?"

"Ne bisa hyung, aku akan mengambil barangku. Terima kasih sudah mengantarku, aku naik dulu hyung," manager Shin mengangguk. Changkyun menutup pintu mobil dengan pelan lalu melambai saat mobil manager Shin melaju menjauhi dirinya.

Changkyun berjalan dengan pelan, tubuhnya agak oleng. Kepalanya pusing dan ia mual. Setelah sampai di dorm, ia berjalan dengan cepat menuju kamar mandi dekat dapur yang biasa ia gunakan. Changkyun memuntahkan semua makanan yang ia makan siang tadi dan roti isi yang diberikan oleh sang manager saat perjalanan pulang tadi.

Tubuhnya sangat lemas, ia mendudukkan dirinya di lantai kamar mandi. Tangan kirinya memijat kepalanya sambil sesekali menjambak rambutnya pelan. Ia mencium bau amis, tangan kanannya ia gunakan untuk menyentuh hidungnya.

Ia mimisan. Lagi. Changkyun berusaha bangkit dari duduknya. Membersihkan darahnya dengan cepat. Setengah jam berlalu dan mimisan Changkyun baru berhenti. Tapi kepalanya semakin sakit saja, rasanya seperti mau pecah. Changkyun memutuskan untuk segera tidur. Besok dia harus bekerja, jadwal padat sudah menunggunya.

Changkyun mencoba terlelap di antara rasa sakitnya. Perlahan tapi pasti mata itu tertutup bersama dengan air mata Changkyun yang jatuh menetes.

Yok, yok, yok di vote ;)

Eternal Happiness [END]Where stories live. Discover now