e m p a t

1.2K 163 21
                                    

"Kenapa kau pulang anak sialan?!"

"Yeobo! Kau tidak boleh berbicara seperti itu kepada Changkyun," nada tuan Im sedikit membentak.

"Lihat! Kau bahkan baru menginjakkan kaki 5 detik di rumah ini, tapi sudah membuat keributan. Hari liburku jadi rusak gara-garamu, kajja Changhyunie kita masuk."

"Ne eomma kajja."

Nyonya Im dan putra sulung keluarga Im, Changhyun pergi meninggalkan halaman rumah. Menyisakan tuan Im dan Changkyun yang sedang menunduk sambil menahan air matanya.

"Changkyunie gwaenchana, jangan pikirkan kata-kata eommamu. Kajja kita masuk kau pasti lelah setelah perjalanan jauh," bujuk tuan Im.

"Ne appa, mianhae aku telah membuat keributan di hari libur kalian," sesal Changkyun.

"Aishh apa yang kau katakan. Appa senang kau pulang, kajja kita masuk," tuan Im dan Changkyun berjalan memasuki rumah.

"Istirahatlah dulu Changkyun-ah, bawa barang-barangmu masuk ke dalam kamar. Setelah penatmu hilang pergilah ke ruang kerja appa. Oh kunci kamarmu ada di laci meja dekat kamar hyungmu," jelas tuan Im.

"Ne appa, gomawo. Aku menyayangi appa," setelah memberikan sebuah pelukan singkat Changkyun langsung pergi untuk mengambil kunci kamarnya.

Ceklekk...

Changkyun membuka pintu kamarnya perlahan. Tidak ada yang berubah, kamarnya masih tetap sama seperti dulu hanya saja sedikit berdebu. Changkyun meletakkan barang-barangnya di dekat pintu, kemudian merebahkan tubuhnya di kasur empuknya yang sudah lama tidak ia tiduri.

Changkyun sangat merindukan kamar ini. Kamar ini adalah hadiah dari appanya saat mereka baru pindah dari Boston. Walaupun tak seluas kamar hyungnya Changkyun tetap bersyukur. Tidak lama kemudian matanya mulai memberat, karena kelelahan dan mengantuk akhirnya Changkyun tertidur dengan posisi kaki menggantung dan sepatu yang belum dilepas.

^^

"Changkyun-ah bangun nak," tuan Im membangunkan Changkyun dengan lembut.

"Ahh ne appa, aku ketiduran. Aku belum sempat ke ruang kerja appa. Jam berapa ini?" Setelah bangun Changkyun langsung tersadar dan menanyakan pertanyaan random kepada tuan Im.

"Gwaenchana Kyunie, sekarang waktunya makan siang. Kajja kita ke ruang makan, eommamu sudah selesai memasak tadi."

"Sudah waktunya makan siang appa? Aku tertidur selama itu?" Kaget Changkyun.

"Kau terlalu lelah Changkyunie jadi wajar jika kau tertidur lama, jangan membuang waktu kajja kita makan sekarang," Changkyun mengangguk dan langsung bangkit dari duduknya. Sebelum keluar dari kamar tak lupa ia membawa tas yang berisi oleh-oleh untuk eommanya, appanya dan juga hyungnya. Ia akan memberikannya saat selesai makan nanti.

^^

Dari saat muncul sampai duduk di kursi Changkyun tak pernah lepas dari tatapan tajam eommanya. Sedangkan hyungnya sama sekali tidak menatapnya, Changkyun hanya tersenyum lembut menanggapi sikap keduanya. Ia sudah terbiasa.

"Dengarkan aku anak sial, aku tidak akan pernah mau memasakkan makanan untukmu apalagi harus duduk satu meja denganmu jika bukan karena suamiku yang meminta. Jadi hentikan senyum konyolmu itu sekarang," jelas nyonya Im sambil menunjuk-nunjuk Changkyun menggunakan sendok sayur yang ia pegang.

"Yeobo bisakah kau tidak menyebutnya dengan sebutan anak sial? Dia punya nama," Changkyun langsung menyentuh tangan appanya.

"Gwaenchana appa," setelah itu Changkyun menoleh ke arah nyonya Im.

"Ne nyonya aku mengerti, terima kasih telah sudi membuatkanku makanan," Changkyun berdiri dan membungkukkan badannya 90° ke arah nyonya Im.

"Changkyun-ah sudah appa katakan, berhenti memanggil eommamu sendiri dengan sebutan nyonya. Dia itu bukan nyonyamu, dia adalah eommamu," sebelum Changkyun menjawab nyonya Im sudah terlebih dahulu menyela.

"Biarkan saja yeobo. Biar dia tahu batasannya, dia itu hanya seorang anak yang tidak diinginkan di rumah ini."

"Eomma benar appa. Lagipula appa terlalu memanjakannya, appa sudah terlalu baik padanya. Dengan murah hati menyematkan marga Im pada anak yang bahkan tidak diketahui siapa appanya, huh bahkan menggunakannya sebagai nama panggung. Ck tidak tahu diri sekali," Changkyun terkejut. Ia tidak tahu jika hyungnya akan membahas masalah yang sangat sensitif baginya secara terang-terangan.

"DIAM KAU IM CHANGHYUN, KAU TIDAK BERHAK BERBICARA SEPERTI ITU. MULUTMU MEMANG PERLU DI SEKOLAHKAN!" Tuan Im marah, tentu saja. Sedangkan Changkyun hanya bisa menunduk.

'Lagi-lagi karena aku. Semuanya kacau gara-gara aku, seharusnya aku tidak pulang dan tetap diam di dorm saja,' Changkyun menggigit bibirnya kuat-kuat. Ini terlalu sakit baginya.

"Kau lihat? Gara-garamu aku dibentak oleh appa. Dasar anak haram," Changhyun langsung pergi meninggalkan meja makan. Disusul eommanya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Tuan Im menghela nafasnya kasar. Harapannya adalah acara makan siang yang bahagia namun ternyata realita tak seindah ekspetasi.

"Ap-appa, ak-akuu," sebelum Changkyun menyelesaikan kalimatnya tuan Im segera meletakkan jari telunjuknya di bibir Changkyun sambil mengelus surainya perlahan.

"Sttt, tidak papa. Kita makan saja, kasihan eommamu sudah capek-capek memasak. Kita harus menghabiskannya, ne?"

Dengan mata berkaca-kaca Changkyun menjawab tuan Im, "Ne appa."

^^

"Appa apa benar aku ini anak haram?" Cicit Changkyun pelan.

"Apa yang kau katakan Changkyun-ah, itu tidak benar. Jangan dengarkan kata-kata eommamu dan hyungmu," jawab tuan Im sambil menata beberapa barang di meja kerjanya. Setelah makan siang mereka berdua memutuskan untuk berbincang di ruang kerja tuan Im.

"Aku merasa malu dengan appa. Aku bukanlah anak kandung appa, tapi appa memberiku kasih sayang dengan tulus tanpa membeda-bedakan aku dengan anak kandung appa. Sedangkan aku, kehadiranku hanya sebagai perusak keluarga bahagia kalian. Seharusnya appa membuangku atau membiarkan eomma membunuhku saat aku baru lahir dulu," katakanlah Changkyun itu asal bicara. Ia lelah menjadi sumber masalah bagi orang lain, tidak keluarganya tidak membernya.

"Changkyun-ah kau tidak bersalah nak. Appa tidak pernah marah kepadamu ataupun kepada eommamu, itu musibah Changkyun-ah tidak ada yang menginginkannya," Changkyun menunduk sedih. Ia merasa dirinya sangat merepotkan orang lain. Kenapa ia tak bisa menjadi orang yang berguna sekali saja?

"Apa aku pantas menyebut anda dengan sebutan appa? Bahkan eomma kandungku sendiri tak pernah sudi membiarkanku menyebutnya eomma," Changkyun melanjutkan keluh kesahnya.

"Changkyun-ah apa yang kau katakan, jangan berbicara seperti itu. Kau tetaplah anak appa, tidak peduli tiri atau kandung. Appa sangat menyayangimu nak," tuan Im berdiri menghampiri Changkyun dan memeluknya dengan erat.

Tuan Im tahu Changkyun itu hanya korban, ia tidak bersalah di sini. Tapi istrinya terus-terusan menyalahkannya dan membencinya seolah-olah Changkyun adalah orang yang membuatnya sangat menderita.

"Berjanjilah pada appa bahwa kau akan selalu bahagia. Appa tidak suka jika kau bersedih Changkyun-ah," Changkyun terisak pelan.

"Ne appa, hiks. Aku berjanji akan selalu bahagia demi hikss appa," keduanya berpelukan dengan erat. Changkyun sangat bersyukur, setidaknya masih ada orang yang mau menyayanginya di dunia ini.

Vote Juseyo ^^

Eternal Happiness [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora