e m p a t b e l a s

1K 145 19
                                    

"Apa yang terjadi? Mengapa ia bisa seperti ini?" Tanya dr. Oh setelah mereka berhasil mengangkat tubuh Changkyun untuk dibaringkan kembali ke ranjang.

"Appanya meninggal karena kecelakaan saat dalam perjalanan kemari. Ia pasti sangat tidak terima dengan kenyataan ini. Changkyun itu sangat menyayangi appanya," jawab manager Shin pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari Changkyun.

"Hufftt..." dr. Oh menghela nafasnya. Ia memeriksa tubuh Changkyun.

"Sepertinya saya tak perlu memasang infus lagi. Kondisi tubuhnya cukup baik. Saat ia bangun nanti tolong buat dirinya tenang sebisa mungkin, jadi saya tak perlu memberinya obat bius lagi," ucap dr. Oh yang baru saja selesai memeriksa keadaan Changkyun.

"Kira-kira dia akan sadar jam berapa dr. Oh?" Tanya manager Kim yang sedari tadi diam.

"Tengah malam nanti mungkin dia akan bangun. Sebaiknya salah satu dari kalian berdua ada yang terjaga. Dia mungkin akan melakukan hal gegabah saat bangun nanti tuan," jawab dr. Oh.

"Ne tentu saja, khamsahamida dr. Oh," manager Shin dan manager Kim membungkuk kepada dr. Oh. Dr. Oh balas membungkuk dan pergi meninggalkan ruangan Changkyun.

"Kau baik-baik saja Kim?"

"Eoh ne hyung aku tak apa."

"Aku minta maaf jika Changkyun bertindak seperti itu kepadamu. Dia mungkin sangat syok hingga tak sadar perbuatan apa yang telah ia lakukan tadi."

"Hyung jangan seperti ini. Ini bukan salahmu, juga bukan salah I.M. Aku mengerti keadaan dan posisinya hyung."

"Gomawo Kim," manager Shin menepuk bahu manager Kim beberapa kali. Manager Kim hanya tersenyum menanggapi hal itu. Mereka kemudian mengalihkan pandangan mereka ke arah Changkyun yang sedang tertidur.

^^

Saat ini sudah pukul 1 malam, benar kata dr. Oh. Changkyun terbangun sekarang, ia membuka matanya perlahan. Manager Kim yang sedang terjaga segera membangunkan manager Shin yang tertidur di sofa.

"Hyung I.M bangun," manager Kim sedikit memelankan suaranya saat sedang membangunkan manager Shin. Manager Shin segera membuka matanya dan berjalan menuju ranjang tempat Changkyun berbaring.

"Kyunie," panggil manager Shin.

"Hiks... hiksss hyung. Appa... appa hyung," manager Shin segera memeluk Changkyun yang menangis sesenggukan.

"Kau harus tabah Changkyun-ah, hikss kau harus kuat," manager Shin ikut menangis.

"Ki-kita kesana sekarang hyung. Aku... aku ingin pulang sekarang. Ayo hyung antarkan aku pulang," Changkyun melepaskan pelukannya.

"Tidak Changkyun-ah, kita akan ke sana besok," ucap manager Shin tegas.

"Hyung jebal hyung, kumohon hikss. Aku hanya ingin bertemu appa," Changkyun mulai menangis dengan keras.

"Tak apa hyung tak apa, kita sebaiknya menuruti permintaan Changkyun. Kasihan dia, aku yang akan menyetir," manager Kim berucap setelah melihat Changkyun yang menangis dengan tersedu-sedu.

Manager Shin menatap manager Kim dengan mata yang berkaca-kaca, kemudian ia mengangguk. "Changkyunie tenanglah dulu ssaeng. Kita akan ke sana sekarang, tapi berjanjilah kau tidak boleh terus-terusan menangis," Changkyun segera menghapus air matanya.

"Ne hyung ne, gomawo," mereka mulai berkemas dengan cepat. Setelah menyelesaikan beberapa urusan terkait kepulangan Changkyun mereka mulai berangkat menuju kediaman keluarga Im.

Changkyun terus meneteskan air matanya di sepanjang perjalanan. Ia menangis tanpa suara. Manager Kim yang fokus menyetir dan manager Shin yang duduk di bangku belakang menemani Changkyun. Ia menggenggam tangan Changkyun dengan erat. Berusaha memberinya kekuatan agar hatinya menjadi lebih tegar.

^^

Pukul 4 pagi mereka sampai. Tidak menuju ke rumah keluarga Im, tapi langsung menuju ke tempat pemakaman tuan Im. Changkyun yakin appanya dimakamkan bersandingan dengan halmonie dan harabeojinya, maka dari itu dia meminta untuk langsung menuju ke tempat pemakaman.

Mereka turun dari mobil dan berjalan kaki memasuki area pemakaman. Udara sangat dingin saat ini. Tapi Changkyun menghiraukannya, ia berjalan sambil terus mencari makam halmonie dan harabeojinya.

Ketemu. Changkyun menemukan makam mereka berdua, ia melihat makam yang masih basah tepat di samping makam halmonie dan harabeojinya. Tulisan nama appa Changkyun tertulis dengan jelas di nisan itu.

"Appa," Changkyun menutup mulutnya, ia berlutut sambil memegang nisan appanya dengan tangan gemetaran. Manager Shin dan manager Kim berdiri di belakang Changkyun, pandangan mereka menyendu, sangat bersedih melihat keadaan Changkyun sekarang.

"Ap-appa apa ini benar makammu? Hikss aku bahkan tidak bisa melihat wajah appa di saat-saat terakhir appa. Hikss kenapa appa meninggalkan aku sendirian appa? Hiks hiks jangan tinggalkan aku appa, hikss appa," Changkyun meletakkan kepalanya di atas gundukan tanah yang masih basah itu. Kepalanya ia hadapkan ke arah nisan appanya yang berdiri dengan kokoh, seolah mengejek keadaan Changkyun yang sedang hancur saat ini.

Satu jam berlalu, Changkyun tidak mau beranjak dari tempatnya. Manager Shin dan manager Kim sudah berusaha agar Changkyun mau pergi dari tempatnya. Mereka khawatir dengan keadaan Changkyun yang tak berhenti menangis sedari tadi, udara juga sangat dingin saat ini.

"I.M-ah, ssaeng kita harus pergi sekarang. Udara sangat dingin, ingatlah kau baru saja keluar dari rumah sakit," kalian pasti tahu diantara para manager siapa yang selalu menyebut Changkyun dengan sebutan I.M.

Tapi Changkyun tidak bergerak sama sekali. Ia tetap menangis dengan kepala yang masih setia ia letakkan di atas makam tuan Im.

"Biar aku yang mencoba membujuknya," manager Shin memegang bahu manager Kim. Menyuruhnya berdiri untuk memberinya tempat.

"Changkyun-ah apa dengan caramu seperti ini appamu bisa kembali hidup huh? Apa dengan menangis appamu bisa kembali bangun dan memelukmu?" Manager Shin mengangkat tubuh Changkyun dengan paksa.

Plakk...

Manager Shin menampar pipi Changkyun. "Hyung," manager Kim baru saja ingin berteriak memarahi hyungnya itu karena telah menampar Changkyun. Tapi manager Shin segera mengangkat tangannya tanda tak ingin diganggu.

"Sadarlah Changkyun sadarlah, kau tak boleh menangisi appamu seperti ini. Beliau pasti tidak akan senang di atas sana," Changkyun memegang pipinya yang masih terasa sakit.

"Kau benar hyung, aku tak pantas menangisi appa," Changkyun berucap sangat pelan. Tatapan matanya kosong, tak ada lagi binar semangat seperti biasanya. Manager Shin menangis melihat keadaan Changkyun yang seperti ini. Ia memeluknya dengan erat.

"Kau boleh memanggilku appa Changkyun-ah. Hikss jangan seperti ini hikss hyung tak bisa melihatmu seperti ini Changkyun-ah," Changkyun balas memeluk manager Shin dengan erat.

Akhirnya Changkyun mau diajak pulang. Mereka pergi meninggalkan area pemakaman pada pukul setengah enam pagi. Tujuan selanjutnya adalah kediaman keluarga Im. Changkyun harus tahu keadaan eommanya sekarang.

Kalian suka author yang rajin update atau author yang males update gays?

Eternal Happiness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang