t i g a p u l u h t i g a

1.4K 177 84
                                    

Changkyun, anak itu sedang meringkuk di dalam kamarnya. Terlalu terkejut dengan apa yang dialaminya tadi pagi, hingga membuatnya tak keluar dari kamar sedari tadi.

"Aku benar-benar akan mati sebentar lagi. Penyakit itu sudah mengambil alih tubuhku hikss aku hanya akan merepotkan semua orang," Changkyun terisak tertahan, memikirkan masa depannya yang suram benar-benar membuatnya lelah. Perjuangan yang telah ia lakukan selama ini terasa sia-sia.

Tidak ada yang berubah, semua orang tetap membencinya. Parahnya dia mungkin tidak akan pernah bisa merasakan kasih sayang yang selama ini sangat ia dambakan.

"Tidak, begini lebih baik. Seharusnya aku memang harus mati agar semua orang terbebas dari penderitaan, aku ini hanya pembawa sial," Changkyun berdiri, ia menatap semua obat-obatan yang memenuhi meja kecilnya. Ia membereskannya dan memasukkannya ke dalam satu plastik hitam berukuran sedang.

Changkyun keluar dari kamarnya, ia tidak melihat seorang pun hyungnya berada di dapur atau meja makan tetapi mendengar suara gelak tawa yang sangat ramai dari arah ruang tengah. Ia berjalan menuju tembok tempat biasa ia mengintip.

Changkyun tersenyum sendu. Tubuhnya meluruh di lantai bersamaan dengan air matanya yang sudah tidak bisa lagi ia bendung. 'Sudah tidak ada harapan untukmu Changkyun-ah, kau tidak boleh berharap lagi. Semuanya sudah selesai, kau tidak akan pernah bisa merasakan kehangatan itu,' ia menggenggam plastik berisi obat-obatannya dengan erat.

Para hyungnya terlihat sangat bahagia. Mereka sedang karaokean di ruang tengah tanpa dirinya. Ah benar dia ini memang sesosok yang tak terlihat di sini, dia ini hanya orang asing jadi untuk apa mengajaknya. Ia berjalan menuju tempat sampah dan membuang plastik hitam tadi.

"Begini lebih baik, setidaknya aku harus mencari cara agar bisa mati lebih cepat," ia terkekeh miris.

"Im Changkyunnnnn!" Suara kakaknya terdengar di seluruh penjuru dorm. Changkyun bergegas untuk menghampiri.

"Ne," dia menunduk.

"Ambilkan cemilan di dalam kulkas!" Perintah Wonho tanpa menatap Changkyun.

"Ne Wonho-ssi," jawabnya pelan. Ia berjalan ke arah dapur, mengambil cemilan dan menyerahkannya kepada hyungnya.

"I-ini Wonho-ssi."

"Yakk Im kau mimisan," teriak Wonho, pasalnya tangannya sedang terulur untuk menerima plastik berisi cemilan para membernya, tapi sebuah cairan jatuh dan mengotori tangannya. Changkyun tersentak kaget.

"Mi-mianhae Wonho-ssi," Changkyun membersihkan tangan Wonho dengan menggunakan bajunya. Member lainpun menghentikan semua kegiatan mereka dan menatap Changkyun yang wajahnya berubah menjadi pucat.

"Aisshh jangan urus tanganku cepat urus hidungmu itu pabbo!" Bentak Wonho keras. Changkyun mundur dengan takut. Ia berbalik dan hendak berjalan menuju kamar mandi.

Brukk...

Tapi naas tubuhnya lebih dulu jatuh tersungkur ke depan.

"Yakk Changkyun-ah!" Semua member segera berlari ke arah Changkyun yang jatuh tengkurap. Wonho yang paling dekat dengan cepat berjongkok dan berusaha membalikkan badan Changkyun.

"Yakkk Im Changkyun," Wonho menepuk pipi Changkyun beberapa kali. Changkyun membuka matanya, hidungnya sudah banjir dengan darah dan nafasnya tersendat-sendat.

"Hyung dia kesulitan bernapas," lapor Minhyuk yang ikut memeriksa.

"Jooheon-ah cepat panggil manager hyung," perintah Shownu dengan gugup. Keadaan Changkyun sepertinya cukup buruk sampai berhasil membuat semua member kalang kabut. Tentu saja siapa yang tidak terkejut ketika seseorang pingsan dengan hidung yang mengeluarkan banyak darah.

Eternal Happiness [END]Where stories live. Discover now