l i m a

1.1K 161 22
                                    

Changkyun menutup pintu ruang kerja appanya dengan pelan. Setelah selesai berbicara Changkyun langsung pamit keluar untuk menuntaskan kerinduannya pada rumah ini. Saat ia menoleh netranya menangkap sosok hyungnya yang sedang berjalan sambil membawa sebuah snack makanan ringan. Changkyun memutuskan untuk menghampiri sang hyung. Mengobrol sebentar mungkin tidak terlalu buruk. Walaupun Changkyun tahu dirinya pasti akan di tolak mentah-mentah, tapi tidak ada salahnya kan ia mencoba?

"Ehm, Changhyun-ssi?" Changhyun langsung menoleh dan melirik Changkyun yang sedang berjalan di sampingnya.

"Ada apa?" Jawab Changhyun sewot sambil mempercepat langkahnya, berusaha menghindari Changkyun. Sontak hal itu juga membuat Changkyun ikut mempercepat laju kakinya.

"Bi-bisakah kita bicara sebentar?" Tanya Changkyun takut-takut. Changhyun mendengus dan menjawab Changkyun dengan cuek.

"Memangnya ada hal yang harus aku bicarakan denganmu? Kau ini hanya orang asing bagiku, jangan sok akrab," Changkyun tidak menyerah, ia terus memohon sambil mengeluarkan sedikit aegyonya.

"Kumohon hanya sebentar, ne?" Changkyun merapatkan kedua tangannya di depan dada dan terus merengek kepada Changhyun. Tidak tahu malu memang, tapi Changkyun yakin dengan cara ini dia pasti berhasil.

"Aisshh baiklah-baiklah, kau ini seperti anak kecil saja. Kita bicara di halaman belakang," Changhyun menyerah dengan kelakuan Changkyun dan memilih untuk menurutinya.

Changkyun langsung tersenyum lebar kemudian mengikuti langkah kakaknya dari belakang. Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit mereka akhirnya sampai di halaman belakang rumah keluarga Im. Changhyun mendudukkan dirinya disalah satu bangku yang ada sambil terus memakan camilannya. Changkyun mengikuti hyungnya, ia mendudukkan dirinya di bangku seberang tempat hyungnya duduk.

"Bo-boleh aku memanggilmu hyung?" Changhyun yang semula menatap tanaman yang ada di sampingnya beralih menatap Changkyun dengan cepat.

"Tidak. Tidak akan pernah aku izinkan dirimu memanggilku hyung sampai kapanpun. Jika kau hanya membicarakan hal seperti ini lebih baik aku pergi saja," sebelum hal itu terjadi Changkyun sudah terlebih dahulu mencegah.

"Baiklah-baiklah aku... aku tidak akan memanggilmu hyung," Changhyun kembali menyamankan duduknya saat mendengar kalimat Changkyun barusan.

"Aku meminta maaf atas kejadian di meja makan siang tadi. Aku tahu aku salah, tolong maafkan aku," Changkyun menunduk, Changhyun langsung tersenyum sinis mendengarnya.

"Bagus jika kau tahu kesalahanmu sendiri," Changkyun hanya diam, ia tidak menjawab sama sekali. Setelah hening beberapa saat Changkyun kembali melanjutkan ucapannya tapi dengan suara yang lebih pelan daripada saat ia meminta maaf tadi.

"Aku merindukanmu," Changhyun tidak tuli, ia mendengarnya dengan jelas walau itu hanya berupa sebuah bisikan.

"Rindu kau bilang? Maaf tapi aku tidak sama sekali. Simpan saja rindumu itu untuk dirimu sendiri," Changkyun tau, sangat tahu kalau kalimat itu yang akan keluar dari mulut hyungnya. Ia tersenyum kecut.

"Kau ingat, dulu kau yang pertama kali mengajariku bahasa Korea saat aku baru pindah dari Boston. Selalu membagi masakan nyonya Im kepadaku saat aku memintanya. Mengajariku membaca dan menulis huruf Hangul, dan yang paling aku ingat kau selalu menepuk-nepuk kepalaku saat aku berhasil melakukan sesuatu yang telah kau ajarkan itu," tiba-tiba Changkyun membahas masa lalu, ia tersenyum. Itu adalah kenangan yang paling indah selama 20 tahun ia hidup.

"Aku... aku tidak mengingatnya. Yang kuingat hanyalah penderitaan eomma karena kelahiranmu. Eomma yang tidak pernah tersenyum kepadaku. Eomma yang tidak pernah mengurusku lagi karena beliau selalu menangis setiap hari di kamar. Eomma yang hampir bunuh diri karena kehadiranmu di dunia ini. Aku selalu mengingat semuanya. Di saat anak lain seusiaku mendapat perhatian dari kedua orang tuanya aku... aku tidak mendapatkannya. Awalnya aku senang memiliki seorang teman yang dapat menghibur diriku yang selalu kesepian ini. Tapi setelah aku dewasa dan tahu bahwa penyebab kehancuran keluargaku adalah dirimu, aku melupakan semuanya Changkyun-ssi," Changhyun meremas bungkus snack yang telah habis ia makan dengan erat.

"Kau tau Changkyun-ssi, aku berpisah dengan appaku selama 7 tahun karenamu. Demi menyelamatkanmu dari eomma yang terus-menerus berusaha membunuhmu saat kau masih bayi. Appa pindah ke luar negeri bersamamu, meninggalkan aku dan eomma sendirian di Korea. Saat itu aku tidak tahu apapun, yang kutahu appa pindah karena masalah pekerjaan. Apa kau pernah membayangkan betapa sulitnya menjadi diriku saat itu?" Changkyun diam, hyungnya benar ia adalah penyebab kehancuran keluarga Im yang bahagia. Dia adalah sumber masalah bagi semua orang.

Changkyun tahu, dia seharusnya sudah mati sekarang, tapi tuan Im dengan baik hati menyelamatkan hidupnya. Mencurahkan kasih sayang yang cukup untuknya. Bahkan mengesampingkan anak kandungnya sendiri demi dirinya. Changkyun merasa ia tidak pantas hidup.

"Sadarlah Changkyun-ssi kau itu telah merepotkan banyak orang. Menyusahkan banyak orang dan sumber masalah semua orang. Kau selalu merebut hak orang lain. Bukan hanya aku, bahkan para member di grupmu tidak menyukaimu saat kau pertama kali datang sebagai kontestan di tengah-tengah acara itu. Enak sekali ya jadi dirimu, selalu mendapatkan semuanya dengan mudah. Aku sangat bahagia saat tahu bahwa kau tidak diterima dengan baik di sana. Hahh rasanya lega sekali," Changhyun mengatakannya tanpa beban sama sekali. Jangan tanya bagimana keadaan Changkyun saat ini.

Sakit sekali rasanya. Changkyun ingin mengelak, mengatakan bahwa semua yang dikatakan hyungnya itu salah. Tapi kenyataan berbanding terbalik dengan harapannya.

"Jadi Changkyun-ssi aku mohon baik-baik padamu. Tolong jangan pernah pulang lagi, karena setiap kau pulang kehadiranmu hanya akan mengingatkan kami semua pada sejarah kelam yang telah kau ciptakan," seusai mengatakan hal itu Changhyun langsung berdiri meninggalkan Changkyun.

Hancur, hancur sekali hatinya. Changkyun merasa dia adalah orang yang paling tidak berguna di dunia ini. Air mata mulai menetes membasahi pipinya. Changkyun memikirkan kembali semua perkataan hyungnya. Hyungnya benar, semua orang benar, ia adalah pembawa sial. Tidak ada bedanya dengan benalu.

Nafasnya mulai sesak, kepalanya pusing. Changkyun menjambak rambutnya. Sakitnya semakin terasa. Changkyun tidak tahu, dia merasa tubuhnya sangat ringan. Kemudian kegelapan mulai merenggut kesadarannya.

Changkyun pingsan.

Vote Juseyo ^^

Eternal Happiness [END]Where stories live. Discover now