Story

1.2K 102 42
                                    

"Jinaaaaan boseeen!" ucap seorang gadis pada gadis di sebelahnya yang tengah fokus bermain game.

"Ya gimana dong Cindy, ujannya deres banget kayak cintaku padamu gitu." jawabnya.

Siang hari ini Depok diguyur hujan yang cukup deras, mengakibatkan kedua gadis yang berencana jalan-jalan tersebut dengan terpaksa membatalkan rencananya.

Sudah satu jam yang lalu Jinan tiba di rumah Cindy. Setelah melewati perjalanan panjang. Sambil menggerutu sepanjang jalan pastinya. Ia tak bisa lagi menolak ajakan Cindy. Capek diambekin terus.

"Tapi pengen jalan-jalan." Cindy manyun-manyun lucu.

"Ngga usah udah, di rumah aja. Sekalian jaga rumah, tar kalo kosong diisi setan." Jinan masih fokus dengan ponselnya.

"Alias bensin gue abis anjm, mana belum ditransfer duit lagi sama Ayah."

Orangtua Cindy tidak di rumah, abangnya juga masih di kantor. Jadilah Jinan gaspol pas disuruh nemenin Cindy.

"Gausah main game!" Cindy merebut ponsel Jinan.

"Ih mati itu ntar!" sewot Jinan.

"Bodo!"

Oke, Jinan mengalah. Ia menarik Cindy agar duduk lebih mendekat padanya. Ia menyandarkan kepala Cindy ke bahunya, lalu memeluk babunya si lucky itu dari samping.

"Aku janji, kalo ada waktu lagi kita main. Kemanapun kamu mau. Asal kamu yang ke rumah aku." Jinan cengengesan.

"Ck ah! Ganteng doang jemput ke Depok gamau." Cindy mengejek.

Jinan hanya tertawa mendengar itu. Kadang ia kasihan pada Cindy. Padahal gadis itu hanya ingin diantar jemput oleh dirinya. Tapi ya mau bagaimana, Jinan sayang Cindy, tapi kesehatan tulang punggungnya lebih penting.

"Jinan?"

"Hm?"

"Chika.."

"HAH?!"

Jinan mencoba merebut ponselnya dari Cindy, namun sayangnya gadis itu langsung menjauhkan diri dari Jinan.

"Apaan dah?" tanya Cindy masih sambil mengotak-atik ponsel si kadal.

"Emm, ngga." jawab Jinan.

Gadis bergigi kelinci itu lalu diam, memperhatikan Cindy yang masih terlihat fokus dengan ponsel miliknya. Ia hanya dapat menghela nafas berat. Siap-siap saja dianiaya oleh Cindy.

Beberapa menit saling diam, Cindy kembali duduk di sofa di samping Jinan. Ia menatap Jinan yang raut wajahnya sangat pasrah.

"Kok bisa ya?" Cindy seolah bermonolog.

"Apa?" sahut Jinan.

"Chika yang cantik banget gitu suka sama kadal buluk kek kamu."

"Ngaca!"

"Dih ngegas. Lo suka Chika kan, Nan?"

"Kagak. Sumpah dah!"

"Ah boong banget. Chika kan cantik, masa lo ngga suka."

Lacerta agilisWhere stories live. Discover now