Pacar Offline & Pacar Online

1.3K 109 67
                                    

"Selamat malam." sapa Jinan pada seseorang di seberang sana.

"Selamat malam. Ada yang bisa dibantu?" balas seseorang tersebut.

"Saya mau kirim paket rindu dari Jakarta ke Denpasar."

"Atas nama?"

"Bangsa Indonesia."

"Soekarno-Hatta."

Obrolan absurd itu diakhiri dengan tawa dari keduanya. Ah, momen ini. Jinan rindu.

Saat ini Jinan tengah berada di kamarnya tepatnya duduk anteng di kursi meja belajarnya. Dengan ponsel yang ia sandarkan pada tumpukan buku referensi skripsinya, Jinan tengah melakukan videocall dengan seseorang yang.. ah kalian tau lah ya.

"Lagi apa Dev?" tanya Jinan.

Iya Devi, yakali Cindy pindah ke Denpasar. Dia masih setia pada Pancasila dan kota Depok.

"Habis mandi baru pulang kampus tadi jam 7." jawab gadis Bali itu.

"Iyadeh yang anak HIMA mah sibuk."

"Iyalah. Emang kamu, mahasiswa kupu-kupu."

"Apaan tuh?"

"Kuliah pulang - kuliah pulang."

"Dih, ngadi-ngadi."

"Bodo."

Devi menjulurkan lidahnya guna meledek manusia kadal di hadapannya. Devi kangen. Dia dan Jinan hanya bisa seperti ini satu minggu sekali. Itupun kadang hanya sebentar.

"How's your day?" Jinan menatap gadis cantik di layar ponselnya itu.

"Biasaaalah. Capek, tapi ya mau gimana. Jalanin aja."

Jinan mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia menumpukan dagunya ke kedua telapak tangannya, ia tersenyum sambil memandangi salah satu rakyat bapak Jokowi itu.

"Apasiii?!" Devi menutup wajahnya ketika sadar Jinan hanya diam dan memperhatikannya.

"Hahah salting." ledek Jinan.

"Engga, apaan. Udah kebal aku sama yang modelan kamu."

"Modelan gimana emang?"

"Manisnya kayak SCTV?"

"Apa maksud?"

"Satu untuk semuaaa.."

"Hahahaha ngga! Ke Devi doang."

"Hihihihi nggi! Ki divi diing."

"Bgst! Lucu banget kenapa siii? Semesta ngga suka banget kayaknya kalo gue move on dari nih anak."

"Dev?"

"Ya?"

"Ehm, ka-kamu udah ada pacar?" sungguh, Jinan was-was sekali menanyakan ini. Tapi mau bagaimana lagi, rasa penasarannya jauh lebih besar.

"Iya, ada." jawab Devi.

Devi bisa melihat raut wajah gadis di layar ponselnya itu berubah. Tak sebahagia sebelumnya. Gampang sekali memang menjebak seorang Jinan.

"Tapi bohong hahah palpalepale."

Mata Jinan membelalak. Tuhkan, gampang banget dia kena jebakan si Devi.

"Serius Dev?" Jinan sok serius, padahal kalo diminta kepastian suka ghosting.

"Kenapa tanya?" Devi jadi ikutan serius.

"Gapapa. Kamu terlalu perfect buat jomblo."

"Really?"

"Hemm.."

Lacerta agilisWhere stories live. Discover now