Lovesick Girl

1.4K 114 46
                                    

We were born to be alone
But why we still looking for love?
_____________________________________

"Aku mau ngomong!"

"Aku capek, nanti aja."

"Jinaaaaan!"

Yah, seberapa kencang pun gadis itu berteriak, gadis yang satunya tak akan kembali. Seberapa keras pun untuk menahan, yang ingin pergi tetap akan pergi.

Sejak kejadian itu, Jinan menghindar dari Cindy. Dalam hal apapun itu. Puluhan chat dan panggilan dari gadis Depok itu semuanya diabaikan. Satu yang Jinan paham, memendam perasaan seorang diri itu rasanya sakit.

Ya oke, kalo memang ini karma untuk Jinan, ia terima. Tapi Jinan tidak pernah selingkuh, kenapa diselingkuhi? Jinan menyayangi Cindy dengan tulus dan apa adanya. Tapi mengapa Cindy sebaliknya? Apa gadis manis itu dendam pada Jinan? Kalo iya, Jinan juga terima. Apapun selama itu berarti menepati janjinya pada Cindy.

Gadis bergigi kelinci itu terdiam di balkon kamar dengan segelas cokelat panas di tangannya. Melihat langit malam yang cukup indah untuk dinikmati seseorang yang sedang patah hati.

Jinan menghela nafas lelah ketika potongan percakapannya dengan Cindy terus berputar di pikirannya.

"Jinan yang semalem itu bercanda. Kok kamu baperan gini sih?!" ucap Cindy sambil menatap sebal ke arah Jinan.

"Maaf. Tapi aku punya perasaan, Cindy." balas Jinan.

"Iya tapi ngga usah childish gini. Siapa juga yang mau mutusin kamu. Kamu jangan kaku gini dong kalo diajak becanda."

"Iya aku tau. Aku ngga seromantis Pucchi, yang selalu bisa bikin Aya atau kak Anin seneng. Aku ngga kaya Aya yang bisa bersikap segila itu buat bikin kamu ketawa lepas. Dan aku ngga kaya Eril, yang setiap kata-kata dan perhatian yang dia kasih selalu berhasil buat kamu bahagia dan nyaman. Aku cuma Jinan."

"Jinan, bu-bukan gitu. A-aku ngga ada.."

"Gapapa. Kalo aku emang ngga bisa bahagiain kamu, setidaknya aku ngga ngehalangin orang lain yang lebih bisa bahagiain kamu. Kamu berhak bahagia."

Cindy mulai menangis. Dan Jinan pergi begitu saja. Siapa yang salah? Sudah pasti keduanya.

Gadis itu tersenyum miris mengingatnya. Bagaimana bisa Cindy mengatakan itu padanya? Tapi..

Benarkah dirinya childish? Baperan? Kaku? Haruskah Jinan menjadi orang lain demi untuk dicintai Cindy? Big No! Itu bukan Jinan. Seberapa banyak pun yang membencinya, Jinan tak akan menjadi orang lain. Apalagi untuk masalah cinta. Terdengar bucin.

"Bahkan kamu udah kenal aku lama. Kamu udah tau kalo aku kayak gini. Kenapa kamu ngga bisa sayang sama aku apa adanya?" gumamnya.

Perhatiannya teralih pada ponselnya yang berdering. Ia tatap ponselnya beberapa saat dan memutuskan menjawab panggilan tersebut.

"Halo." sapa Jinan.

"Eh, hai sayang." jawab yang di seberang.

"Gue matiin ya!"

"Eiitts jangan dong. Sensi banget sih yang lagi diselingkuhin."

"Diem deh, Kak. Gue lagi males debat."

"Siapa yang mau ngajak kamu debat sih? Orang mau ngajak kamu jadian sama aku."

"Ogah. Sono lu ah ke Pucchi kek apa Kak Gracia. Ngapain si ke gue?!"

Lacerta agilisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang