29 (Fira?)

63 14 1
                                    

Sasa mendongak untuk menatap Brian dengan sendu. Hatinya sedikit sedih karena mengetahui jika asumsi bahwa Septian tertarik kepadanya bisa jadi hanyalah sekedar asumsi belaka.

"Bang..". Panggilnya ketika Brian sedang sibuk menata nampan makan malam yang baru saja diberikan oleh suster di nakas.

Pria itu hanya melirik Sasa sekilas kemudian bergumam kecil. "Apaan?"

"Kata lo tempo hari Septian ada rasa sama gue, lah kok ini dia nggak nelpon atau chat gue sama sekali padahal gue abis ditabrak motor..". Gerutu wanita itu sebal. Entah ada angin apa hingga Sasa mengadukan hal tersebut kepada Brian. Kalimat ini keluar begitu saja dari mulutnya tanpa ia pikirkan terlebih dahulu.

Brian berhenti menyibukan tangannya dalam menata nampan. Pria itu lantas menolehkan kepalanya untuk menatap Sasa dengan bingung. "Lah, mana gue tau. Kenapa lo tanya gue?"

"Kan lo yang bilang kalo dia suka sama gue.. "

Brian yang baru saja selesai menata nampan di nakas tersebut spontan tertawa kecil pada tingkah Sasa. Pria itu kemudian kembali mendudukkan tubuhnya pada kursi sambil menyesap kopi kalengan yang tadi sempat ia beli di kantin rumah sakit.

"Emang kenapa? Suka banget lo sama si Septian sampe berharap di kabarin?"

Sasa hanya menggelengkan kepalanya lemah. "Nggak gitu.."

"Lah terus?"

Mendengar pertanyaan tersebut membuat Sasa agak mendongak untuk melirik Brian dengan dahi berkerut. Ia bingung pada dirinya sendiri yang telah secara sadar berani mencurahkan keluh kesah isi hatinya kepada Brian yang notabenenya adalah pria cuek nan bermulut tajam. Dan yang terpenting lagi adalah kebenaran diantara mereka berdua bahwa sesungguhnya kedua manusia itu tidaklah terlalu dekat untuk bisa saling berbagi keluh kesah satu sama lain.

Wanita itu sontak kembali menghembuskan nafasnya menyesal. Tapi ia sudah terlanjur curhat, sekalian saja ia totalkan, pikir Sasa.

"Septian kan ganteng bang, sayang aja kalo dilewatin..". Gumam wanita berkemeja hitam itu dengan jujur.

Memang benar salah satu alasan Sasa menyukai Septian adalah karena pria itu tampan. Secara penampilan, Septian sudah masuk ke dalam kandidat pria yang memenuhi syarat tipe idamannya.

Brian menaikkan alisnya heran. "Cuma karena ganteng doang? Yaelah gantengan mana sama gue?"

Sasa spontan mengernyitkan alisnya geli. "Dih, ganteng kali lo..?"

"Loh, gue emang ganteng..". Balas Brian percaya diri.

"Suka-suka lo deh.. bodo amat.."

Lalu Brian tertawa kecil ditempatnya. Pria itu kemudian membuka laci nakas dan mengeluarkan sekaleng kopi susu dari sana. Ia lantas mengeluarkan benda tersebut dan melemparkannya asal ke arah Sasa. Untung saja wanita itu bisa sigap menangkap lemparan Brian sebelum benda tersebut mendarat dengan sempurna di kepalanya.

"Diminum tuh.. biar tenang..". Ucap Brian setelah Sasa menangkap lemparan kopinya.

Pria itu kemudian menyesap kopinya sekali lagi sebelum kembali membuka suara.

"Kalo Septian nggak ngehubungin lo, ya kemungkinan dia nggak suka sama lo.."

"Tapi waktu itu lo bilang sebagai laki-laki lo tau dia ada rasa sama gue, gimana sih..". Bantah Sasa yang masih belum mau mengalah.

"Karena waktu dia keliatan perhatian sama lo, kan mana gue tau kalo ternyata dia perhatian ke semua orang.."

"Ngeselin lo bang..-"

The ConcertWhere stories live. Discover now