18 (Odun sokap?)

77 15 3
                                    

Seperti yang sudah Sasa katakan sebelumnya, nyatanya wanita itu memang pandai mengemudi. Ia jelas sekali tidak berbohong akan kemampuannya tersebut karena sekarang Sasa tengah mengemudikan mobil milik Septian dengan sangat baik. Bahkan Septian yang duduk di kursi penumpang sampingnya pun sampai dibuat terkesan.

"Lo beneran nggak punya SIM A?". Tanya Septian ditengah perjalanan mereka menuju basecamp enam hari.

Sasa menggeleng pelan. Pandangannya masih ia fokuskan pada kemacetan jalan Jakarta di sore hari. "Nggak.."

"Kenapa?"

Sasa hanya bisa mengendikan bahunya. Kaki wanita itu kini sedikit menginjak pedal rem karena didepan sana lampu lalu lintas menunjukan warna merah yang merupakan tanda baginya dan seluruh pengendara lain untuk berhenti.

"Gue nggak punya mobil sep.. Nggak berguna juga kalo gue punya SIM A.."

"Lah terus lo belajar nyetir dari mana?"

Sasa sedikit mengerutkan dahinya. Wanita itu melirik ke arah Septian sekilas sebelum pandangannya mengawang menembus langit yang berawan. Tampaknya, ia tengah mengingat-ingat kembali waktu dimana pertama kali dirinya belajar mengendarai kendaraan roda 4.

"Dulu pas jaman kuliah temen geng gue ada yang bawa mobil.. terus gue jadi belajar nyetir karena sering disuruh nyetirin kalo pas main.."

Kemudian lampu lalu lintas berubah hijau yang membuat Sasa harus sedikit menginjak pedal gas untuk melajukan mobil dan melanjutkan perjalanan mereka.

"Btw, abis ini belok ke mana?". Tanyanya ketika melihat sebuah pertigaan tidak jauh di depan sana.

Septian spontan melihat ke arah layar ponselnya yang kini menampilkan peta otomatis dari sebuah aplikasi.

"Belok kanan.. terus nanti ada perempatan lurus terus. Basecamp mereka ada diruko kiri jalan..". Jelasnya sambil mengamati peta elektronik tersebut.

Sasa hanya bisa menganggukan kepalanya.

"Oke..". Jawab wanita itu lalu kembali memfokuskan dirinya pada pemandangan jalan Jakarta.

Sekitar dua puluh menit kemudian mobil mereka berhasil terparkir didepan sebuah ruko yang kata septian merupakan basecamp tempat anggota enam hari biasa berkumpul. Sasa sedikit menaikan alisnya ketika mengamati tempat tersebut karena merasa tertarik dengan deretan mobil mahal yang sudah terparkir dengan rapi dihalaman ruko.

"Buset ini basecamp apa showroom?". Gumam Sasa kagum pada jajaran mobil mahal tersebut.

Septian tersenyum kecil mendengar gumaman Sasa yang masih bisa ia dengar. "Maklum lah, mereka kan anak sultan.."

"Sultan gimana? Setau gue cuma si tukang betot aja yang anak sultan.."

Septian spontan tertawa mendengar perkataan Sasa tersebut karena menurutnya sangat lucu. Bahkan ia sampai harus memegangi perut karena tawanya tak kunjung berhenti.

"Maksud lo Brian?". Tanya Septian memastikan sang pemilik julukan 'tukang betot'

"Emang siapa lagi?". Balas wanita itu kesal. Entah mengapa mengingat kembali sosok Brian membuatnya langsung naik darah.

Septian lantas menyeka air matanya yang sempat keluar ketika ia tertawa beberapa detik yang lalu.

"Iya sih.. Brian anak sultan, tapi yang lain juga dari keluarga tajir. Nih ya gue kasih tau. Jae itu kakeknya punya perusahaan teknologi di Korea.. terus bapak ibunya Surya itu politikus. Bapaknya Danang juragan udang yang skalanya udah internasional.. terakhir orang tuanya Wirya itu musisi.. ya lo tau lah siapa..". Jelas Septian panjang lebar.

The ConcertWhere stories live. Discover now