34 (Septian have rival?)

73 17 2
                                    

Sendok sudah diletakan di atas piring. Nasi beserta lauknya pun telah tandas tanpa bersisa. Mangkuk juga piring yang semula terisi makan malam kini menjelma kosong karena telah selesai disantap.

Brian menyandarkan punggung lebarnya pada kursi setelah lebih dulu mendesah kekenyangan sambil memegangi perutnya yang mulai membuncit, sementara Sasa nampak masih sibuk mengunyah tempe goreng favoritnya.

"Ngga nyebat bang?". Ucap Sasa begitu saja.

Brian lantas melirik ke arah wanita itu dengan sebelah alis terangkat. "Kenapa emang?"

Sasa hanya mengindikkan bahunya kecil. "Ngga kenapa-napa sih.. cuma biasanya cowok kalo abis makan lanjut sebat"

Entah mengapa ucapan tersebut sedikit menarik perhatian Brian. Sedari awal memang pria itu penasaran dengan Sasa dan pergaulannya karena nampaknya wanita itu adalah tipikal wanita yang memiliki banyak teman laki-laki.

Pria berkaos hijau tosca itu kemudian mulai menegakkan duduknya untuk memfokuskan dirinya ke arah Sasa. "Lo kayanya paham banget ya sama kehidupan cowok?"

"Paham gimana maksud lo?"

Brian tersenyum kecil di tempatnya. "Kayak udah berpengalaman banget gitu sama cowok?"

Kini giliran Sasa yang tertawa kecil. Wanita itu tau arah pertanyaan Brian. Pasti bassist enam hari itu berpikir ia adalah wanita yang macam-macam. Wanita yang sering berhubungan dan bergaul dengan banyak pria.

"Mau minum ngga bang?". Tawarnya kemudian tanpa lebih dahulu membalas pertanyaan Brian.

Sasa sudah berdiri dari duduknya ketika Brian memberikan anggukan kecil sebagai tanda persetujuan pada tawaran Sasa. "Boleh.."

Wanita itu lantas berlalu meninggalkan meja makan untuk masuk ke dalam kamarnya. Awalnya Brian agak sedikit heran karena Sasa justru masuk ke dalam kamar setelah menawarinya minum, namun ketika wanita berkaos putih itu keluar dari kamar sambil membawa sebotol minuman yang ia duga sebagai minuman beralkohol, seketika Brian hanya bisa tertawa ditempatnya.

"Lo ngapain? Tadi nawarin gue minum?". Cibir pria itu begitu Sasa sudah sampai di depan matanya.

Sasa membalas tawa kecil Brian dengan senyuman manis. Wanita itu kemudian meletakan botol tersebut di meja makan lalu mengambil 2 gelas kosong dari dalam kabinet dapur.

"Ya ini minum..". Jawabnya dengan alis yang sengaja di naik turunkan.

Brian kembali tertawa. Sasa ternyata minum. Itu adalah poin pertama yang patut digarisbawahi sebagai jawaban dari pertanyaan Brian beberapa saat yang lalu.

Pria itu hanya bisa menggelengkan-gelengkan kepalanya pelan. "Ngga expect gue hahaha.."

Sambil membuka segel dari tutup botol minumannya, Sasa menatap heran ke arah Brian. "Ngga expect kenapa bang?"

Setelah puas terkekeh, akhirnya Brian mulai kembali fokus pada sosok wanita di hadapannya tersebut. "Ternyata lo suka mabok juga.."

Sasa kembali tersenyum. Kali ini sambil menuangkan minuman berwarna merah keunguan itu ke dalam gelas.

"Gue ngga suka mabok.. cuma suka minum aja..". Balasnya lalu menyodorkan gelas yang sudah setengah terisi kepada Brian.

Brian menatap gelas tersebut dengan alis terangkat. "Sama aja.. lo kalo minum ini bisa mabok.."

"Mabok dikit..". Sanggah Sasa lalu mengangkat sedikit gelas miliknya untuk mengisyaratkan ajakan bersulang.

Tentu saja Brian langsung ikut mengangkat gelasnya lalu membenturkan ujung gelas mereka hingga terdengar denting khas sulangan gelas. Kedua manusia itu kemudian menyesap minumannya masing-masing.

The ConcertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang