37

49 14 3
                                    

Danang lo tipe gue banget.. fix

____________

Danang dan Sasa saat ini hanya bisa saling menatap satu sama lain. Sudah pasti di dalam kepala keduanya ada banyak pertanyaan yang ingin mereka utarakan tetapi harus tertahan karena saat ini mereka sedang berada di lingkungan sekolah. Lingkungan akademisi yang mana mengharuskan mereka untuk bersikap formal.

"Bang Danang..". Bisik Brandon sambil menyikut lengan Danang hingga membuat pria berkaos biru tua itu spontan menoleh.

"Ape?"

"Kok lo yang dateng? Kak brian mana?". Tanya bocah itu setengah berbisik.

Danang diam sejenak. Ia melihat raut wajah Brandon yang penasaran dengan seksama. Pria itu sebenarnya agak kasihan pada Brandon karena keluarga bocah itu jarang berada di sampingnya. Ayahnya yang sibuk dan ibunya yang merupakan wanita karir seringkali meninggalkan Brandon seorang diri di rumah. Selama ini hanya Brian lah orang yang selalu berada di samping Brandon dan dapat bocah itu andalkan, tetapi karena kesibukan Brian yang semakin lama semakin padat, kini kakak laki-lakinya itu pun juga mulai jarang berada di sisi Brandon.

Danang menghela nafasnya kecil. "Kakak lo sibuk.. "

Begitu mendengar jawaban dari Danang, Brandon hanya bisa menyunggingkan senyuman tipis. Senyuman tipis yang mungkin saja bisa berarti banyak hal.

Melihat respon Brandon yang terlihat sedih, Danang yang sudah menganggap bocah itu sebagai adiknya sendiri pun langsung merangkulkan lengan kanannya pada bahu Brandon dan menepuk lengan bocah itu untuk memberikan semangat.

"Kakak lo kerja.. nyari duit buat beliin lo mobil..". Hibur Danang. 

Ya, Brian memang pernah menceritakan tentang keinginan adiknya itu untuk memiliki mobil sendiri namun tak pernah di setujui oleh sang ayah. Danang sendiri juga heran, kenapa bisa om Heru yang notabenenya masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia bisa sepelit ini pada anaknya sendiri.. atau mungkin saja danang yang terlalu cepat menilai. Mungkin saja ini memang cara om Heru dalam mendidik anak? Tapi tetap saja dalam kepala Danang hal itu tidak masuk akal.

Bersamaan dengan hal itu, terdengar suara langkah hak sepatu yang beradu dengan lantai. Suara langkah itu semakin lama semakin mendekat hingga kini benar-benar berhenti begitu sosok wanita tinggi setengah baya tampak berdiri di samping meja mereka.

Spontan Sasa berdiri dari duduknya. "Siang ibu.. saya Sandra wali kelas dari Ayas dan Brandon..". Ucapnya memperkenalkan diri sambil memberikan tangan kanannya untuk dijabat. Namun respon dari wanita tersebut sungguh diluar ekspektasi. Wanita itu justru hanya melihat uluran tangan Sasa dengan tatapan meremehkan kemudian duduk begitu saja di samping Ayas.

"Kamu kenapa nak?!". Tanya wanita itu mendadak histeris karena melihat pipi kiri di wajah anaknya yang terlihat biru.

Sasa masih berdiri di tempatnya dengan sorot tidak percaya, baru kali ini ada orang yang berbuat demikian padanya. Ia pikir orang-orang sombong dan angkuh semacam itu hanya ada di layar televisi.. tetapi sudahlah, pikir Sasa. Toh ia masih punya banyak stok kesabaran. Wanita itu kemudian kembali mendudukan dirinya ke tempat semula dengan tenang.

Danang yang melihat kejadian tersebut hanya menautkan kedua alisnya tidak suka pada sikap wanita paruh baya tersebut.

"Kamu apakan anak saya?". Teriak wanita itu langsung kepada Brandon dengan wajah marah.

Danang tentu saja terkejut dengan pertanyaan wanita itu yang tiba-tiba. Naluri pria itu untuk melindungi Brandon pun langsung keluar dengan cara merangkul dan menarik bocah itu agar duduk semakin mendekat padanya.

The ConcertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang