22 (Langkah 1)

70 14 0
                                    

Menerima pilihan yang diberikan oleh Ayas untuk bisa mengajak jalan guru baru mereka yaitu Bu Sandra merupakan hal yang harus dipikirkan matang-matang oleh Brandon. Tentu saja tidak serta merta ia bisa mengajak gurunya tersebut jalan diluar jam sekolah karena pasti Bu Sandra akan langsung menolaknya dengan mentah-mentah. Apalagi Ayas memberikan aturan jika jalan disini adalah benar-benar jalan layaknya seorang teman yang sedang menghabiskan waktu bersama di mall dan sebagainya. Bukan jalan yang mengajak Bu Sandra keluar karena alasan ingin diajari tentang materi yang belum ia pahami.

Brandon tanpa sadar melipat kedua tangannya didada. Matanya tak ia lepaskan dari sosok Sasa yang kini tengah sibuk menerangkan tentang sejarah Indonesia yang membuat Brandon jadi pusing sendiri saking detailnya. 

Gurunya itu ternyata cukup cantik juga kalau dilihat-lihat. Tipikal cantik wanita pertengahan umur 25 tahunan. Tinggi semampai dengan badan yang tidak gemuk namun juga tidak kurus. Rambutnya hitam sebahu dengan aksen cokelat jika terkena sinar matahari yang kini diikat rapih untuk memberikan kesan formal dan berwibawa. Brandon kembali memikirkan mengenai kesepakatannya dengan Ayas. Apakah bisa bocah itu mengajak jalan Bu Sandra atau tidak, itu tergantung bagaimana Brandon mengatur strategi untuk mendekati guru sejarahnya tersebut.

"Ada yang bisa jelaskan lagi tentang peristiwa supersemar? kalau ada yang bisa nanti saya kasih nilai..". Tanya Sasa setelah ia menyelesesaikan penjelasan dari materi yang kini tengah menjadi topik bahasannya.

Seperti halnya kelas lain ketika memasuki jam terakhir, kondisi siswa yang mulai lesu dan tidak bersemangat pun juga terjadi dikelas Brandon. Hampir seluruh siswa tidak ada yang berminat untuk mengangkat tangannya dan menjelaskan kembali materi yang telah mereka dapat beberapa saat yang lalu. Namun rupanya sekitar 2 menit kemudian, salah satu dari siswa kelas 12 IPS 3 itu ada yang bersedia mengangkat tangannya sehingga membuat Sasa spontan menujukan atensinya pada anak tersebut.

Brandon mengangkat tangan kanannya sambil tersenyum manis. 

"Oke, Brandon.. coba kamu jelaskan kembali tentang peristiwa supersemar yang baru saja ibu jelaskan..". Ucap Sasa lalu berjalan menuju meja guru untuk mengambil buku nilai dan memberikan tambahan nilai kepada Brandon. Tetapi sebelum langkahnya sampai pada meja guru ternyata apa yang keluar dari mulut Brandon bukanlah sebuah penjelasan ulang tentang materi seperti yang ia harapkan.

Brandon menurunkan kembali tangannya. Bocah itu juga tak melepaskan pandangannya pada gerak-gerik Sasa yang berjalan menuju meja guru. 

"Saya angkat tangan untuk nawarin ibu minuman.. Bu Sandra pasti haus banget kan abis nerangin materi panjang lebar". Ucapnya santai yang langsung dihadiahi sorakan ramai dari seluruh siswa dikelas.

"Alahh modus!!"

"Najis Brandon, guru sendiri masih diembat!"

"Huuuuuu!". Seru para siswa dan siswi yang mulai heboh sendiri sehingga Sasa harus turun tangan untuk menenangkan suasana.

"Udah, udah.. tenang semua..". Pintanya dengan lembut namun tegas. Aturan pertama bagi seorang guru baru dan masih muda adalah menjadi tegas dan galak karena kalau tidak siswa-siswi akan berlaku seenaknya kepada mereka. Khususnya siswa dan siswi yang sudah terkenal bandel dan berani seperti Brandon dan teman-teman satu gengnya.

Ayas yang kebetulan satu kelas dengan Brandon pun menatap sahabatnya tersebut dengan tatapan geli sekaligus tak percaya. Rupanya Brandon cukup punya keberanian dan kenekatan untuk menerima tawarannya. Tapi Ayas justru melihat hal itu dengan sinis karena ia tau jika Brandon melakukan hal tersebut untuk menjaga reputasinya sendiri.

Setelah menenangkan suasana kelas dan membuatnya menjadi sedikit kondusif, Sasa lantas menatap tegas ke arah Brandon dengan pandangan bingung yang masih dapat ia samarkan.

The ConcertWo Geschichten leben. Entdecke jetzt