5 (Mundur lagi)

122 21 2
                                    

"Yah.. diundur lagi". Gumam Sasa setelah membaca sebuah pesan yang baru saja dikirimkan oleh manager band enam hari.

Bella yang kebetulan tengah makan siang dengan Sasa pun menaikan alisnya penasaran. "Siapa?"

"Enam hari..". Jawab Sasa tak acuh lalu meletakkan kembali ponselnya ke meja makan.

Saat ini kedua wanita itu tengah menikmati makan siang mereka disalah satu warung kaki lima yang kebetulan letaknya tidak terlalu jauh dari kantor. Warung bertendakan terpal warna biru dengan kursi plastik dan meja makan yang mulai terlihat usang. Namun demikian, warung mie ayam ini nyatanya selalu ramai dikunjungi pembeli dan sudah memiliki banyak pelanggan karena rasa mie ayamnya yang enak. Dan yang lebih penting lagi adalah warung ini juga menjadi langganan dari anak-anak kantor untuk urusan hutang-menghutang diakhir bulan karena sudah saking akrabnya dengan sang penjual.

"Diundur lagi?". Tanya Bella memastikan sementara Sasa hanya menganggukan kepala karena mulutnya sudah sibuk mengunyah mie.

Wanita dihadapan Sasa itu hanya bisa menggeleng tak percaya. "Ada masalah apa sih enam hari? Diundur terus?". Keluhnya yang kemudian dibalas Sasa dengan indikkan bahu karena tak tahu menahu perihal urusan client mereka tersebut.

Bella lantas menghela nafasnya lelah. Wanita itu memilih untuk mengaduk mie ayamnya dari pada pusing memikirkan masalah enam hari. "Btw, katanya lo diajak jalan sama Septian ya?--"

"--Uhuk". Mendadak Sasa tersedak setelah mendengar pertanyaan tak terduga dari Bella.

"Hah? Apaan?". Ucap wanita itu mencoba memastikan pendengarnya setelah terlebih dahulu meminum es jeruk untuk melegakan tenggorokan.

"Katanya lo diajak jalan sama Septian ya?" Ulang Bella dengan sabar.

Sasa terdiam sejenak. Kepalanya sibuk memutar kembali memori dan mencari penggalan ingatan ketika Septian mengajaknya jalan tetapi ternyata nihil. Singkatnya, kabar itu adalah hoax.

Wanita itu menggeleng. "Enggak tuh, Septian nggak pernah ngajak gue jalan.."

"Masa sih? Tapi kata anak-anak kemaren lo berdua makan malem bareng?"

"Ooohh.. itu..". Kini Sasa mulai memahami maksud dari pertanyaan Bella. "Lusa kemaren emang gue sama Septian makan malem bareng--"

"--Nah kan! Ketauan sekarang lo berdua lagi PDKT..". Sela Bella cepat.

Entah kenapa wanita itu merasa sangat antusias karena akhirnya sebentar lagi dikantornya akan lahir pasangan kekasih yang mana baru pertama kali terjadi sejak kantor EO miliknya itu berdiri.

"Yaelah makan malem doang.."

"Ya emang lo maunya apa? Ngamar?"

"Heh! Mulut lo yak!". Bentak Sasa karena atasannya itu mulai berbicara yang tidak-tidak.

"Makan malem doang ini.. bukan PDKT.. gila lo..". Klarifikasinya untuk yang kedua kali.

Tapi Bella masih bersikukuh dengan pendapatnya. Menurut wanita itu, Septian agaknya menaruh hati pada Sasa. Walaupun Septian nampak ramah kepada siapa saja namun gestur dan tatapan pria itu tetap tidak bisa berbohong. Septian selalu tersenyum ketika berbicara dengan Sasa, pria itu juga tak jarang tertangkap oleh penglihatan Bella ketika sedang curi-curi pandang ke arah Sasa dari meja kerjanya.

"Gue tanya, siapa yang bayar? Apa lo bayar sendiri?". Korek Bella masih belum ingin menyerah dalam menggali informasi.

Sasa menatap atasannya tersebut dengan tatapan menyelidik karena wanita itu terus saja memojokan dirinya dengan topik Septian dan PDKT. Padahal apa yang Bella pikirkan itu merupakan suatu hal yang mustahil terjadi. Maksud Sasa adalah Septian itu cowok paling ganteng sekecamatan, jadi nggak akan mungkin dia naksir sama Sasa yang mukanya kayak babu begini.

Tapi akhirnya Sasa menyerah juga. sepertinya tidak ada gunanya ia melawan asumsi Bella. Toh apapun penyangkalannya tidak akan Bella dengarkan. Lantas wanita itu hanya bisa menghela nafasnya pelan.

"Dibayarin Septian..". Jawabnya pasrah pada apa yang akan menjadi asumsi Bella setelah ini.

"Kan! Apa gue bilang.. Septian lagi PDKT sama lo!"

Hadeeh, sudah cukup.

"Bang utang dulu yak!". Teriak Sasa setelah bangkit berdiri dari kursi lalu memunguti ponsel dan dompetnya dimeja. Wanita itu sudah tak kuat lagi mendengar ocehan-ocehan tidak bermutu yang keluar dari mulut Bella. Kupingnya sudah mulai merasakan panas ketika kata demi kata itu masuk melalui rongga telinganya.

Seperti yang sudah disebutkan diawal bahwa anak kantor EO sudah biasa hutang ketika makan ditempat ini, maka hal itu berlaku pula pada Sasa. Setelah teriakannya dihadiahi jempol oleh bang Bokir, wanita itu memilih untuk segera pergi meninggalkan Bella yang kini mulai sibuk menghabiskan makanannya sambil mengutuk Sasa dengan berbagai sumpah serapah karena ditinggalkan begitu saja.

**

"Udah gue undur lagi nih..". Ucap Sandy setelah mengirimkan pesan singkat kepada Sasa perihal pengunduran jadwal rapat mereka sekali lagi.

Ia, Jae, Surya, Wirya, Danang dan Brian kini tengah berkumpul di basecamp. Sebenarnya tujuan awal dari berkumpulnya para punggawa enam hari ini adalah untuk berangkat bersama ke kantor EO terkait rapat konser 10th anniversary band mereka yang kemarin sempat diundur. Namun ternyata rapat kali ini pun rupanya harus kembali diundur.

"Yan, yan.. rapat doang ini masa masih nggak mau juga?". Bujuk Surya yang mulai ikutan frustasi dengan sikap Brian karena pria itu sampai hari ini masih saja uring-uringan.

Sandy tampak menganggukan kepalanya setuju. "Lagian ini rapat buat konser kalian juga.. waktunya udah mepet nggak bisa ditunda-tunda terus cuma karena lo nggak mood. Ayo dong, profesional yan..". Timpal Sandy lelah lalu menjatuhkan dirinya ke sofa.

Sementara Brian hanya menatap teman-temannya tersebut dengan tak berminat. Bahkan pria itupun sepertinya juga tidak berniat untuk meminta maaf karena dirinya kini sudah membuat semua orang berada dalam kesusahan. Tapi disisi lain pria itu juga sedang benar-benar tidak dalam mood yang bagus. Perasaannya masih sangat kacau, sesak, bingung, dan sedih yang sama sekali tidak bisa didefinisikan dengan kata-kata. Rasanya Brian ingin sekali menangis untuk menumpahkan segala perasaannya namun nyatanya tak bisa ia lakukan karena pada saat yang bersamaan pria itu juga merasa kecewa dan sakit hati setengah mati karena perjuangannya dalam meminta restu selama ini terkesan tidak dihargai oleh Fira.

"Yan..". Panggil Jae mencoba menengahi.

Semalam usahanya untuk menghibur Brian tidak berjalan mulus. Sahabatnya itu malah terus-terusan memainkan gitar secara acak untuk menyanyikan lagu-lagu patah hati hingga membuat Jae sedikit menggelengkan kepala. Tingkah Brian ketika patah hati ini sangatlah diluar kebiasaan. Pria itu bisa tampak mengkhawatirkan sekaligus menyeramkan.

"Mau gue telfonin Fira? Buat nyelesein masalah kalian?". Tawarnya.

"Nggak usah..". Gumam Brian malas. "Gue sama dia udah selesai.. lagian dia juga udah dijodohin paling bentar lagi nikah". Tambahnya miris.

Jae tau kalau Fira ternyata sudah dijodohkan. Semua orang diruangan ini juga tahu karena Brian sudah cerita kepada semuanya. Tadi pagi ketika pria itu keluar dari studio, ia mulai membuka permasalahanya kepada orang-orang terdekatnya tersebut. Brian tak mau membuat mereka semua khawatir, setidaknya orang-orang ini berhak tau penyebab ia jadi uring-uringan seperti sekarang.

"Yaudah, gue maklumin lo hari ini karena masih bad mood. Tapi besok gue nggak mau tau pokoknya kita semua harus jadi rapat sama orang EO. Ini untuk keberlangsungan konser kita juga.. soalnya udah nggak bisa ditunda lagi kecuali lo mau bikin konser kita ikut ditunda..". Ucap Sandy bijaksana tapi menusuk dan mengancam.

"Hmm.. ya..". Gumam Brian malas yang malah terkesan tidak peduli.

The ConcertWhere stories live. Discover now