2 (The Start 2.0)

180 29 0
                                    

Pagi itu diapartemen kecilnya seperti biasa Sasa bangun pukul 05.00 pagi untuk membuat sarapan dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Tidak, bukan untuk belajar melainkan untuk mengajar. Sasa merupakan seorang guru karena dahulu jurusan yang ia pilih ketika kuliah adalah pendidikan walau cita-citanya sebenarnya bukan menjadi seorang guru. Lalu kenapa seperti itu? Cerita klasik orang tua.

Sasa berjalan menuju dapur kesayangannya dengan mata sedikit terpejam. Rambutnya yang terurai ia ikat agar tidak mengganggu aktivitasnya. Hal pertama yang ia lakukan adalah menuang air putih dari dispenser kedalam gelas karena wanita itu sangat suka minum air putih dipagi hari. Kemudian pandangannya beralih pada bak pencucian piring yang lumayan penuh karena semalam kakaknya berkunjung bersama sang istri dan putri kecil mereka untuk sekedar makan malam bersama sehingga piring kotor hari ini terlihat lebih banyak dari hari-hari sebelumnya. Selesai mencuci piring hal selanjutnya yang Sasa lakukan adalah menanak nasi di mejikom untuk sarapan sekaligus sebagai bekalnya ketika mengajar disekolah. Ya, Sasa memang tengah hemat-hematnya karena harus mengumpulkan uang untuk biaya pendidikan s2 yang ia idam-idamkan.

Saat wanita itu tengah asik menyapu apartemennya, tiba-tiba dari konter dapur ponselnya berbunyi menandakan panggilan masuk yang mau tak mau menarik Sasa untuk melangkahkan kakinya menuju dapur dan mengangkat panggilan tersebut.

"Hal--"

"--Halo sa, jangan lupa ya hari ini..". Serobot seseorang dari seberang.

Kebiasaan, pikir Sasa. Bella memang selalu memotong kalimat sapaannya jika mereka tengah berada di dalam panggilan. Entah disengaja atau tidak. Namun hal itu tidak lantas membuat Sasa menghilangkan kata sapaan ketika mereka tengah bertelepon. Sasa tahu mana hal yang sopan dan tidak. Setidaknya ia tahu hal-hal yang harus ia lakukan terhadap atasan, salah satunya adalah menyapa.

Wanita itu hanya mengangguk, tapi kemudian ia koreksi menjadi sebuah kalimat karena ia sadar bahwa Bella tidak dapat melihat anggukannya. "Rapat sama anak-anak kan?". Tanyanya memastikan.

"Iya.. jam 4 ya? Lo udah balik belum jam segitu?"

Lagi, Sasa mengangguk. "Udah kok"

"Oke good, pokoknya jangan sampe lepas ya ini proyek dari enam hari soalnya duitnya lumayan.. nanti juga pasti ada bonus buat lo pada"

"Asik, baik juga lo yak.."

"Kapan sih gue nggak baik?"

"Dih, narsis.."

"Hehehe.. yaudah itu aja sih. Jangan lupa yak?"

"Siap, bu atasan.."

Lalu telepon diputus sepihak dari Bella.

Sasa kembali meletakan ponsel itu dimeja dengan hati bahagia. Bekerja dikantor EO dengan atasan Bella merupakan sebuah anugerah dari tuhan untuknya. Pertama, jam kerjanya tidak terlalu kaku sehingga ia masih bisa mengajar di sekolah. Kedua, Bella sebagai atasannya karena wanita itu benar-benar sangat baik dan kompeten sebagai seorang atasan. Ketiga, karena pekerjaan ini adalah hobinya. Sasa sangat suka bertemu orang. Tidak, ia tidak termasuk golongan extrovert yang sangat bersemangat jika berada diantara banyak orang. Ia hanya suka bertemu orang-orang. Dari masa kuliah, ia sudah sering sekali mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan event kampusnya. Dan dari sanalah, Sasa mulai jatuh cinta terhadap dunia yang ia geluti sekarang. Dunia Event Organizer.

Selesai mandi dan berdandan seperlunya, wanita itu segera merapikan tas dan mulai memasukan keperluan-keperluan yang akan ia butuhkan disekolah. Sederhananya, ia butuh alat tulis. Lalu setelah semua selesai, Sasa segera keluar apartemennya, mengunci pintu lalu turun ke parkiran untuk menjemput motornya.

The ConcertWhere stories live. Discover now