33 (Start to fall..)

84 15 5
                                    

Disclaimer: part ini agak gaje. Built up (ʃƪ^3^)

_________________________

Brian terus menarik lengan Sasa sampai akhirnya mereka berdua kini berhenti tepat di depan mobil. Wanita itu tampak tidak suka dengan perlakuan Brian lalu segera menghempaskan cekalan tersebut dengan cepat.

"Lo ngapain sih bang, narik gue ke sini?". Tanya wanita itu kesal sementara pria yang ia ajak bicara hanya meliriknya sekilas lalu berjalan dengan langkah besar ke belakang mobil untuk membuka pintu bagasi dan meletakan bass-nya di sana.

Setelah menutup pintu bagasi, Brian terlihat menghela nafas dalam-dalam kemudian kembali menatap Sasa dengan tatapan dingin miliknya."Kita periksain kepala lo, kali aja gegar otak.."

Spontan Sasa mendengus kesal. Wanita itu jengah dengan sikap Brian yang seolah peduli dan mengkhawatirkan dirinya yang sebenarnya baik-baik saja. "Lebay lo bang, udahlah gue mau balik kerja"

Mendengar perkataan Sasa barusan entah kenapa membuat dahi pria itu mendadak berkerut heran. Brian lantas berjalan menuju pintu pengemudi sambil tak melepaskan tatapannya dari sosok Sasa yang perlahan kini mulai berjalan kembali menuju studio.

"Lo mau kerja apaan? Nggak liat tadi gitaris sama bassisnya tonjok-tonjokan? Lo pikir konsernya bakal tetep jalan?". Cibir Brian yang langsung membuat langkah kaki Sasa berhenti.

Wanita itu diam sejenak untuk mencerna kata-kata sang bassist sebelum akhirnya memutar tubuh untuk berhadapan dengan pria itu dalam diam. Kepalanya mendadak panas memikirkan situasi yang saat ini sedang terjadi.

Kedua manusia itu terlihat saling bertatapan selama beberapa detik sebelum akhirnya Sasa memutuskan untuk melajukan langkahnya menuju mobil Brian.

"Kenapa balik?". Sindir pria itu pada Sasa yang kini justru membuka pintu penumpang depan mobil Brian.

Wanita itu hanya melirik sang bassist sekilas. "Pusing pala gue..". Gumamnya tak acuh lalu masuk ke dalam mobil dengan membanting pintunya keras-keras.

Pria itu hanya bisa memutar bola matanya setelah melihat kelakuan Sasa yang seenaknya membanting pintu. Tetapi sedetik kemudian ia pun segera mengikuti Sasa untuk masuk ke dalam kursi kemudi.

Mobil civic hitam itu dengan gaharnya melaju membelah jalanan kota Jakarta yang selalu ramai tak peduli berapapun jarum jam menunjuk angka. Tetapi, agaknya keramaian jalanan malam itu tidak lantas meruntuhkan keheningan yang berselubung di antara keduanya. Sasa memilih untuk melihat keluar jendela. Tangan kanan wanita itu juga sedari tadi tak lepas memegangi kepalanya yang masih terasa nyeri akibat tak sengaja terkena pukulan tangan Jae.

Brian yang menyadari hal tersebut lantas menghembuskan nafasnya pelan. Ia memutuskan untuk menjadi pihak yang mengalah dan membuka suara. "Lo yakin ngga mau ke rumah sakit?". Tanya pria itu untuk yang kesekian kalinya.

Sasa memang meminta Brian untuk mengantarkanya pulang ke apartemen saja alih-alih memeriksakan kepalanya ke rumah sakit. Ia merasa dirinya tidak terluka separah itu.

Wanita berkaos hitam itu hanya menjawab pertanyaan Brian dengan gelengan kepala pelan. "Ngga usah lah, ngapain.."

"Lo yakin ngga gegar otak?-"

"-mulut lo kalo ngomong!". Sela Sasa kesal karena pria itu terus membicarakan tentang gegar otak dan penyakit-penyakit kepala lainya hingga membuat dirinya kini mulai merasa was-was pada kesehatannya sendiri.

Brian hanya mengindikan bahunya pelan. "Kan siapa tau.."

Mendengar jawaban Brian tersebut membuat Sasa langsung menghela nafasnya pelan. Wanita itu sudah terlalu malas untuk menjawab perkataan-perkataan Brian.

The ConcertWhere stories live. Discover now