4 (Break up story)

122 23 3
                                    

Flashback beberapa saat yang lalu..

"Kamu abis ini mau kemana yang?". Tanya Fira sambil memainkan ponsel sementara Brian fokus mengemudikan mobil.

Yang ditanya pun hanya mengindikan bahunya tanpa mau melepaskan atensi dari jalan raya. "Aku mau rapat sama orang EO buat ngurusin konser..". Jawabnya santai.

"Oh.."

Mendengar respon dari sang kekasih yang tampak kurang berminat tersebut membuat Brian sedikit menoleh untuk melihat ekspresi wajah Fira. Barangkali wanita itu tengah berada dalam mood yang tidak bagus dan sepertinya memang tebakan Brian benar karena sedari tadi kekasihnya itu terus saja diam sambil menatap keluar jendela.

"Kamu kenapa fir?". Tanya Brian lembut lalu menggenggam tangan kanan Fira dengan tangan kirinya yang tidak ia gunakan untuk mengemudi.

Wanita cantik itu lantas melihat kearah tautan jari mereka dengan tatapan yang susah diartikan.

Walaupun Fira tidak secara gamblang mengatakan bahwa ia tengah berada dalam mood yang tidak bagus, tapi Brian sebagai seorang kekasih yang sudah bersamanya selama hampir 3 tahun tentu sangatlah tau dari gestur tubuh Fira bahwa kekasihnya itu kini tengah memikirkan sesuatu.

"Kamu lagi mikirin apa? Hmm?". Ucap Brian sambil mengusap punggung tangan Fira dengan jempol tangannya. Berharap hal tersebut dapat mengurangi beban pikiran sang kekasih.

Lagi-lagi Fira hanya diam namun kali ini pandangannya beralih menyusuri jalanan.

"Nggak mau cerita sama aku?". Brian masih belum menyerah. Ia ingin mengetahui masalah apa yang kini tengah Fira pikirkan.

"Brian..". Panggilnya kemudian.

"Kenapa sayang?"

"Makasih ya.."

Pria itu lantas mengerutkan dahinya. Bingung dengan tingkah sang kekasih yang tiba-tiba aneh. "Buat?". Tanyanya ragu.

"Buat semuanya. Buat kamu yang udah nemenin aku selama 3 tahun ini.. kamu yang selalu ada buat aku dan selalu bikin aku bahagia..". Jelasnya dengan raut bahagia.

Mendengar jawaban Fira, spontan Brian tertawa kecil. "Kirain apaan.. iyaa sama-sama"

"Dan aku juga mau minta maaf..". Lanjut Fira yang kini sudah merubah ekspresi bahagianya menjadi sedikit berkaca-kaca entah karena apa namun hal itu sontak membuat Brian panik.

"Kamu kenapa? Kok nangis?". Cecar Brian yang mulai bingung dengan tingkah Fira. Pria itu kemudian memilih untuk meminggirkan mobilnya agar mereka bisa berbicara dengan lebih jelas.

"Kenapa fir? Ada masalah?". Ulang Brian begitu mobilnya sudah berhenti dipinggir jalan. Sekarang atensi pria itu sudah sepenuhnya untuk Fira. Kedua tangan pria itu juga menggenggam erat tangan kekasihnya yang kini mulai menitihkan air mata.

"Aku mau kita putus..". Ucap Fira sambil terisak kemudian menarik kedua tangannya dari genggaman Brian.

"Hah?". Pria itu masih mencoba mencerna kata demi kata yang sedetik lalu keluar dari mulut Fira. Otak Brian mendadak berhenti bekerja. Jantungnya juga seolah ikut berhenti berdetak. Pria itu sangat terkejut seperti baru saja dijatuhi meteor sampai tak tau harus merespon dengan bagaimana.

"Maafin aku ya..". Tambah Fira lalu membuka pintu penumpang untuk segera keluar dari mobil Brian namun sayangnya tangan wanita itu keburu dicekal oleh Brian.

Brian menarik Fira agar wanita itu kembali duduk di kursinya. Tangannya bergerak cepat mengunci mobil agar kekasihnya tidak bisa lagi kabur sebelum menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Kamu kenapa sih?". Tanya Brian dengan nada agak meninggi. Emosinya sedikit terpancing karena tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba Fira minta putus hubungan seperti ini.

Sementara wanita itu hanya terisak ditempatnya. "Aku mau kita putus--"

"--Ya kenapa? Jelasin sama aku". Sela Brian mulai tidak sabar.

"Aku dijodohin yan!"

"..apa?". Hanya itu yang bisa Brian katakan saking terkejutnya. Hari ini di waktu yang berdekatan pria itu hampir mati terkena serangan jantung.

Fira perlahan mengatur nafas agar tangisnya dapat mereda. Jujur saja putus hubungan dengan Brian bukan sesuatu hal yang mudah. Ia sangat mencintai pria itu dan juga sebaliknya. Selama 3 tahun mereka menjalin asmara pun jarang ada pertengkaran berarti diantara mereka. Tapi mungkin takdir berkata lain. Mungkin Brian memang tidak ditakdirkan untuk Fira.

"Ayah udah jodohin aku sama anak temennya dan aku juga udah setuju.."

Spontan Brian menaikkan kedua alisnya tak percaya. "Kenapa kamu setuju?!". Bentaknya.

"Karena kita nggak bakal bisa sama-sama yan!". Balas Fira tak kalah emosi. Wanita itu bahkan mengacak-acak rambutnya untuk melampiaskan perasaannya.

"Kamu tau kan orang tua kamu nggak pernah setuju sama hubungan kita. Mama kamu juga nggak suka sama aku.. terus apa gunanya kita pertahanin--"

"--Aku kan udah bilang tunggu. Sabar sebentar lagi.. Aku lagi usaha buat luluhin hati mamah supaya kita bisa nikah.."

Mendengar penjelasan Brian barusan membuat Fira memilih untuk diam. Brian benar. Pria itu terus berusaha untuk membuat orang tuanya menerima hubungan mereka. Pria itu terus memperjuangkan cintanya selama ini. Bahkan sampai sekarang tidak ada tanda-tanda jika Brian akan menyerah. Namun melihat kekasihnya berjuang sedemikian rupa hanya untuk dirinya agar keluarga pria itu bisa menerima Fira dengan tangan terbuka membuat hati wanita itu merasa sakit dan bersalah. Brian adalah pria yang baik, tidak seharusnya ia merendahkan harga dirinya didepan sang ibunda hanya untuk seorang Fira yang derajat sosialnya cukup jauh dibawah keluarga Wijaya yang merupakan seorang pengusaha ternama dinegara ini.

"Brian aku capek..". Bisik Fira setelah berhasil menjernihkan pikiran. Keputusannya untuk berpisah dari Brian sudah bulat dan dirasa tepat.

"Fir--"

"--Kita putus". Sela wanita itu penuh ketegasan.

"Hubungan kita itu sia-sia.. jadi tolong kamu terima bahwa perpisahan ini adalah jalan yang paling baik untuk kamu dan aku. Kamu berhak bahagia tanpa aku.. dan aku.. juga berhak bahagia tanpa kamu..". Tutupnya.

Flashback selesai..

**

Jae menarik nafasnya dalam-dalam. Sedikit tak menyangka jika Brian dan Fira akan putus seperti ini. Semua orang tahu bahwa mereka berdua adalah pasangan yang saling mencintai, saling menyayangi, saling melengkapi dan bahkan 3 tahun waktu hubungan yang mereka lalui hampir tanpa diwarnai isu-isu pertengkaran.

Daripada ketiga anggota enam hari yang lain, Jae memang tergolong yang paling dekat dengan Fira. Keduanya merupakan teman satu kampus dan sepermainan semasa kuliah dahulu. Bahkan Brian dan Fira bisa bersama itupun atas campur tangannya. Fira juga sering curhat tentang hubungannya dengan Brian sehingga kisah asam garam diantara pasangan itu sudah bukan menjadi rahasia lagi bagi Jae. Termasuk masalah restu dari pihak keluarga Brian. Dan pria itu juga bukanya tidak tahu jika Brian sudah berjuang mati-matian agar hubungan mereka dapat terima. Jadi dengan terjadinya perpisahan ini, Jae bisa dibilang menjadi pihak yang turut bersedih apalagi kedua orang tersebut sama-sama merupakan teman dekatnya.

Pria berhoodie hitam itu lantas menyapukan rambutnya kebelakang. Memikirkan cara yang tepat untuk menghibur salah satu sahabatnya yang kini tengah mengurung diri. Jae yakin Brian pasti sedang sangat terpukul sampai-sampai tidak mau keluar dari studio.

"Sur, dikulkas ada bir nggak?". Tanya Jae kepada Surya yang kini tengah merebahkan diri disofa panjang basecamp mereka yang sekaligus menyatu dengan studio.

Pria bernama Surya itu menganggukan kepalanya singkat lalu berguling untuk membenarkan posisi tidurnya agar kembali nyaman.

Jae kemudian berjalan menuju dapur untuk mengambil minuman yang ia maksud. Dua kaleng bir dan sekotak rokok sudah ia siapkan sebagai amunisinya untuk menghibur Brian yang tengah patah hati.

The ConcertWhere stories live. Discover now