43

77 13 5
                                    

Pagi itu Brian terbangun oleh sengatan sinar matahari yang mulai memasuki ruang tamu apartemen Sasa melalui jendela yang tirainya kini sudah terbuka lebar. Pria itu spontan memegangi kepalanya yang mendadak pening karena terlalu banyak menenggak alkohol semalam.

"Anjing pusing banget..". Gumam Brian geram.

Ia kemudian mulai mengedarkan pandangannya menyapu seluruh apartemen untuk mencari sosok wanita yang perlahan mulai menarik perhatiannya.

"Sa? Sasaa?". Rengek pria itu lirih berharap jika panggilannya akan mendapat sahutan dari sang pemilik nama. Tetapi sudah hampir 10 menit pria itu berdiam diri dan memanggil, sosok Wanita itu tidak kunjung menampakan batang hidungnya.

"Dia kemana sih? Masih pagi gini udah ngilang aja..". Gerutu Brian sambil mengambil ponselnya di meja samping sofa untuk menelpon seseorang.

"Lo dimana sih? Kok gue ditinggal?". Tanya Brian begitu telepon diangkat dari seberang.

"Masih lama ngga?"

"Nasi uduk? Boleh deh.. "

"Cepetan.. "

"Iya Sasaa.."

Kemudian telepon ditutup. Pria itu lantas kembali merebahkan tubuhnya di sofa. Matanya juga kembali terpejam merasakan kepalanya yang masih saja berputar karena efek alkohol yang ia konsumsi semalam.

Ngomong-ngomong soal semalam.. setelah Sasa dengan lembut menghentikan ciuman mereka sebelum keduanya berakhir lebih jauh, tentunya pria itu tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Brian kemudian memilih untuk membuat dirinya mabuk agar melupakan keinginannya untuk menyentuh sasa. Lagi pula ia juga sadar kalau tindakannya semalam termasuk tindakan yang bodoh. Aneh saja kalau dipikir-pikir karena tiba-tiba Brian mencium wanita itu padahal diantara mereka tidak terjalin hubungan yang mewajarkan keduanya untuk berbuat demikian.

Tapi sejak semalam.. Brian benar-benar merasa tidak bisa lagi jauh-jauh dari Sasa. Rasanya ia ingin sekali menyeret Sasa berbaring bersamanya di tempat tidur seharian.. hanya untuk saling menempel satu sama lain dan berbagi cerita..

Ceklek.. Terdengar suara pintu dibuka dari luar. Brian sedikit membuka matanya ketika sosok wanita bercelana tidur panjang dengan tanktop hitam yang dibalut jaket berwarna abu mulai memasuki apartemen sambil menenteng plastik kresek berisi 2 bungkus nasi uduk.

"Udah bangun lo?". Tanya wanita itu basa-basi sambil berjalan menuju meja dapur untuk menyiapkan sarapan yang sudah ia beli.

"Keliatannya gimana?"

Sasa spontan tertawa kecil. Merasa lucu pada kalimat sarkasme yang Brian lontarkan. "Gue pikir tadi mati sih..". Balas Sasa tak kalah savage.

Wanita itu kemudian sedikit melirik ke arah sofa untuk melihat keadaan Brian yang masih berbaring. "Pusing?"

Brian memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Sasa. Pria itu hanya diam dengan tangan yang masih memijat pelan pelipisnya untuk mempertegas bahwa kini kepalanya masih terasa berputar.

"Lagian lo bego.. minum ngga kira-kira..". Omel Sasa sambil membawa satu gelas susu putih sebagai penetralisir ke tempat Brian. "Minum dulu nih.. biar ngga mual"

Tapi Brian masih tidak bergeming. Ia masih saja memejamkan mata dengan dramatis seolah saat ini kepalanya benar-benar sangat terasa pusing hingga ia merasa menderita.. yang padahal tidak separah itu.

"Diminum dulu, bang.. ". Bujuk Sasa karena Brian membiarkan gelas susu yang dibawanya menggantung di udara.

Mendengar sebutan panggilan dari Sasa, pria itu spontan membuka mata lalu menatap sosok di hadapannya tersebut dengan tatapan yang sinis. "Sejak kapan gue jadi abang lo?"

The ConcertWhere stories live. Discover now