21 (Beginning 2.0)

75 12 2
                                    

Brandon melajukan mobil milik kakaknya membelah keramaian jalanan kota Jakarta. Hari ini ia sudah kembali masuk sekolah setelah kabur dari rumah dan bolos selama sekitar 3 hari. Di sepanjang perjalanannya mengendarai civic tersebut, ia tak henti-hentinya mengagumi interior dalam mobil juga suara jernih dan ngebass dari speaker audio yang telah sengaja dimodifikasi oleh sang kakak sehingga memberikan kesan lebih hidup untuk kendaraan roda 4 tersebut.

"Gokil juga kakak gue..". Gumam bocah itu penuh pujian.

Brandon terus melajukan mobilnya menuju sekolah yang sudah ia rindukan. Ia sangat tidak sabar ingin segera bertemu dengan teman-temannya dan memamerkan mobil tersebut. Jelas saja, mana ada anak SMA pergi ke sekolah mengendarai civic modifan dengan suara knalpot gahar menggelegar? Secara kan mobil jenis itu kebanyakan diperuntukan untuk orang dewasa dan bukan remaja seperti dirinya. Memikirkan hal tersebut membuat Brandon spontan mengulum senyuman karena tidak bisa membendung rasa antusias ketika nanti ia melihat reaksi teman satu gengnya disekolah.

Mobil itupun akhirnya mulai memasuki halaman sekolah dengan pelan seolah Brandon sengaja memelankan laju kendaraannya agar para siswa dan siswi lain memberikan atensi kepadanya. Dan memang benar karena beberapa siswa tampak menatap tertarik pada kendaraan Brandon yang kini tengah memasuki parkiran.

Diparkiran sekolah, rupanya teman-teman satu gengnya sedang berkumpul untuk sekedar berbincang ringan dan menghabiskan waktu sebelum suara bell masuk berbunyi. Kemudian para remaja itu seketika menoleh dengan penuh minat ketika Brandon bersama mobilnya tiba-tiba datang dan parkir dihadapan jajaran mobil mereka.

Brandon keluar dari dalam kursi kemudi dengan gaya yang dibuat keren. Bocah itu juga tak lupa menyalakan alarm sebelum mendekat kepada teman satu geng yang kini menatap dengan kagum kearahnya.

"Yo gaes, Ssup?". Sapa Brandon bahagia lalu memberi salam bahu kepada tiga temannya itu.

Gusta menjadi orang pertama yang membuka suara. "Mobil baru bos?". Ucapnya sambil menunjuk mobil Brandon yang terparkir dihadapan mereka sementara si empunya mobil hanya mengangguk dengan bangga.

Brandon spontan mengangkat kedua alisnya. "Udah keren belum gue?". Tanyanya sambil membenarkan kerah seragam sekolahnya.

Melihat tingkah Brandon tersebut, membuat Ryan dan Ayas saling berpandangan sekilas. Kedua remaja itu saling melempar kode lewat gerakan alis.

Ayas lantas memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana. "Udah kok.." 

"Tapi masih belum terlalu keren sih..". Sela Ryan sedikit sarkatis.

"Kok gitu?"

Ia pikir teman-temannya itu akan langsung heboh dan mengakui keberadaannya ketika ia berhasil membawa mobil pribadi ke sekolah.

Ditengah perdebatan kecil para remaja tanggung tersebut, rupanya di parkiran yang lain seorang wanita berkemeja batik cokelat lengan panjang dan rok hitam dibawah lutut baru saja memarkirkan motor beat hitamnya dengan tenang. Wanita itu kemudian tampak mengambil sesuatu dari dalam tas ranselnya. Sebuah kaca mata baca berframe warna hitam baru saja ia keluarkan untuk di kenakan sebelum memulai tugasnya sebagai seorang pengajar. 

Ayas mengarahkan jari telunjuknya kepada sosok wanita tersebut yang kini tengah membenarkan tatanan kaca matanya dengan bantuan spion motor. "Lo lihat bu Sandra disana?"

Brandon spontan mengarahkan pandanganya kepada orang yang saat ini tengah dibicarakan oleh Ayas. Agusta dan Ryan pun melakukan hal yang sama. Kini keempat siswa itu tampak menujukan atensinya pada sosok Sasa.

Brandon hanya bisa mengangguk kecil. "Iya, kenapa?"

"Cantik nggak?". Tanya Ayas yang langsung dihadiahi kerutan dahi oleh Brandon karena bocah itu mulai merasa aneh pada arah pembicaraan mereka.

"Bentar, maksud lo apaan nih?"

Ayas terkekeh kecil mendengar pertanyaan Brandon. Ia lantas memandang Brandon dengan senyuman yang susah untuk diartikan. "Lo akan tetep masuk geng kita kalo bisa ngajak jalan bu Sandra-"

"-- Gila lo!". Pekik Brandon tak percaya pada apa yang baru saja ia dengar.

Ayas nampak menanggapi rasa keterkejutan Brandon dengan santai. "Terserah sih, kalo nggak mau ya nggak papa.. Keluar aja dari geng kita dan jadi looser.."

Looser, sebuah kata yang sangat Brandon benci. Bocah kelas 12 SMA itu tidak ingin diabaikan oleh siapapun lagi. Cukup baginya selalu diabaikan dan dibandingkan dengan kehebatan sang kakak ketika dirumah. Ia butuh diakui. Ia butuh diperhatikan dan salah satu caranya adalah dengan masuk ke dalam geng milik Ayas. Geng paling eksis seyayasan karena beranggotakan 4 remaja kaya raya yang orang tuanya merupakan seorang pengusaha dan politikus sukses. Paling tidak jika Brandon tidak mendapatkan pengakuan dirumahnya sendiri, ia akan mendapatkan pengakuannya disekolah. Begitulah pikir bocah itu.

Namun, belakangan ini teman-temannya itu agaknya sedikit berubah. Ayas, Gusta dan Ryan yang semula merupakan seorang teman yang baik kini mulai bertingkah menyebalkan dengan selalu mengancamnya untuk dikeluarkan dari geng jika Brandon tidak melakukan apa yang mereka katakan. Kemarin ketiga remaja itu mengatakan tidak ingin bergaul lagi dengan Brandon jika bocah itu tidak memiliki mobil. Lalu sekarang mengancam lagi akan mengeluarkan Brandon dari geng jika ia tidak bisa mengajak Bu Sandra jalan? 

Brandon memajukan lagkahnya mendekat kehadapan Ayas. "Maksud lo apaan?". Ucapnya dengan tegas dan penuh penekakan.

"Weits, santai dong bro.. ". Tahan Ryan sambil medorong sedikit bahu Brandon agar bocah itu memundurkan langkahnya dari hadapan Ayas, sang ketua geng.

"Gini deh, lo mau dibully satu sekolahan? Gue punya power untuk permaluin lo dihadapan satu angkatan kalo gue mau.. lo tau kan?". Ancam Ayas tenang.

Brandon terdiam sebentar. Ayas benar. Laki-laki itu merupakan salah satu siswa paling populer dan berpengaruh disekolah ini. Siswa yang dikenal angkuh dan tega sehingga hampir seluruh murid di SMA ini takut berurusan dengannya karena memang Ayas bisa melakukan apapun semaunya. Singkatnya, laki-laki itu cukup licik dan jahat. Memikirkan hal tersebut spontan membuat Brandon menyapukan rambutnya kebelakang karena kesal. Kedua remaja itu tampak saling berpadangan sengit.

Brandon menatap temannya tersebut dengan tajam. "Tapi nggak ngajak jalan Bu Sandra juga kan.."

Ayas hanya mengindikan bahunya tak acuh. "Cuma ngajak jalan kok.. apa susahnya?"

Lagi-lagi Brandon dibuat tak habis pikir dengan pola pikir teman satu gengnya tersebut.

Ayas tampak tersenyum kecil melihat ekpresi wajah Brandon yang mulai mengeras. Laki-laki itu lantas sedikit melangkahkan kakinya untuk mendekat kehadapan Brandon dan menepuk bahu sahabatnya tersebut dengan pelan. 

"Ajak jalan Bu Sandra atau masa SMA lo bakal suram..". Gumamnya licik lalu mengisyaratkan Ryan dan Agusta untuk mengikutinya meninggalkan Brandon yang masih berdiam membatu diparkiran.

Brandon mengepalkan tangannya kuat-kuat untuk melampiaskan emosi yang kini mulai menyelimuti dirinya. Ia merasa sangat dipermainkan oleh orang yang selama ini telah ia anggap sebagai sahabat. Bocah itu menatap sosok Sasa yang kini mulai berjalan meninggalkan parkiran menuju gedung sekolah sambil sesekali menyapa murid-muridnya dengan ramah. Brandon tampak sibuk berspekulasi dikepalanya. Apakah ia harus menuruti permintaan Ayas untuk mengajak jalan Bu Sandra agar tidak dikeluarkan dari geng? atau ia menolak permintaan tersebut dan keluar dari geng namun resikonya ia akan dibuat malu dihadapan satu sekolah oleh Ayas dengan cara yang bahkan tidak bisa Brandon bayangkan karena sudah dikatakan kan, bahwa laki-laki itu sangat tega.

Brandon menimbang segala kemungkinan dikepalanya. Mencari mana yang sebaiknya ia lakukan dan tidak. Namun ternyata egonya sebagai remaja dibawah umur 20 tahun terlalu besar untuk diajak berpikir logis. Pada akhirnya bocah itu memutuskan untuk menerima permintaan Ayas dan akan mengajak jalan Bu Sandra agar masa SMAnya dapat terselamatkan. Toh, ia sudah kelas 12 yang sebentar lagi akan lulus. Jadi Brandon rasa tidak salah jika dia ingin mejaga image-nya sampai hari kelulusan tiba.

____________________________

Bangun konfik yok bangun konflik.. tapi pelan-pelan aja karena ini cerita tuh alurnya jadi film dikepala gue jadi agak.. lama.. maaf ya kalo ngebosenin

The ConcertWhere stories live. Discover now