23 (New Studio)

76 15 3
                                    

Di dalam studio ternyata Jamal dan Sasa sudah sibuk mempersiapkan seluruh peralatan yang akan digunakan oleh enam hari. Kedua manusia dari divisi perlengkapan itu tampak fokus dengan kegiatan mereka masing-masing. Sasa memilih untuk menata stand mic dan stand partitur sementara Jamal sibuk dengan kegiatan mengecek sound yang cukup merepotkan.

"Kurang apa lagi nih mal?". Tanya Sasa sambil menepukan kedua telapak tangannya untuk menghilangkan debu dari sana.

Jamal yang masih mengotak-atik alat mixing tersebut kemudian menatap Sasa. "Udah selesai lo?"

Sasa mengangguk kecil. "Udah, kenapa?"

Mendengar jawaban tersebut Jamal spontan tersenyum tertahan. "Gue ada panggilan alam..". Ucap pria itu lirih namun cukup keras untuk bisa Sasa dengar.

"Apaan? kebelet berak lo?". Ulang Sasa untuk memperjelas maksud Jamal sekaligus menggoda sang anak buah.

"Ah elu pake diperjelas.. iya nih, udah diujung!"

Entah kenapa Sasa tertawa mendengar penjelasan Jamal tersebut, mungkin karena pembawaan pria itu yang sudah lucu dari lahir sehingga apapun yang dilakukan atau dikatakan oleh Jamal menjadi lucu untuknya. Wanita itu kemudian mengangguk kecil lalu berjalan mendekat ke arah mixer untuk mengambil alih tugas Jamal sejenak.

"Sana buruan ke kamar mandi, ini biar gue yang urus..". Ucapnya kemudian mulai mengambil mic dari tangan Jamal dan mengatur suaranya lewat alat mixing.

"Yaudah gue ke kamar mandi bentar.. nanti balik kesini lagi.."

"Iyee, santai.."

Lalu tanpa ba bi bu lagi, Jamal segera meninggalkan studio untuk mencari kamar mandi terdekat karena panggilan alam sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Kini giliran Sasa yang sibuk mencolok-colokan kabel sound dan mic untuk diatur suaranya.

Menjadi bagian dari divisi perlengkapan dan produksi sejak kuliah rupanya cukup memberikan wanita itu banyak pengetahuan tentang tetek bengek dunia belakang layar permusikan. Termasuk tentang sound dan lighting serta sebaginya. Tapi tahu mengenai hal tersebut tidak lantas menjadikan Sasa seorang ahli karena wanita itu pun hanya mengetahui tentang dasar-dasar pemasangan alat yang cukup untuk kondisi seperti ini. Maka dari itu jika urusan sound sudah terkait dengan panggung besar, Sasa beserta seluruh kru EO yang terlibat memilih menyerahkan pekerjaan itu kepada para sound man yang terhormat.

"Cek..cek..". Tesnya pada salah satu mic yang berhasil ia setel.

Sementara itu pada saat yang bersamaan muncul para personil enam hari dari pintu studio sambil membawa alat musik mereka sendiri-sendiri termasuk Danang yang selalu membawa totebag putih berisi 3 pasang stik drum yang selalu ia bawa ketika latihan.

"Loh sa? lo udah dateng duluan?". Sapa Surya karena pria itu yang pertama kali masuk kedalam studio disusul Danang, lalu Wirya kemudian yang terakhir Brian.

Sasa yang semula sibuk mengatur mic pun seketika mendongak dan mendapati para anak enam hari telah berdiri dihadapannya. "Oh bang Surya.. udah pada dateng ya? langsung prepare aja, gue pasang mic dulu"

"Bisa lo?". Tanya Brian ragu.

"Bisa kalo cuma mic doang.."

"Yaudah kita nyetem alat dulu ya..". Sahut Surya.

"Silahkan bang..". Jawab Sasa seadanya. Kemudian para personel enam hari mulai mengambil bagiannya masing-masing. Danang sibuk mengatur suara drumnya menggunakan kunci. Surya dan Brian sibuk mengatur suara gitar dan bass nya lewat ampli yang telah tersedia, juga Wirya yang mulai menyetel tatanan keyboard dan syntesizenya di laptop.

The ConcertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang