31 (When Jae was come home)

60 15 1
                                    

"Good job everybody!". Teriak Jae sambil bertepuk tangan bangga atas segala kontribusi yang telah dilakukan oleh semua kru dalam produksi acara podcast mingguan disalah satu platform media digital yang ia bintangi. Pria jangkung itu kemudian berpamitan kepada semua orang untuk pulang karena ingin segera beristirahat sebab besok pagi-pagi sekali ia harus pergi ke Bandung untuk melakukan kegiatannya yang lain.

Malam ini Jae terpaksa pulang ke apartemen menggunakan taksi karena mobil putih kesayangannya masih berada ditangan Brian --yang sebenarnya sudah dikembalikan. Pria itu juga sudah mengetahui perihal sang bassist yang menggunakan mobilnya untuk menolong Sasa dan membawa wanita itu pergi ke rumah sakit. Tidak masalah bagi Jae selama besok ketika ia membutuhkannya, Range Rover putih itu sudah terparkir dengan manis di parkiran basement.

Sekitar 30 menit kemudian, tanpa sadar taksi yang Jae tumpangi sudah memasuki area parkir depan gedung apartemen tempatnya tinggal.

"Bayarnya pake gopo* ya pak, makasih..". Ucap Jae kemudian membuka pintu mobil dan keluar dari kursi penumpang.

Pria itu melangkahkan kakinya menuju lift dengan cepat lalu menekan tombol angka yang merujuk pada nomor lantai tempat apartemennya berada. Rasa lelah yang mendera setelah bekerja hampir seharian membuat Jae ingin segera bersih-bersih badan untuk kemudian beristirahat.

Setelah memasukan password, pintu apartemennya pun otomatis terbuka. Pria jangkung itu mulai memasuki rumahnya dengan lega. Sepasang kaki panjang tersebut tampak berjalan lelah menuju sofa karena ingin segera merebahkan diri, tetapi ternyata ada hal lain yang membuat Jae harus mengurungkan keinginannya. Langkah Jae terpaksa berhenti ketika pandangannya tidak sengaja melihat sosok wanita berambut panjang tengah duduk di meja makan dengan kepala yang tertunduk.

Jae menatap sosok tersebut dengan dahi berkerut. Matanya memincing tajam mengamati sosok wanita yang kini masih tertunduk sambil terisak. Ia ingin tau siapa wanita yang sudah lancang masuk ke rumahnya tanpa ijin.

Agaknya wanita itupun menyadari kedatangan Jae, karena sedetik kemudian kepalanya perlahan mendongak hingga menampakkan wajah cantik yang kini masih bercucuran air mata.

Fira menatap Jae dengan mata yang masih berair. Sejak pertemuan tanpa sengajanya dengan Brian beberapa saat yang lalu, wanita itu tak bisa berhenti menangis karena merasa sangat bersalah kepada mantan kekasihnya tersebut.

Jae mendecih pelan. Raut wajahnya juga langsung berubah malas dan kesal ketika akhirnya mengetahui bahwa wanita yang kini duduk di meja makan itu adalah Fira, calon istri yang tidak ia inginkan.

"Lo ngapain di sini?". Tanya pria itu dingin.

Melihat Jae kini sedang menatapnya dengan tajam membuat Fira kontan segera menyeka air matanya cepat-cepat. Ia tidak ingin tertangkap menangis di hadapan Jae meskipun nyatanya hal itu baru saja terjadi.

Tapi Jae tak ingin ambil pusing terhadap kondisi Fira yang saat ini terlihat sangat kacau tersebut. Ia lebih penasaran pada alasan wanita itu berada di apartemennya apalagi sambil membawa 2 buah koper besar yang kini sudah diletakan di sudut ruangan.

"Itu koper apaan?". Tunjuknya pada 2 buah koper yang masing-masing berwarna abu-abu dan hitam.

Fira melirik ke arah kopernya sekilas sebelum kembali menatap Jae dengan matanya yang sembab. "Itu koper baju gue-"

"-Ngapain lo bawa baju ke apartemen gue?"

Pria itu benar-benar kesal karena kedatangan Fira yang tiba-tiba. Apalagi wanita itu datang tanpa sebuah pemberitahuan terlebih dahulu.

Fira sedikit terkejut ditempatnya. Bahkan ia harus menelan ludahnya sebelum menjawab pertanyaan Jae dengan gugup. "Gue bakal mulai tinggal di sini-"

The ConcertWhere stories live. Discover now