19 (Wirya Indigo)

80 15 3
                                    

Di dalam ruko dua lantai yang merangkap sebagai studio dan basecamp tersebut rupanya Sandy dan para personil enam hari kecuali Brian sudah berkumpul bersama Septian dimeja makan untuk membahas apa yang mesti mereka siapkan terkait kelangsungan konser yang akan dilaksanakan 3 bulan dari sekarang.

"Diminum sep..". Ucap Danang sambil menyodorkan sekaleng bir dingin dengan kemasan warna hijau ke hadapan Septian yang kini sudah duduk diantara mereka sambil sedikit membuka-buka buku catatannya untuk memeriksa detail acara.

Septian menghentikan aktifitasnya sejenak. Kepalanya yang semula menunduk kini ia angkat untuk menatap Danang. Tangan pria itu juga terulur untuk menerima bir tersebut dengan senang hati. "Makasih nang.."

"Yoi..". Balas Danang santai.

Kini setelah mereka memiliki waktu untuk saling mengenal lebih jauh, ternyata baru diketahui jika Danang dan Septian lahir ditahun yang sama. Sehingga Septian tidak perlu menambahkan embel-embel bang ketika berinteraksi dengan Drumer enam hari tersebut dan Danang pun tidak merasa keberatan sama sekali dengan hal itu.

Sebenarnya, seluruh personel enam hari termasuk Brian dan Sandy merupakan salah satu jenis manusia yang cukup asik dan Chill. Mereka semua tidak seangkuh seperti yang terlihat ketika pertama kali bertemu.

"Halo everybody...". Sapa Brian yang tiba-tiba muncul dari tangga dan langsung menarik perhatian dari seluruh manusia dimeja makan.

Danang yang baru saja datang dari dapur sambil membawa dua kaleng bir dingin ditangannya pun lantas melirik sinis ke arah Brian yang kini sudah mengambil tempat duduk kosong disamping Surya. 

"Lah baru dateng lo? Dari mana aja bang?". Tanyanya seraya memberikan kedua bir tersebut kepada Wirya dan Sandy.

Mendengar pertanyaan dari Danang, Brian hanya bisa menunjukan rentetan gigi putihnya. Pria itu tak berniat menjelaskan apapun karena memang tidak ada yang perlu dijelaskan. Singkatnya, Brian hanya telat karena memang telat.

"Biasalah bisnis..". Kilahnya sambil meletakan ponsel dan kunci mobilnya ke atas meja.

Danang hanya bisa memutar matanya tak acuh. "Mau bir nggak lo?"

Brian lantas menunjukan jari telunjuknya.

"Satu..". Ucapnya yang hanya dibalas dengan anggukan singkat dari Danang karena setelahnya, pria itu langsung berlalu kembali ke dapur untuk mengambil minuman.

Brian mengamati seluruh manusia dimeja makan satu-persatu, lalu tatapannya berakhir kepada Wirya yang kini tengah sibuk memainkan ponsel diseberang. Melihat Wirya disana membuat Brian mendadak terpikiran sesuatu yang sedari tadi cukup mengganggu pikirannya. 

"Eh wir gue minta tolong dong..". Panggil Brian kepada Wirya yang duduk diujung meja.

Merasa dipanggil, Wirya pun menaikan pandangan matanya untuk menatap ke arah Brian. "Apaan.."

Brian kembali menunjukan deretan gigi rapihnya. Tanpa pikir panjang ia pun mengambil ponselnya dan memberikan benda tersebut kepada Wirya dengan cara mendorongnya di atas meja kaca tempat mereka semua berkumpul hingga meluncur tepat ke hadapan Wirya. 

Wirya mengamati ponsel Brian dihadapannya dengan dahi berkerut. Wajah pria itu tampak bingung. Namun dua detik kemudian sebuah kalimat penjelasan terdengar keluar dari mulut Brian. "Liatin Odun ada dimana dong.. hehe"

Akhirnya perkataan tersebut mampu membuat Wirya menegakan punggungnya yang semula bersandar malas pada kursi.

"Kayak beginian lo tanya gue?". Ucapnya tak percaya pada apa yang baru saja Brian katakan.

The ConcertWhere stories live. Discover now