6 (First meeting)

126 22 7
                                    

Sasa membenarkan letak kacamatanya yang miring. Wanita itu kini tengah duduk fokus memandang laptop dengan jari-jari tangan sibuk mengetikan nilai-nilai hasil ujian tengah semester dari siswa-siswinya ke layar. Hari ini pekerjaan tersebut harus ia selesaikan karena guru wali kelas mereka sudah meminta agar Sasa segera mengirimkan nilai tersebut untuk diolah menjadi nilai rapot.

"Haduh.. capek juga..". Keluh Sasa setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ia lalu melepas kacamata kerjanya yang kemudian diletakan di samping buku. Tangan wanita itu pun mulai bergerak memijit kecil pangkal hidungnya setelah rasa pening mulai menjalari kepala Sasa akibat penumpukan pekerjaan dari sekolah maupun kantor.

Tidak sengaja mata wanita itu melirik kearah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 05.00 sore. Dilihatnya meja guru-guru yang lain sudah kosong tak berpenghuni. Rupanya Sasa hanya seorang diri diruangan ini. Bahkan pak kepala sekolah yang biasanya pulang terakhir pun kini sepertinya juga sudah pulang lebih awal.

Wanita itu lantas merapihkan buku-buku dan alat tulis miliknya untuk dimasukan kedalam tas. Ia harus segera pulang karena hari mulai gelap. Selain itu Sasa juga butuh mandi untuk menghilangkan kepenatan selepas mengajar dan bekerja dari pagi sampai sore tanpa istirahat.

Ketika kaki wanita itu mulai melangkah keluar dari ruang guru, tiba-tiba ponselnya berdering tanda panggilan masuk.

Sasa mengerutkan dahinya bingung setelah melihat nama sang penelpon tertera dilayar ponsel. Dina, salah satu anggotanya yang hari ini ia tugaskan bertemu dengan enam hari untuk memaparkan presentasi menggantikan dirinya yang kebetulan sedang banyak pekerjaan disekolah.

"Ya halo din? Kenapa?". Tanya Sasa santai sambil meneruskan langkahnya menuju parkiran guru.

"Kak Sasa gue minta maaf banget hari ini nggak jadi bisa ketemu sama pihak enam hari.. bokap gue mendadak masuk rumah sakit.."

Mendengar kalimat tersebut spontan Sasa langsung menghentikan langkahnya. "Loh kenapa? Terus yang ketemu enam hari sekarang siapa?". Todong wanita itu mulai panik. Bagaimana tidak? Jadwal rapat dengan enam hari itu pukul 5 sore, dan sekarang sudah pukul..

Sasa lantas mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam tangan yang melingkar disana.

DAN SEKARANG SUDAH PUKUL 05.15 OH MY-

"Kalo gitu sekarang lo minta tolong anak perkap yang lain buat gantiin lo presentasi. Ini udah jam lima lewat. Orang enam hari pasti udah nungguin!" Perintahnya cepat agar masalah ini dapat segera diatasi.

"Gue udah coba minta tolong sama anak-anak tapi katanya nggak ada yang bisa.. semuanya lagi ada urusan.. gimana dong kak? Tapi gue juga nggak bisa ninggalin bokap gue sendirian..". Balas Dinna sambil menangis karena terdengar suara isakkan samar dari sana.

Sasa menarik nafasnya dalam-dalam. Wanita itu mencoba menenangkan pikirannya agar tidak terpancing emosi. Tidak ada pilihan lain selain ia sendiri yang harus hadir.

"Yaudah, lo jagain bokap lo.. biar gue yang ketemu sama orang enam hari..". Ucapnya tegas yang terdengar sarat akan tanggung jawab.

**

"Mana nih temen lo? Masa janjian jam 5 tapi sampe sekarang belum muncul juga?". Gerutu Brian yang saat ini sudah berada di ruang pertemuan bersama para anggota enam hari plus sang manager.

Pria itu sejak tadi sebenarnya sudah marah-marah sendiri. Mood patah hatinya saja sampai sekarang belum membaik tapi sudah ditambah dengan kengaretan oknum EO yang kini entah berada dimana. Brian menjadi semakin terpancing emosi.

Sementara itu Bella juga terus merasa gelisah dalam duduknya. Wanita itu sedari tadi sudah mencoba mencairkan suasana dengan mengajak semua orang yang berada disana untuk mengobrolkan banyak hal termasuk tentang konser mereka. Ia mencoba mengulur waktu agar enam hari tetap sabar menunggu Sasa yang katanya tengah terjebak kemacetan di jalan.

The ConcertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang