20 (Odun)

72 15 2
                                    

Seorang laki-laki berambut hitam tebal tampak sedang duduk di salah satu kursi yang berjejer di depan meja bartender. Laki-laki berjaket jeans biru gelap dengan dalaman kaos berwarna putih serta bercelana ripped jeans hitam yang dipadukan dengan sneakers warna putih itu tampak melamun menatap gelas kecil berisi vodka yang kini sudah sisa setengah ditangannya.

"Lo nggak mau balik?". Tanya seorang pria berkemeja hitam yang kini tengah sibuk mengelap gelas-gelas kecil yang berada di kabinet bar.

Laki-laki berjaket jeans itu hanya melirik temannya dengan pandangan yang susah untuk diartikan lalu sedetik kemudian gelasnya ia angkat untuk diminum isinya hingga tandas. Dahinya sedikit berkerut setelah merasakan sengatan dari minuman alkohol yang melewati tenggorokannya. Ia lantas meletakan gelas itu kembali ke meja. 

"Males gue.. bokap gue jahat banget sama gue bang..". Gerutunya sebal lalu mulai mengeluarkan kotak rokok dari dalam saku jaket.

Pria berkemeja hitam yang sedari tadi mendengarkan sambil mengelap gelas-gelas itu rupanya tak sengaja melihat kedatangan dua pria dewasa yang cukup ia kenal dari pintu utama bar. Dahinya otomatis berkerut karena kedua pria dewasa itu tampak berjalan tergesa menuju mejanya. Baru saja ia akan menyapa dan menanyakan keperluan terkait kedatangan Wirya dan salah satu rekan bandnya namun sebuah keplakan cukup keras dikepala Brandon sudah terlebih dahulu mengagetkan dirinya.

"Heh anak setan!--". Bentak Brian emosi setelah sukses mengeplak bagian belakang kepala Brandon hingga adiknya itu mengaduh kesakitan.

"--Bangsat!". Reflek Brandon begitu seeorang mengeplaknya dari belakang tanpa tahu jika orang yang mengeplaknya adalah kakaknya sendiri. 

Bocah itu lantas segera menoleh ke belakang lalu spontan terlonjak ketika melihat keberadaan Brian dihadapannya. "Kak? kok lo tau gue disini?". Pekiknya terkejut.

Brian hanya bisa menatap adiknya tersebut dengan pandangan menyeramkan. "Apa tadi? Lo ngatain gue bangsat? Udah berani lo sama gue?"

Brandon pun menghela nafasnya pasrah. Ia sudah tertangkap basah oleh kakaknya sendiri jadi tidak ada lagi alasan yang bisa lontarkan karena Brian akan selalu tahu jika ia melakukan kebohongan. 

Bocah itu mengusap lehernya yang tidak gatal. "Ya maaf.. gue kan nggak tau kalau itu lo"

"Alesan lo.."

Wirya yang menyadari situasi di dalam klub mulai memanas pun segera melihat kearah Denis, sang pemilik klub yang sekaligus rekannya karena pria itu terlihat kebingungan.

"Maaf ya nis.. jadi bikin ribut". Ucapnya yang spontan membuat Denis menoleh kearah Wirya.

"Ada apa sih ini wir?". Tanyanya tak mengerti pada situasi yang kini tengah terjadi di dalam klubnya.

Wirya hanya mengindikan bahunya. "Masalah keluarga nis.."

Lalu Denis pun menganggukan kepalanya paham kemudian kembali mengelap gelas-gelas minuman miliknya yang masih belum ia selesaikan karena tidak ingin mengganggu masalah orang lain.  Namun meski begitu, ia masih tetap memantau keributan yang ditimbulkan oleh kakak beradik dari keluarga Wijaya tersebut.

Brian mengedarkan pandangannya pada meja bartender dan menemukan sebuah gelas alkohol kosong dan sekotak rokok yang langsung membuatnya melotot kepada sang adik.

"Udah berani minum lo?". Tanyanya dingin.

Brandon melirik kearah gelas tersebut lalu menatap Denis dengan raut tidak enak karena sudah membawa keributan ke dalam klubnya. Tapi sepertinya pria itu tidak keberatan karena Denis pun membalas tatapan Brandon dengan pandangan santai dan tidak terlihat terganggu sama sekali. Terbukti dengan Denis yang masih setia mengelap gelas-gelasnya dengan tenang. Terang saja, pasti ia sudah terbiasa berhadapan dengan situasi semacam ini karena ia adalah seorang pemilik klub.

The ConcertNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ