Brother Shit!

108K 5K 291
                                    

Aku kembaliiii! Tentunya dengan cerita ecum sejuta umat🌚🤣 #plak!

***

"Aarghh...."

Rio mengerang kuat saat cairan kental putih dari alat tempur miliknya menyembur deras masuk ke rahim wanita di bawahnya. Sial. Rio ketagihan, tapi jam istirahatnya sebentar lagi akan berakhir dan rapat akan segera dimulai.

"Aku duluan," Rio berujar sambil membersihkan si alat tempur dengan tisu lalu kembali mengenakan celananya. Kemeja yang sudah kusut di lantai sana dia biarkan saja.

Rio berjalan ke arah lemari di sebelah ranjang lalu mengambil satu kemeja baru yang masih rapi. Matanya tidak melirik sama sekali ke atas ranjang di mana seorang wanita sedang terkapar karena kelelahan.

"Yo, kamu nanti malam nginep, kan?"

Rio berdeham saja dan langsung berlalu setelah selesai merapikan diri. Dia harus cepat kembali ke kantor sebelum atasannya yang sangat kaku dan dingin itu murka karena keterlambatannya.

Usai kepergian Rio, wanita bernama Dinda itu meneteskan air mata. Selalu saja seperti ini. Pria yang sudah puas akan tubuhnya itu tidak akan menoleh lagi untuk melihat keadaannya. Dinda sedih? Iya. Kecewa? Jelas. Tapi Dinda bisa apa? Dirinya bukan seseorang yang berharga bagi Rio.

Dinda beranjak dengan sangat pelan karena tubuhnya begitu remuk usai melayani hasrat gila Rio. Dengan langkah kaki yang tertatih, Dinda memasuki kamar mandi lalu membersihkan diri.

Sekitar 30 menit Dinda berada di dalam sana sambil mengenang lagi awal permulaan dosa yang mereka perbuat. Air matanya tak henti mengalir. Dia mencintai Rio? Ya. Kalau Dinda tidak cinta, mana mungkin Dinda rela tubuhnya berulang kali dinikmati oleh pria tersebut.

Suara ponsel berdering membuat Dinda yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung menoleh. Dinda berjalan ke sofa di mana ponselnya berada. Mata Dinda menatap siapa yang menelponnya.

"Halo, Ma?" sapa Dinda saat ia menjawab panggilan tersebut.

"Nanti malam ada acara gak, Dek? Pulang dulu, ya, kita kedatangan tamu."

Dinda menggigit bibir lalu menghela napas pelan, "oke, Ma," jawabnya.

Seruan senang di sebrang sana membuat Dinda tersenyum. Memangnya Dinda bisa menolak? Kalaupun iya, Dinda merasa tidak pantas. Dinda tahu diri dan tahu posisinya.

Dinda mengirim pesan pada salah satu teman kerjanya. Wanita itu akan izin saja siang ini. Dia tidak memiliki suasana hati yang baik untuk melanjutkan pekerjaan.

***

Dinda melangkah masuk ke dalam sebuah rumah mewah dan megah. Sepertinya tamu kedua orangtuanya cukup ramai karena Dinda melihat ada sekitar 5 mobil mewah di perkarangan depan rumahnya.

Tangan Dinda saling meremas. Dia gugup dan juga takut. Gugup karena ini pasti akan membuatnya bertatap muka dengan pria tadi siang tapi dengan keadaan berbeda. Sebagai kakak dan adik. Takut karena Dinda sedikit ceroboh. Dinda takut membuat kesalahan dan mengacaukan acara orangtuanya malam ini.

"Nah, ini dia," Seorang wanita 50 tahunan mendekati Dinda dan mengapit lengannya ketika Dinda memasuki ruang tamu.

Dinda dibawa duduk di sofa di mana ayahnya berada. Dinda tidak berani menoleh pada sofa di sebelah sofa mereka. Ada Rio di sana dan Dinda bisa merasakan kalau pria itu tengah menatapnya dengan tajam.

"Ini yang namanya Dinda?" tanya seorang wanita yang duduk di sofa depan mereka.

Dinda tersenyum. Sang ibu yang duduk di sebelahnya mengusap rambut Dinda dengan lembut. "Iya, Mbak, ini putriku," ujarnya dengan nada bangga.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang