Struggle (2)

44.5K 5.2K 544
                                    

Baby membungkam mulutnya dan membelalak seketika sambil melompat turun dari ranjang. Perempuan itu berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.

Bahkan Baby tidak tahu kalau sebelumnya ia pingsan. Kondisi ini bisa diawali dengan rasa pusing, mual, dan penglihatan kabur. Selanjutnya, kehilangan kesadaran hingga tak menyadari apa pun. Secara medis, pingsan disebut sinkop. Kondisi yang biasanya berlangsung selama beberapa detik atau beberapa menit.

Baby menatap wajahnya di cermin wastafel. Sangat pucat dan mengenaskan. Baby hanya ingat terakhir kali ia dipaksa melayani hasrat gila Alan dan ia tidak mengingat jelas apa yang terjadi selanjutnya.

"Gue gak boleh lemah," Baby mengusap perutnya dan meraih sebotol obat dari lemari di atas westafel. Obat yang diberikan dokter kandungannya sebagai penguat janin.

Usai menelan obatnya, Baby keluar dari kamar mandi. Matanya menatap malas pada kasur yang berantakan. Hari sudah pagi, Alan pun tidak terlihat lagi.

Mengingat bagaimana Alan memperlakukannya tadi malam, Baby kembali berkaca-kaca. Laki-laki itu bukan seperti Alan yang Baby kenal selama ini.

"Kamu berubah," gumam Baby sedih.

Baby meraih pakaian tidur secara acak dari lemari dan memakainya. Perempuan itu memilih ke dapur karena ia merasa lapar. Ia baru ingat kalau belum makan sejak kemarin siang karena mood nya kacau.

Ada catatan kecil yang tertempel di lemari pendingin. Baby mengambilnya dan membaca tulisan tangan Alan di sana.

Aku udah beli sarapan buat kamu. Maaf gak bangunin, aku ada kuliah pagi. Ketemu nanti sore, ya, Sayang.

Baby menghela napas. Dia tahu jadwal kuliah Alan. Dan ini untuk pertama kalinya laki-laki itu berbohong. Hari ini Alan tidak ada jadwal sama sekali.

"Kamu seharusnya putusin aku dulu baru nikah sama perempuan lain," gumam Baby.

Usai memakan sarapan yang tersedia, Baby kembali masuk ke dalam kamar dan memilih mengeluarkan koper dari lemari. Baby mengemas barang-barang Alan, lalu memasukkannya ke dalam koper laki-laki itu.

"Emang harusnya aku tahu diri, Al. Mau gimana pun, kalo soal status sosial, aku kalah telak."

Baby akui dia bukan orang kaya. Apalagi Baby hanya hidup berdua dengan ayahnya yang pekerja keras. Karena tidak suka melihat ayahnya terlalu giat bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhannya dan menyenangkannya, Baby yang memilih giat belajar hingga akhirnya selalu mendapatkan beasiswa hingga ke jenjang perkuliahan.

"Yah, maaf," bisik Baby sambil memeluk dirinya sendiri.

"Aku udah ngecewain, Ayah," lanjutnya dengan isakan pelan.

Baby jadi sensitif sejak kemarin. Semua yang ia alamai seolah menjadi karma yang Tuhan berikan. Kenapa jadi perempuan begitu murahan? Baby baru menyesalinya sekarang.

Andai saja waktu itu dia tidak berpacaran dengan Alan, mungkin dia bisa menjaga diri dan tidak akan ada janin di perutnya saat ini.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Bukankah menikmati apa yang sudah terjadi lebih baik? Ditambahi ayam suwir, kecap, kacang dan cabe merah saja agar semakin nikmat.

Penulis jadi laper.

Ponsel milik Baby berdering nyaring. Perempuan itu meraih tas yang kemarin dipakainya, lalu mengambil ponselnya di dalam sana.

Nomor baru yang memanggil membuat kening Baby berkerut samar. Siapa?

Baby menjawab panggilan tersebut tapi tidak bersuara sama sekali. Ia menunggu lawan bicaranya yang bersuara lebih dulu.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang