Blind Date (3)

37.7K 4.2K 275
                                    

Untuk semua saran dan masukannya di bab sebelum ini, terima kasih banyak.

Ada beberapa saran yang bisa aku terima dan ada beberapa lagi yang gak mungkin aku terima. Kayak Hiatus nulis biar gak kepikiran dll.

Mon maap🥺 aku jadi penulis tuh karena pengalihan biar gak stres kuliah dan skripsi dulunya😭 sekarang keenakan, malah kayak udah jadi obatnya. Itu juga alasan aku suka bgt blokir akun2 yg komen jahat (menurutku) dan akun2 yg menuntut aku untuk crazy up pdhl enggak follow💅.

Satu lagi, Fyi, aku suka cek-cek komen. Terus cek akun yg komen itu. Komennya B aja, tapi dia gak follow, dan moodku lagi gak bagus, auto blokir😭🤣 biar apa? Biar gabisa baca lapakku lagi.

Aku benci sama orang2 yg baca karya orang tanpa ngasih apresiasi. Ditambah enggak pernah vote😭 nuntut update pula🤣 jahanam sekali tuh akun.

Dan... Kemarin yg beruntung dapetin PDF vol.4 tuh rata2 gak follow aku. Yaudin, aku alihin ke yg lebih pantas mendapatkan👉👈

"Gila followers!"

Emang!

Sumber energi ecum soalnya wkwk🤪🤪

Yg belum follow, siap2 aja dapet jatah yaaa🤣🤣 #plak

***

"Hampir tiga bulan gue gak ketemu bocil-bocil," Kelana terkekeh sambil beranjak dari duduknya.

Makan malam sudah usai. Alamanda tidak bisa berlama-lama karena 3 anaknya ia tinggal di kamar hotel bersama mertuanya. Yang Alamanda khawatirkan adalah si bungsu. Bocah itu suka sekali menjaili kedua kakaknya sehingga sering kali mereka bertengkar.

Mertua Alamanda tidak akan bisa melerai anak-anaknya seorang diri. Jiwa bar-bar Alamanda sepertinya menurun pada ketiga putrinya itu.

"Titip bini gue. Jangan sampai lecet."

Kelana mencibir. "Gue lebih sayang nyawa ketimbang bini lo," katanya.

Alamanda terkekeh geli. "Pokoknya jangan sampai lupa pesanan anak-anak, Mas. Jangan sampai salah beli juga," ucapnya mengingatkan sang suami.

"Iya. Kamu hati-hati. Jangan ceroboh kalau jalan. Kel, langsung ke hotel. Jangan mampir-mampir beli apa pun kalo bini gue minta. Dia suka laper mata."

"Gue udah khatam sifat bini lo," ejek Kelana sambil merangkul pundak Alamanda.

Suami Alamanda berdecak. Apalagi saat melihat sang istri kini malah memeluk mesra lengan Kelana setelah sahabatnya itu melepaskan rangkulan di pundaknya.

"Bini gue kayak punya laki dua kalo begini," decaknya sebelum lebih dulu berlalu meninggalkan sang istri dan  sahabatnya yang tertawa.

"Ayo," ajak Alamanda menarik lengan Kelana.

Keduanya meninggalkan ruang VIP yang dipesan oleh Alamanda dan suaminya untuk makan malam bersama Kelana. Saat memasuki lift, Kelana merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Tidak ada notifikasi apa pun dari Oja. Artinya wanita itu belum selesai dengan kencannya.

"Gue mau egois jodohin lo sama adik ipar gue. Tapi gue tahu itu gak bakal bikin lo bahagia."

Kelana menunduk memperhatikan puncak kepala Alamanda. Andai saja ia bisa melupakan Oja semudah berganti teman kencan seperti apa yang Malik lakukan selama ini, mungkin Kelana juga bisa menerima siapa saja yang dijodohkan dengannya.

"Andai aja lo dulu gak dijebak si kampret itu. Udah gue nikahin lo, Al," decak Kelana pura-pura kesal.

Alamanda tertawa sambil mencubit lengan sahabatnya. "Amit-amit gue jadi bini lo," balasnya.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang