Last Chance (3)

54.5K 4.4K 182
                                    

Agam tersenyum tipis dan merogoh saku jasnya. Pria itu mengotak-atik sebentar ponselnya sebelum memberikan kepada Alma. Dengan perasaan deg-degan, Agam menenilai ekspresi yang akan Alma berikan.

Sementara Alma dengan mata membelalak dan mulut yang sedikit terbuka menonton sebuah video yang sedang diputar oleh ponsel milik Agam. Sial. Kenapa Alma tidak pernah berpikir kalau ruang pribadi pria itu mempunyai kamera pengawas?

Bodoh!

Di dalam video jelas terekam semua kejadian dari awal hingga akhir. Alma masih ingat dengan jelas bagaimana rasanya berada di sana. Apalagi sentuhan Agam pada tubuhnya. Masih membekas hingga saat ini.

Saat itu, Alma memasuki ruangan pribadi Agam sambil membawa pesanan pria itu. Sebenarnya ini bukan tugas Alma. Hanya saja, saat itu Alma sedang malas melayani sekelompok pria mesum yang ingin ditemani minum.

Di waktu yang bersamaan pula, rekan kerja Alma juga tidak berani mengantarkan pesanan Agam. Wanita yang cukup dekat dengan Alma itu tahu kalau suasana hati sang atasan sedang tidak baik-baik saja. Dan dia takut kalau salah bertindak maka Agam akan memecatnya.

Sayang, nasib berbeda malah menimpa Alma. Wanita cantik itu menjadi santapan lezat Agam di malam dingin itu. Agam yang dikuasi alcohol, serta Alma yang memang sejak bekerja di kelab sudah menaruh hati pada Agam tidak menolak saat pria itu menyentuhnya.

Alma akui dirinya benar-benar nekat dan tidak waras malam itu. Bahkan, saat Agam menyebut nama wanita lain pada pelepasan hebat mereka, Alma hanya mampu terdiam. Dari situ, Alma sadar, bahwa Agam tidak akan pernah bisa ia gapai.

Flashback...

Agam menatap pintu ruangannya yang terbuka dan seorang pelayan masuk sambil membawa pesanannya. Agam masih diam memperhatikan segala gerak-gerik wanita di depannya.

Sekitar 5 menit berlalu, wanita di depan Agam juga tidak beranjak untuk keluar. Agam yang dalam suasana hati kacau, butuh pelampiasan. Dengan yakin pria itu mendekati wanita di depannya.

Agam menatap pin nama yang tertera di baju seragam yang wanita itu kenakan. Maira, gumam Agam di dalam hati.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Agam menarik pinggang Alma. Pria itu terduduk di atas sofa di depan meja kerjanya dengan Alma di atas pangkuannya.

Alma meletakkan tangannya dengan refleks ke dada bidang Agam. Wajah mereka begitu dekat. Alma bisa merasakan hembusan napas Agam yang berbaur dengan alcohol. Sepertinya pria itu sudah minum sebelum ia datang ke sini.

Agam menatap bibir merah Alma yang begitu menggoda. Sambil menelan air ludah, Agam mendekatkan bibirnya dan bertemu dengan bibir Alma. Lembut. Agam suka.

Tangan yang semula melingkar di pinggang Alma kini mengelus pinggul, lalu meremas gemas bokong wanita tersebut. Alma mendesis dan mendesah pelan tanpa sadar. Apalagi saat Alma jelas merasakan ada yang mengganjal di bawah sana.

"Kamu... cantik," bisik Agam saat tautan bibri mereka terlepas.

Alma merasa senang mendapat pujian tersebut. Apalagi ini dari Agam, pria yang ia sukai dan pria yang terkenal dingin. Bahkan, Agam tidak pernah melirik para pelayan bahkan wanita penghibur di sini. Padahal Alma sangat memuji kecantikan wanita-wanita yang bekerja di sini. Agam tidak sembarangan menerima orang-orang untuk menjadi bagian dari kelab malamnya.

Agam menangkap semburat merah merona di pipi Alma. Pria itu tersenyum tanpa sadar. Dengan kedua tangan yang menyanggah bokong Alma, Agam beranjak dan berjalan menuju ranjang berukuran besar di sudut ruangan.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang