My Maid of Honor (3)

59.9K 5K 437
                                    

Aura tidak tahu harus mengatakan apa ketika pertanyaan tentang perawan terlontar dari Richard. Wanita itu hanya mengerjap dengan bibir yang sedikit terbuka.

Richard gemas dengan reaksi Aura kali ini. Pria tersebut dengan agresif kembali menyerang bibir Aura. Kali ini cumbuannya lebih ke menuntut balasan dan diselimuti gairah tertahan.

"Kamu perawan, Aura?" Richard berbisik serak di depan bibir Aura. Wanita itu mengangguk pelan dengan napas terengah yang menerpa kulit wajah Richard.

"Shit," umpat Richard karena anggukan yang Aura berika.

Kalau wanita itu perawan, Richard tidak mungkin membobolnya hanya karena sang burung tak bersayap ingin segera dipuaskan. Bahaya, kalau semakin lama posisi mereka seintim ini, maka Richard benar-benar akan nekat.

Richard menatap wajah Aura yang entah kenapa terlihat sangat seksi dan menggoda saat ini. Apalagi bibir bengkak wanita itu yang sedikit terbuka, seolah mengajak Richard untuk kembali memanjakannya.

Soal nafsu dan hasrat, Richard selalu bisa menahannya. Apalagi setahun belakangan ia tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita, jadi aman. Dan sekarang, hasrat terpendamnya sebagai pria berkebutuhan harus muncul kepermukaan karena kehadiran Aura. Apalagi lekuk tubuh wanita itu tidak bisa dibilang main-main.

"Kamu bisa bantu saya?" tanya Richard sambil mengendus leher jenjang Aura.

Aura mendongak dengan kedua tangan yang menyanggah tubuhnya ke belakang. Kini dadanya membusung menantang di depan Richard. Seolah meminta untuk disentuh juga.

"Ah..."

Richard meremas pinggul Aura saat mendengar suara desahan mengalun lembut dari bibir bengkaknya. Wanita itu memejamkan mata menikmati sensasi geli dan nikmat dari bibir Richard.

"Perih..." Aura meringis saat bibir Richard menyentuh kulit dadanya yang terkena kopi panas beberapa menit yang lalu.

"Maaf," gumam Richard seolah sadar kalau ia menyakiti wanita di depannya.

Aura menatap Richard. Mata keduanya seolah berbicara dengan kode yang mereka pahami berdua. Richard membawa Aura turun dari ayas wastafel dan menarik wanita itu untuk duduk di atas closet yang tertutup.

Aura mendongak. Richard mengelus kepala Aura dengan sebelah tangannya. Sementara tangan satunya lagi sibuk membuka ikat pinggang. Tatapan mereka terkunci. Wajah polos Aura membuat Richard mengerang di dalam hati. Wanita itu seolah memang sedang menunggu apa yang tersembunyi di balik celana kerja pria tersebut.

Yang Richard tidak tahu, jantung Aura semakin menggila. Apalagi ketika kini ikat pinggang, kancing serta risleting celana pria itu sudah terbuka. Aura menelan air ludah susah payah. Semoga dia tidak melakukan kesalahan fatal yang mengakibatkan burung Richard trauma.

Ini... Pengalaman pertama Aura selama hidup hampir 25 tahun lamanya. Sial.

"Buka mulutmu," titah Richard lembut.

Aura menurut dengan patuh. Wanita itu membuka mulutnya masih dengan pandangan yang terkunci pada mata Richard. Sementara Richard benar-benar tidak sabar ingin dimanjakan oleh mulut hangat Aura.

"P-Pak... I-ini..."

Aura tergagap saat benda pusaka yang dimiliki seluruh pria di dunia terpampang nyata di depan matanya. Aura semakin tercekat. Kenapa bisa bentuknya seperti itu? Yang Aura tahu, bentukan khas negara berbunga adalah kecil dan pendek. Tapi ini... Oh, tidak!

Richard menepuk pelan miliknya yang sudah mengeras ke pipi Aura. Pria itu menggigit bibir sebelum mengangsurkan ujung miliknya ke dalam mulut Aura. Sial. Richard mengerang tertahan.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang