The Doctor's Charm (4)

80K 5.8K 762
                                    

Itu jempol bar-bar bgt pada spam🔪
Scroll deh sampai pegel🌚😚🤣



























































































"Loh, Tris, Rama mana?"

"Tadi di ruang tamu aku tinggal, Tan, tapi sekarang gak tahu ke mana. Aku mau ke belakang dulu lihat Asya," jawab Trisya saat ditanyai oleh Dira yang datang tiba-tiba. Keduanya melangkah bersama menuju dapur.

"Asya...." Dira memanggil pemilik rumah dan tidak ada sahutan sama sekali.

"Nanti balik ke rumah sakit lagi apa gimana?" tanya Dira pada Trisya.

"Iya, Tan, aku masih ada kerjaan sampai malem," Trisya tersenyum lembut pada calon mertuanya. Trisya yakin, hubungannya dengan Rama akan segera serius ke jenjang pernikahan dan langgeng. Tidak seperti hubungan Asya dan Rama, yang sempat gagal.

Sementara keduanya berbincang sambil melangkah ke dapur, Asya masih berusaha melepaskan diri dari kungkungan Rama. Asya sekuat tenaga mendorong Rama dan menggeleng penuh permohonan saat tadi mendengar suara Dira memanggilnya.

"Ram, plis, ada Mama, ada Trisya," bisik Asya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Rama tidak menghiraukannya. Kini, pria itu mendudukkan Asya di atas meja makan. Miliknya tercabut dengan sendiri karena Asya bergerak gelisah dengan mendorong-dorong tubuhnya menjauh.

"Sya, diem," Rama berujar frustasi.

Asya menggeleng, "kamu gila, Ram," desisnya.

Pandangan Asya harap-harap cemas menatap pintu dapur di mana Dira dan Trisya bisa masuk kapan saja. "Minggir, aku gak mau Mama dan Trisya salah paham."

"Aku gak peduli," balas Rama keras kepala.

Asya segera membungkam mulutnya yang hendak berteriak saat Rama malah menggendongnya dan membawa tubuhnya menjauhi dapur. "Rama, jangan nekat!" serunya panik.

"Kalau kamu gak diem, aku gak masalah harus bercinta di depan Mama ataupun Trisya," bisik Rama dengan wajah yang kembali ingin mendekati wajah Asya.

Asya menggeleng. Kedua lengannya melingkar di leher Rama. Kakinya juga membelit pinggang pria itu agar tidak terjatuh. Apalagi saat ini Rama menaiki undakan tangga. Asya antara bersyukur dan menyesal. Bersyukur karena dapurnya punya dua pintu akses. Satu pintu mengarah ke tangga menuju lantai dua, sedangkan satu pintu lagi mengarah ke depan, ruang tengah dan ruang tamu. Dan Asya menyesal karena dia tidak punya pertahana diri yang kuat.

Asya yakin, kini Dira dan Trisya sudah di dapur mencarinya. Ya, Tuhan, Asya benar-benar ingin sekali menghilang saat ini. Rama membuatnya tidak bisa melakukan perlawanan yang berarti. Kalau dia menjerit, Dira dan Trisya jelas akan menyadari perbuatan mereka. Dan kalau pun dia pasrah, Rama akan berbuat lebih gila lagi seperti saat ini.

"Maaf," Rama berujar pelan saat ia membaringkan Asya di atas kasur milik wanita itu.

Asya menggeleng, "kita harus ke bawah, Ram, Mama nyariin aku dan Trisya bisa curiga kalau kamu juga gak ada," mohon Asya dengan memelas.

Rama tidak menggubris lagi. Pria itu kini menurunkan wajahnya, lalu bibirnya menyentuh ujung hidung Asya, mengecup di sana berulang kali membuat Asya memejamkan mata. Rama juga mengelus pinggul Asya dengan gerakan sensual sehingga wanita itu menggigit bibir merasakan kulitnya meremang.

"Jangan tolak aku lagi," bisik Rama serak.

Asya menggeleng, dia tidak pernah menolak Rama. Pria itu sendiri yang menjauhkan diri darinya dan pergi begitu saja. Seolah membuang Asya dan tidak menginginkannya lagi. Lalu, apa yang bisa Asya lakukan saat sudah ada di situasi seperti itu? Mengemis perhatian dan keberadaan Rama? Tidak. Asya tidak bisa melakukannya.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang