Last Chance (End)

57.8K 4.5K 245
                                    

Duh, lama bgt yekan nunggu part ngeue doang😭

Maap yaa, gak ada niat PHP demi apa pun. Habis up bab Agam sebelumnya, aku keburu tumbang🥵

Bayangin aja sebusuk apa aku baru mandi tadi sore setelah sekian lama😭🤣 (mandi air biasa. Sebelumnya udah mandi air hangat gitchuuu)

Jadi curhat wkwk...

Dah, lepas kangen dah. Besok kalo masih idup+sehat, up SS baru🔥

Mumpung bulan suci dah lewat, yuk kotor2 lageh🌚😬 #plak!

***

"Mas, bentar," Alma menahan dada bidang Agam saat pria itu hendak melakukan hal lebih intim lagi.

Telinga Alma samar-samar mendengar ketukan di pintu rumah, lalu suara seseorang juga terdengar memanggil namanya.

Alma turun dari pangkuan Agam dan membenahi penampilannya yang sudah berantakan karena ulah ayah si janin. Tahu bagaimana rasanya di posisi Agam? Bahkan celana pria itu terbuka. Tinggal mengarahkan si perkutut ke sarangnya saja, tapi yang punya sarang malah meninggalkannya.

"Kenapa?" tanya Agam frustasi.

Alma tahu pria itu tersiksa. Sama. Dirinya juga. Tapi ketukan di pintu rumahnya semakin terdengar nyaring. Alma menyuruh Agam untuk membenahi celananya. Sementara ia berlalu menuju pintu rumah.

Saat membuka pintu, tubuh Alma membeku. Sofia berdiri di sana dengan senyum lembutnya. Alma seolah disiram air dingin sehingga tubuhnya terasa menggigil seketika.

Bagaimana ini?

"Siapa?" Suara Agam semakin membuat Alma kalut. Wanita itu memperhatikan ekspresi Sofia. Kening Sofia berkerut karena mendengar suara tak asing itu.

Memejamkan mata sebentar, lalu menarik napas, Alma mensugesti dirinya agar tetap tenang. Alma siap jika Sofia akan memaki dan menamparnya.

"Loh? Mas Agam?"

Agam yang berdiri di samping Alma mengernyit bingung. "Kenapa kamu balik ke sini?" tanya Agam. Sebelah tangannya refleks bertengger ke pinggang Alma.

Jangan tanyakan ekspresi Alma saat ini. Wanita itu seperti seorang maling yang tengah tertangkap basah. Alma tidak tahu harus melakukan apa selain diam membeku. Bahkan ia tidak sanggup hanya untuk menepis tangan Agam atau bahkan sekadar menoleh pada pria tersebut.

"Mas Agam kenapa di sini?" Sofia balik bertanya dengan bingung, lalu pandangannya mulai berubah curiga.

Agam menggaruk tengkuknya sambil melirik Alma. "Ceritanya panjang. Kamu sendiri?"

Sofia menggeleng, lalu kepalanya berputar ke samping di mana Nando baru saja muncul sambil menggendong seorang bocah kecil yang di tangannya terdapat setangkai bunga.

"Ini yang punya rumah pasti marah bunganya diambil adek," ujar Nando.

"Mbak Alma maaf, ya, itu bunganya dicabut anak saya," ringis Sofia.

Alma mengernyitkan kening dan pandangannya kini jatuh pada seorang pria yang lebih muda dari Agam. Wajahnya sangat mirip. Bedanya, Agam lebih tinggi dan rahangnya lebih tegas.

"Gak apa-apa," sahut Alma pelan.

"Lo ngapain di sini?!" seru Nando syok saat melihat ada makhluk yang dikenalnya.

Agam mendengkus. Seolah ingat sesuatu, Agam menyeringai menatap adiknya. Nando yang paham arti tatapan itu mengerjap dan menolah pada wanita di sebelah Agam. Perut buncitnya jelas menyita perhatian.

"Shit! Lo!"

"Pa chit?"

"Ndo!" seru Sofia kesal karena putrinya meniru umpatan sang ayah.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang