Just Friends in Bed (3)

38.4K 4.5K 358
                                    

Malik tidak bisa diam saja saat kini bayangan Melati disakiti oleh Ray hingga tubuh wanita itu penuh dengan lebam-lebam menghantui pikirannya. Sialan. Malik akan membuat Ray merasakan apa yang pernah ia lakukan pada Melati.

"Berdiri," Malik berujar setelah ia berdiri di sebelah tempat Melati duduk.

Melati tidak merespon. Matanya tetap menatap lurus ke depan, ke arah luar jendela. Menatap kelamnya malam.

"Aku bilang berdiri," Bahkan Malik sudah tidak lagi menggunakan panggilan formal untuk menyebut dirinya sendiri. Seperti 6 bulan belakangan saat ia dan Melati bersama.

"Aku lelah," lirih Melati.

Melati mendongak, lalu ia berdiri sambil membuka seluruh pakaiannya. Hari sudah malam dan Melati belum sempat mandi seperti keinginannya tadi sore karena kejadian mengejutkan dari Ray.

"Lebam-lebam ini?" Melati memperlihatkan lekuk tubuh polosnya. Bahkan di sisi payudara wanita itu juga ada memar yang sudah berubah ungu.

"Benar. Semua ini bukti perlakuan sayang suami seorang pelacur," lanjutnya dengan bibir bergetar.

Tatapan nyalang Malik pada setiap lebam yang ia lihat begitu menakutkan. Rahangnya mengeras dengan ekspresi kaku. Tubuhnya seperti sedang disetrum karena membayangkan seperti apa Ray menyiksa Melati.

"Bangsat!" Malik berlalu dari sana dengan cepat. Matanya tidak sanggup menatap lama pada lebam-lebam di tubuh Melati. Hatinya sakit. Dadanya sesak. Kepalanya ingin meledak.

Malik keluar dari rumah. Ia memilih memasuki mobil yang sopirnya sudah siap sedia membawa ke mana pun pria itu pergi.

Malik tidak bersuara untuk memerintahkan sopir menjalan mobil. Ia merogoh ponsel di saku jas mahalnya. Ibu jarinya mendial angka 2, nomor orang kepercayaannya.

"Bawa dia padaku malam ini juga."

Hanya mengatakan satu kalimat singkat itu, orang kepercayaan Malik sudah tahu siapa objek tujuan sang tuan.

"Ke gudang, Pak," suruh Malik dan sopir segera menginjak pedal gas.

Di dalam rumah, lebih tepatnya di dalam kamar Melati, wanita itu berdiri kaku. Masih pada pijakannya sejak Malik meninggalkannya.

"Pelacur. Kamu cuma pelacur, Mel. Gak lebih."

Dengan sekuat tenaga Melati mencoba mengangkat kakinya untuk bisa melangkah memasuki kamar mandi. Semuanya terasa begitu berat. Tidak hanya permasalahan hidupnya yang berat selama ini, pergerakan tubuhnya kini juga sama.

Mata Melati juga sempat berkunang-kunang saat ia melewati ambang pintu kamar mandi. Tangannya berpegangan pada dinding di dekatnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pelan.

"Tenang, Mel, tenang. Kamu gak boleh tumbang. Dikit lagi, dikit lagi," Melati berujar pelan sambil terus melangkah menuju bathtub.

Desahan napas lega keluar begitu saja dari bibir Melati saat ia berhasil masuk dan duduk di dalam bathtub. Melati tahu dirinya kuat. Makanya Tuhan memberikan cobaan seperti apa yang ia hadapi selama ini.

***

"BRENGSEK! LEPAS!"

Malik memperhatikan dari layar komputer di depannya ketika 1 orang diseret paksa oleh 2 orang kepercayaannya memasuki sebuah ruangan besar nan kosong. Kepala orang tersebut ditutup sehingga tidak bisa melihat apa pun.

Saat penutup kepalanya ditarik paksa, saat itulah ia terdiam sambil menelan ludah. Matanya menatap liar di sepanjang dinding ruangan persegi panjang itu. Tidak tahu ada berapa banyak pria bersenjata yang berbaris rapi di sana.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang