The Game of Shazad (3)

38.9K 4.1K 114
                                    

Detik jam berlalu begitu cepat. Gelap malam pun semakin pekat. Shazad masih setia memperhatikan wajah cantik Sharen yang terlihat tenang. Wanita itu sudah diperiksa oleh dokter pribadi Shazad. Dan setelah mendengar penjelasan dokter atas kondisi Sharen, Shazad tidak bisa berhenti berpikir sedikitpun.

"Maaf," Shazad bergumam pelan sambil mengelus lembut pipi Sharen.

Begitu banyak penyesalan yang menggerogoti hati Shazad. Andai saja... Tapi waktu sudah berlalu dan tidak bisa diputar kembali.

"Maaf," Hanya satu kata itu yang bisa Shazad ucapkan sejak tadi.

Ponsel Shazad berdering dengan nyaring sehingga ia harus bangkit dari duduknya di tepian kasur menuju balkon. Nama si penelpon membuat Shazad menghela napas panjang.

"Selamat malam, Pak," sapanya.

Shazad mendengarkan dengan tenang setiap kalimat yang diucapkan oleh lawan bicaranya. Tidak ada kata yang pantas ia ucapkan saat ini karena rasa bersalah yang menekannya.

"Maafkan saya, Pak."

Hanya 3 kata itu saja yang meluncur dari bibir Shazad. Lidahnya terasa kelu.

"Baik. Besok saya akan bawa Sharen."

"Tapi Sharen masih dalam pengaruh obat. Dokter bilang-"

"Baik. Saya mengerti."

Shazad menurunkan ponselnya dan menggenggam benda canggih itu dengan erat. Rahangnya mengeras. Membuat seseorang kecewa bukanlah keinginannya.

Shazad tidak pernah berpikir kalau Sharen akan mengalami kondisi yang seperti ini. Sial.

Memutar tumitnya, Shazad kembali memasuki kamar dan segera mendekati Sharen. Diangkatnya tubuh lemah Sharen yang tampak lelap dalam tidurnya karena pengaruh obat. Dengan hati-hati Shazad membawa Sharen keluar dari kamar 01 tersebut.

"Duniamu akan kembali, Sha."

Shazad membawanya pergi dari Paradise Hotel dengan pengawalan ketat. Ada tiga mobil di depannya dan enam mobil mengikuti dari belakang. Semuanya orang-orang kepercayaan Shazad yang jelas sudah terlatih dan bersenjata.

Mobil mewah Shazad melaju dengan cepat memasuki jalan yang sunyi dan gelap. Mereka hanya diterangi oleh lampu dari mobil saja. Kendaraan-kendaraan itu berbelok memasuki jalan kecil di tengah hutan.

Sekitar 2 jam menempuh perjalanan dari hotel, akhirnya mereka tiba di sebuah rumah mewah yang menjulang tinggi dengan halaman yang begitu luas.

"Demi masa depan," gumam Shazad sambil menatap wajah cantik Sharen yang kepalanya dipangkuan pahanya.

***

Sharen mengeluh dan membuka mata. Hanya sebentar, lalu ia kembali terpejam. Ia mengangkat sebelah tangannya untuk menekan matanya saat merasakan pusing yang tiba-tiba menyerang.

"Pelan-pelan," Sharen menepis tangan seseorang yang lancang menyentuhnya. Ia tahu itu masih pria yang sama seperti sebelumnya.

Suara sebuah pintu dibuka, lalu langkah kali beberapa orang terdengar mendekat.

"Tuan, sarapannya sudah siap," ujar seseorang sambil menunduk hormat.

Tidak ada suara yang terdengar sebagai balasan. Hanya langkah kaki yang terdengar kembali pergi dan suara pintu yang tertutup.

"Sha," panggil Shazad dengan lembut.

Sharen membuka mata, lalu mengernyit saat ia menatap ke sekelilingnya. Ini bukan tempat mereka sebelumnya. Ini...

"Kamarku," gumam Sharen tanpa sadar.

Shazad menoleh kala pintu kembali terbuka. Kali ini orang yang dihormatinya berjalan masuk dengan pandangan lurus ke arah Sharen.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang