Brother Shit! (End)

81.2K 5.3K 311
                                    

Rio menatap air kolam yang sangat tenang. Raut wajahnya terlihat lelah. Kantung matanya juga sudah menjelaskan kalau pria itu kekurangan tidur. Rio menghela napas panjang. Ini sudah seminggu Dinda pergi dan tidak ada kabar sama sekali. Orang-orang kepercayaan Rian juga turut andil untuk mencari keberadaan Dinda. Mereka harus memastikan kalau wanita itu baik-baik saja dan membawanya pulang.

"Yo, hujan," Dania menghampiri sang putra dan mengusap pundaknya. Mungkin Dania sempat marah dan kecewa pada perbuatan bejat Rio. Tapi, ibu mana yang bisa membenci anaknya?

"Aku.... Kangen Dinda, Ma," gumam Rio.

Dania sangat jelas mendengarnya. Dengan mata yang kembali berkaca-kaca, Dania memeluk putranya.

"Papa udah minta bantuan temannya di kepolisian buat nyari Dinda di seluruh pelosok kota dan negeri, Yo, kita tunggu kabarnya aja, ya. Mama juga kangen sama Adek," balas Dania.

Rio mengusap sudut matanya yang berair. Pria itu ingin sekali berteriak keras memanggil nama Dinda agar sesak di dadanya sedikit lepas.

"Mama masuk aja, aku nanti nyusul," suruh Rio.

Dania mengangguk dan berlalu dari sana. Bertepatan dengan masuknya Dania, Rian keluar dari kamarnya. Pria itu hanya diam saja menatap sang ibu yang menyeka pipi basahnya. Lagi. Dania kembali bersedih dan menangis karena kepergian Dinda.

Rian menghela napas dan berjalan ke arah kolam di mana punggung tegap Rio terlihat oleh matanya. Rian sekuat tenaga untuk tidak kembali melampiaskan amarahnya pada sang adik. Bagaimana pun, kini rahasia keluarga mereka sudah terungkap. Dinda bukan anak kandung orangtuanya dan bukan adik kandung mereka.

"Gue bakal urus berkas pernikahan gue sama Dinda," Rio berujar tanpa menatap lawan bicaranya.

Rian hanya diam. Memangnya dia bisa mengatakan apa? Menyuruh Rio melupakan Dinda setelah apa yang pria itu perbuat? Rasanya terlalu jahat untuk membiarkan Dinda melanjutkan hidup bersama orang lain dengan keadaan seperti sekarang.

"Minta restu Mama sama Papa," ucap Rian pelan. "Orangtua Dinda juga," lanjutnya.

Rio menghela napas. "Gak ada kabar apa pun?" tanyanya.

Rian menggeleng. "Dinda benar-benar hilang tanpa jejak," jawabnya.

"Ini semua salah gue," gumam Rio.

Rian mendengkus, "ini akibat lo gak konsumsi ASI saat bayi, makanya goblok!"

Rio tersenyum tipis dan mengangguk. Satu hal yang pria itu syukuri. Dia dan Dinda benar-benar tidak terikat apa pun. Mereka sama-sama tidak menyusu di tubuh Dania. Karena menurut cerita papa mereka, Dania memang sulit untuk mengeluarkan ASI. Bahkan saat melahirkan Rian, bocah itu sempat sakit karena tidak bisa mengonsumsi apa pun. Dania bahkan sudah mencoba berbagai cara agar ASI nya keluar. Hanya sampai umur Rian pada bulan kesepuluh. Setelahnya, ASI dari Dania benar-benar berhenti total hingga wanita itu melahirkan Rio serta Dinda.

"Masuk, tidur. Kalau lo mati pas Dinda ketemu, gue yang nikahin dia," ujar Rian ketus sambil berlalu meninggalkan Rio yang menatap tajam pada punggung abangnya.

"Si tua gak laku," decih Rio menahan geraman.

***

Dinda meringkuk menahan sakit di perutnya. Wanita itu sudah merasakan sakit ini sejak tadi pagi. Lalu sekarang hari sudah malam dan Dinda masih saja merasa kesakitan. Dinda juga sudah makan, tapi ini bukan sakit karena lapar.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Dinda meraih ponselnya. Benda itu sudah tidak aktif sejak seminggu yang lalu. Dinda memang sengaja mematikannya karena yakin kalau hidup pun percuma. Rio tidak akan mencarinya. Dia tidak seberharga itu bagi pria tersebut.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang