The Game of Shazad

46.5K 4.3K 358
                                    

"Anak anjing. Apa kau melihat anak anjing? Keluarlah anak anjing..."

Shazad mengumpat kesal begitu mendengar suara adiknya. Untung saja dia tidak tersedak air yang tengah diminumnya.

"Apa?" Sang adik bertanya sewot saat Shazad melirik sinis padanya.

Shazad hanya bisa menghela napas sabar. Percuma saja dibalas, yang ada nanti malah dia kena imbasnya.

"Minggir," usir Shazad saat sang adik menghalangi jalannya keluar dari dapur.

"Anak anjing."

Shazad melotot tajam pada sang adik. Apa dia baru saja dikatai anak anjing?

"Apa kau melihat anak anjing? Keluarlah anak anjing." Adiknya berlalu begitu saja melewati Shazad yang kini ikut memutar tubuhnya mengikuti pergerakan sang adik menuju kulkas.

"MA! ES KRIM ADEK HABIS!"

Shazad memejamkan mata mendengar suara melengking sang adik. Andai saja ada jasa jual beli adik, mungkin dia sudah menjual ketiga adiknya. Apalagi si bungsu itu.

"Bang!"

Shazad yang sudah keluar dari dapur seketika mencebikkan bibir.

"Apa?!"

Fia, adik bungsu Shazad hanya tersenyum manis sambil mendekati dirinya.

"Gak. Cuma mau bilang, tadi Sharen ke sini, titip salam sama titip kecup basah. Mau Adek wakilin gak?"

Shazad menatap jijik pada adiknya. "Gak usah macem-macem kecebong! Awas!"

Fia mencibir abangnya dan kembali memasuki dapur. "Pantes aja dia jomlo sampai setua ini. Dikecup aja gak mau. Punya batang gak, sih?"

"Batang apa?"

Fia terlonjak kaget sambil memegangi dadanya. Gadis remaja itu menoleh dan seketika tubuhnya lemas.

"Mama, ih! Ngagetin!" serunya dengan suara bergetar.

"Mama cuma nanya, kenapa kaget gitu?"

"Gak denger suara kakinya! Mana suaranya deket banget di telinga Adek!"

"Mama mau jodohin Abang sama anaknya Om Zidan," ujar sang ibu tanpa menghiraukan protes anak gadisnya.

"Mana bisa. Om Zidan, kan, adik kandung Mama. Artinya Abang juga anak Om Zidan. Kan, masih sedarah," Fia memberikan argumennya.

"Bisa. Kamu lupa, Mama sama Papa juga sepupu. Papa nikahin Mama karena gak mau sepupu cantiknya ini jatuh di tangan yang salah," jelas sang ibu sambil mengibaskan rambut sebahunya.

Fia menatap ibunya dengan pandangan jengah. Over percaya diri. Seperti ayahnya. Pantas saja mereka cocok.

"Lagian Abang gak punya pacar juga. Mama jadi inget Om Zidan pas muda. Dari dia kuliah sampai dia kerja, gak ada kencan sama sekali. Oma sampai mikir Om kamu itu penyuka sesama batang."

"Nah, tadi Adek juga mikir gitu. Abang punya batang gak? Soalnya Sharen titip kecup buat Abang, tapi Abang malah jijik."

"Serius?"

Fia mengangguk semangat.

"Bahaya nih. Mama harus lapor Papa."

Fia membiarkan saja ibunya berlalu dari dapur meninggalkan dirinya. Keluarganya kadang seabsurd itu.

Di dalam kamar, Shazad memainkan game di ponselnya. Mata dan jarinya sama-sama fokus. Hingga satu pesan masuk ke dalam ponselnya membuat Shazad memaki siapa pun yang mengiriminya pesan.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang