Abil's Secret Husband (2)

36.6K 3.8K 281
                                    

Abil menguap sambil menutup mulutnya dengan sebelah telapak tangan. Matanya perlahan terbuka dan hal pertama yang ia lihat adalah dada bidang seorang pria.

Senyum cerah secerah mentari pagi ini terbit di bibir Abil. Sudah hampir 1 Minggu Abil berjauhan dengan Bian. Lalu saat kini dia kembali bisa mendekap Bian dengan manja, Abil tentu sangat bahagia.

"Mas, bangun," Abil mengecup dada telanjang Bian.

"Mas,"

Bian yang merasa ada yang mengganggu tidurnya segera membuka mata dengan pandangan menyipit. Senyumnya sontak mengembang saat melihat wajah cantik tanpa polesan make up milik Abil, istrinya.

"Ke kantor jam berapa?" tanya Bian semakin membelit tubuh Abil dalam dekapannya.

"Jam sembilan. Aku santai kok hari ini. Hari ini, kan, anniv-nya atasanku. Dan dia gak akan ke kantor," jawab Abil sedikit menjelaskan.

"Mas udah nyuruh kamu berhenti kerja, Sayang. Gak perlu capek-capek. Mas kerja juga buat kamu semua."

Abil mengusap dada bidang Bian. "Sekarang aku kerja aja masih suka suntuk ditinggal Mas kerja juga. Gimana kalau aku enggak kerja coba? Bisa gila pagi, siang, malam sendirian," kata Abil mencebikkan bibir.

"Kalau kamu berhenti kerja, kamu bisa ikut ke mana Mas pergi. Mas ke kantor, kamu ikut. Mas ada kerja di luar kota atau luar negeri sekalipun, kamu ikut. Mas gak nyuruh kamu berdiam diri di Apartemen seharian, Sayang."

Abil menggigit bibir mendengarnya. Benar. Uang suaminya bahkan tidak akan habis jika setiap hari Abil belanja ratusan juta. Tapi, tetap saja. Abil sudah nyaman dengan pekerjaannya saat ini.

"Kita udah ngelewatin satu tahun pernikahan. Kadang jauh, kadang dekat. Kapan kamu bisa hamil kalau kita sibuk terus? Mas capek, kamu juga."

"Tapi, kan, Mas udah punya anak," sela Abil.

"Mas mau anak dari kamu, Abil. Anak Mas sama kamu," tekan Bian dengan tajam.

Abil menahan napas. Mereka belum pernah membahas soal anak seperti ini. Abil juga tidak tahu kalau Bian benar-benar menginginkan seorang anak lahir dari rahimnya.

"Tapi, Mas-"

"Gak ada tapi-tapian. Kalau bulan depan masih negatif, Mas yang bakal turun tangan soal pekerjaan kamu."

Abil mengerucutkan bibir. "Iya," gumamnya pasrah.

Abil juga ingin merasakan hamil. Tapi, kesibukan mereka berdua membuat usaha untuk merasakan hal tersebut sedikit sulit terkabul.

"Siap-siap, pergi kerja sama Mas," kata Bian sambil mengecup kening Abil.

***

Ini pertama kalinya Bian menginjakkan kaki di perusahaan miliknya setelah hampir 30 tahun perusahaan itu berdiri. Memang terdengar aneh, karena selama ini Bian menyerahkan semua urusan perusahaan ke tangan sepupunya.

Sedangkan Bian lebih memilih mengelola perusahaan di luar negeri hingga ia bertemu dengan Abil yang saat itu berlibur dengan ketiga sahabatnya.

Bian jatuh hati. Semua informasi tentang Abil ia cari. Semakin banyak informasi pribadi Abil yang Bian dapatkan, ia semakin ingin mengikat wanita cantik itu.

Hingga akhirnya semua tercapai. Bian akan menjaga Abil sekuat yang ia bisa. Bian tidak akan kecolongan lagi. Bian tidak akan membiarkan seorang wanita mengkhianatinya lagi.

Bian merapikan jas mahal yang membalut tubuh gagahnya sebelum pintu besar di depannya terbuka dan semua mata orang di dalam sana menatapnya.

"Selamat pagi," sapa Bian ramah.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang