My Maid of Honor

76.2K 5K 228
                                    

Aura melirik pintu kamar berwarna coklat tua. Dari warna pintunya saja Aura sudah tahu pria seperti apa yang akan menjadi majikannya.

"Ra, sana cepat!"

Aura gelagapan saat rekan kerjanya mendorong pelan punggungnya. Menghela napas berulang kali, Aura memberanikan diri mendekati pintu tersebut.

Ketukan pelan yang Aura berikan tidak mendapat jawaban dari dalam sana. Apakah majikannya itu tidak mendengar? Atau memang sengaja mengabaikan?

"Kalau bukan karena Bu Nina, gue gak bakal mau jadi pelayan si gay itu," lirih Aura dengan ringisan pelan.

"Masuk!"

Aura mendadak gugup saat ketukannya yang kedua kali baru mendapat jawaban. Dengan pelan Aura membuka pintu kamar di depannya dan mengintip sedikit ke dalam.

Mewah.

Satu kata itu yang menjadi penilaian pertama Aura. Nuansa serba coklat dan gold menjadi manis dipadukan.

"Kenapa bengong di situ?"

Aura mengerjap mendengar nada penuh teguran dingin tersebut. Dengan tubuh gugup dan langkah kaki tergesa, Aura berjalan mendekati seorang pria di dekat ranjang.

Karena gegabah, Aura malah tidak bisa mengendalikan dirinya sehingga ia menabrak tubuh pria di depannya sampai terbaring di atas ranjang. Auara syok. Matanya mengerjap lucu dengan pipi yang merona merah.

Sial. Dada berbulu yang ada di bawahnya sungguh menggoda iman.

"Kamu gak berniat minggir?"

Lagi, teguran bernada dingin itu kembali menyentak Aura. Dengan menahan malu, Aura mengangkat tubuhnya bangkit dari atas tubuh majikannya.

'Bodoh kamu, Ra!' makinya di dalam hati.

Semoga saja ia tidak dipecat karena sudah bersikap ceroboh dan bodoh di hari pertamanya bekerja sebagai pelayan.

"M-maaf, Tuan," ujar Aura ketakutan.

Decakan kesal dari lawan jenisnya membuat Aura menahan napas untuk beberapa saat.

"Siapkan baju kerja saya, jangan yang mencolok."

Titah pertama sebagai majikan dikumandangkan. Aura mengangguk paham dan berlalu menuju pintu di sebelah pintu kamar mandi. Ada sebuah ruangan yang sama luasnya dengan kamar si majikan. Bedanya, ruangan ini berisi lemari yang menempeli dinding. Penuh.

Aura bingung, apakah majikannya itu memakai ini semua? Bahkan Aura rasa ini lebih cocok untuk dipakai oleh 10 orang.

"Cepat!"

Aura terlonjak saat teguran dari balik punggungnya ternldengar. Dengan yakin, Aura melangkah mendekati lemari kaca berisi kemeja, lalu beralih ke lemari kaca berisi stelan jas serta celana bahan panjang.

Di tengah ruangan ada meja dengan kaca bening sebagai penutupnya. Ternyata di dalamnya berisi koleksi dasi dan jam tangan si majikan.

Usai memilih sesuai perintah sang majikan, Aura segera menatanya di sebuah sofa di sana.

"Lumayan,"

Aura mengulum bibir mendengar komentar majikannya. Syukurlah ia tidak salah pilih. Masih berdiri menunggu, Aura mengernyitkan dahi karena majikannya yang tengak duduk di sofa itu sama sekali tidak beranjak untuk mengenakan pakaiannya.

"Kamu mau melihat saya telanjang di sini?"

Aura gelagapan dan menggeleng kuat. Langkah kakinya terayun meninggalkan ruangan besar tersebut. Jantung Aura berdegup dengan kencang.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang