Blind Date

48.8K 4.2K 301
                                    

Kamboja. Nama cantik yang dulu diberikan oleh neneknya agar ia memiliki sifat pemalu. Tapi Kamboja yang satu ini kebalikannya. Kamboja atau yang lebih sering dipanggil Oja itu malah bersifat tidak tahu malu. Oja juga berotak mesum dan si tukang pengacau.

Sasaran utamanya adalah Kelana, sepupunya. Tapi karena Kelana tidak begitu mempermasalahkan ulah Oja, membuat sepupunya itu menjadi besar kepala dan mengambil keputusan sesuka hatinya

Kedua orangtua Oja lelah harus mengusap dada menahan sabar. Mereka meminta anak sulungnya untuk tidak lagi memanjakan Oja seperti apa yang selama ini pria itu lakukan. Tujuannya agar Oja bisa serius dengan kehidupan ke depannya.

Oja sudah dewasa, tapi sifatnya kadang seperti bocah. Cuma Kelana yang tahan dengan itu. Dan semua sumber berasal dari abang Oja. Malik.

Malik terlalu memanjakan Oja sejak kecil. Hingga dewasa pun masih diperlakukan seperti anak kecil. Wajar jika Oja menjadi seperti sekarang.

Apalagi ia sampai kabur dari rumah karena tak sengaja mendengar keputusan orangtua dan sang abang yang ingin menjodohkannya dengan teman masa kecil wanita itu. Oja kesal. Dia tidak suka pasangan hidupnya ditentukan. Oja ingin memilih sendiri.

"Ja, stop!"

Oja berdecak. "Bentar! Belum kelar. Dikit lagi," kesalnya sambil terus fokus mencabut bulu-bulu halus di sekitar rahang sepupunya, Kelana.

"Sakit, Ja!"

"Jangan cupu deh, Celana! Ini tuh gak gak sesakit hati gue saat tahu bakal dijodohin sama bocah culun."

Kelana memutar bola mata jengah mendengar ejekan dan keluhan sepupunya. Ini sudah ke seratus kalinya Oja mengeluhkan hal yang sama. Kelana saja lelah mendengarnya. Kenapa Oja tidak, ya?

"Itu dia waktu bocah. Sekarang gue yakin dia udah gak culun lagi," bantah Kelana. Oja tetap menggeleng.

"Udah! Gue mau balik," Kelana bangkit dari posisi rebahannya di atas paha Oja. Pria itu menatap Oja yang mencebikkan bibir dengan tatapan mata tajam padanya.

"Muka lo jelek kayak gitu," kata Kelana memberi tahu.

"Cuma lo yang berani ngatain gue jelek. Cuma lo juga yang gue maafin setelah ngatain gue jelek."

Kelana terkekeh. Menjadi satu-satunya cucu perempuan di keluarga mereka membuat Oja begitu disayang oleh semua orang. Bahkan Kelana juga meratukan wanita itu seperti Malik memperlakukannya.

"Sesekali coba lo cabutin bulu di rahang Malik. Jangan gue terus."

"Enakan sama lo. Bulunya lebih banyak dan lebih panjang."

"Gue sengaja numbuhin ini bulu. Lo yang selalu bikin gagal perubahan wajah gue."

Oja menatap sepupunya dengan pandangan mengejek. "Muka lo kayak aki-aki kalo rahangnya berbulu gitu. Gue gak suka. Kalo bulu yang lain gak masalah." Oja bergumam di akhir kalimatnya.

"Lo sukanya sama yang mulus kinclong kayak idola lo itu, kan? Ogah. Cupu."

Oja menjepitkan alat kecil di tangannya ke paha Kelana membuat pria itu berteriak kesakitan.

"Sekali lagi lo ngehina idola gue, ini pinset gue jepitin ke burung lo," ancamnya dengan ekspresi kejam.

"Psikopat burung," kata Kelana dan tergesa menjauhi Oja sebelum ia kembali disiksa.

Oja mendengkus melihat Kelana yang keluar dari ruangannya. Wanita itu memilih membaringkan tubuhnya sambil menghela napas panjang berulang kali.

"Bosen hidup gini-gini mulu. Terlahir cantik, baik hati, lemah lembut, idaman semua pria. Kecuali Kelana deh. Yang penyuka sesama terong."

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang