48

9.9K 609 81
                                    

Happy Reading:')

-

Jimin menatap Cui yang sedang meminum beberapa pil obat resep dokter. Memang kondisi Cui sudah membaik tapi dia tidak bisa melewatkan obatnya, jika dia tidak mengonsumsi obat maka tubuhnya akan mendadak lemas tidak bertenaga.

"apa obatnya pahit?" tanya Jimin ketika melihat wajah Cui seperti menahan sesuatu.

"Sedikit hanya rasa rasanya saja yang tersisa" ucapnya memang jika Cui meminum obat, rasa pahitnya akan lama menghilang sehingga terkadang sering membuatnya seakan ingin muntah.

"aku akan membantumu agar kau tidak merasa pahit lagi" ucap Jimin dengan sedikit genit, tahu isi pikiran Jimin, Cui langsung menutup mulutnya menggunakan tangannya.

"Ayolah Oppa mulutku bau obat dan terasa pahit" gumamnya sambil mendorong tubuh Jimin yang berusaha mendekatinya.

"Aku tidak peduli" tegas Jimin.

Baru saja kembali ingin mendorong Jimin, tangan Cui ditahan oleh Jimin. Sehingga pergerakannya terkunci, Jimin tersenyum dan langsung menyumpal bibir Cui dengan bibirnya, untung mereka berada dikamar. Jika diruang tamu mungkin Aerum akan kembali mendapati Jimin yang selalu tertangkap basah menciumi Cui.

Jimin mencium bibir Cui dengan penuh perasaan menyesap secara perlahan, menikmati bibir Cui yang sangat kissable sehingga membuatnya tidak ingin melepas bibirnya jika sudah tertempel disana. Jimin menyelusuri setiap inci bibir Cui menggunakan bibirnya sesekali dengan lidahnya.

Jimin mengarahkan tangan Cui untuk melingkar dilehernya, Cui mengulungkan tangannya dileher Jimin, dan mulai mengikuti ciuman yang dipimpin Jimin, Cui meremas rambut Jimin ketika lelaki itu menyesap bibirnya kelewat lembut sehingga meninggalkan kenikmatan yang sangat dalam. Jimin melesetkan lidahnya kedalam mulut Cui dan menyelusuri setiap inci gigi rapi Cui, Jimin menggelitik langit langit Cui sehingga tubuh wanita itu sedikit terjingkat karena kegelian. Cui memukul dada Jimin mengisyaratkan dia butuh bernafas.

Jimin menyelusupkan kepalanya keleher jenjang Cui, menghirup dalam dalam aroma tubuh Cui yang sangat memabukkan, percayalah Jimin sudah sangat merindukan Cui, lelaki itu menghirup tak beraturan leher jenjang Cui sehingga Cui mengadahkan kepalanya memberi akses yang mudah bagi Jimin.

Awalnya dia juga tak percaya akan berakhir seperti ini, tubuh Cui bergetar karena Jimin menghembuskan nafasnya singkat dibawah telinga Cui.

Jimin mencium leher Cui, hanya sebuah Ciuman tidak meninggalkan bekas. Jimin mengakhiri kegiatannya dan menempelkan keningnya mereka, Cui tahu Jimin menahan sesuatu dapat dilihat dari tatapan dan deru nafas Jimin yang berat.

"Sorry" lirih Jimin dengan suara berat.

Cui mengangguk detik itu juga Jimin berlari meninggalkan Cui lalu pergi kekamar mandi melakukan sesuatu kegiatan yang harus dia tuntaskan seorang diri.

-

Jimin menggenggam tangan Cui erat sambil berjalan menuju kesuatu tempat, seusai pamit dengan orang tuanya, Jimin langsung mengajak Cui keluar rumah.

Mereka hanya mengenakan pakaian santai yang sangat sederhana, bukan, hanya Jimin saja yang terlihat sederhana . Jimin yang hanya mengenakan kaos oblong berwarna orange dan training berwarna hitam, membuatnya kelihatan seperti seorang remaja, berbeda dengan Cui yang mengenakan dress simple bercorak bunga pemberian Jimin dan heels setinggi 5cm, membuat penampilannya sangat elegan.

DADDY JIMINku (Versi1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang