52

10.2K 577 69
                                    


Happy Reading :)
-

Bagaikan sebuah oksigen, Cui pantas diberi julukan itu untuk Jimin. Pria itu tidak akan sanggup jika Cui tak bersamanya, dia memang sangat berlebihan. Keduanya tidak dapat dipisahkan, benar benar seperti sebuah lem perekat yang melekat pada kertas, jika sudah ditempelkan tidak ada harapan untuk dipisahkan kembali.

Begitu juga dengan Yuri, wanita itu tidak tahu lagi harus melakukan apa untuk mengelabuhi keduanya. Semakin lama dia dikantor ini maka bisa saja dia semakin tua, melihat kemesraan yang dilakukan Jimin kepada Cui, entah sengaja atau tidak Yuri juga tidak tahu. Apalagi beberapa hari yang lalu dia melihat Jimin yang mengangkat tubuh Cui yang tertidur ala bridal style, yang melihatnya saja membuat Yuri ingin menangis.

Apalagi hari ini, Yuri benar benar menangis mendengar perkataan Jimin. "dasar wanita tidak tahu diri! Perusak hidup orang lain! " mungkin beberapa orang akan mengabaikan ucapan seperti itu, tetapi yang membuat Yuri sedih adalah Jimin membentak dan memarahinya didepan semua pegawai, hanya karena sebuah kesalahan kecil yang dilakukannya saat meeting, Jimin benar benar langsung menyiramnya dengan kata kata pedas dan kasar.

Biasanya dia hanya mendengar ucapan kata kasar Jimin tetapi saat selesai meeting tadi, Yuri benar benar seperti mendapat ancaman dibunuh hanya karena tatapan Jimin. Ketika ruangan meeting kosong hanya tertinggal mereka berdua, Yuri seperti tidak memiliki harga diri karena ucapan yang dikeluarkan Jimin, pria itu benar benar marah dan kecewa padanya, bahkan saat berjalan melewati para pegawai Jimin benar benar marah, Yuri sampai menangis.

Yuri turun dari taksi dan memasuki sebuah cafe dan memesan makanan yang ingin dia santap. Yuri duduk dikursi paling sudut cafe tersebut, Yuri kembali menangis mengingat ucapan Jimin padanya, terlebih Jimin tidak hanya membawa masalah pekerjaan melainkan menambah tentang yang dilakukannya kepada Cui, dia benar benar tidak memiliki harga lagi dihadapan para pegawai.

Yuri menghapus air matanya ketika pelayan datang membawa pesanannya. Yuri mengerutkan keningnya ketika terdapat satu porsi kopi dimejanya yang dibawa pelayan.

Yuri mendadak pucat ketika boss nya yang tak lain Jimin duduk didepannya saling berhadapan, pria itu sudah lepas dari pakaian kantornya hanya pakaian santai yang dikenakannya. Jimin menyesap kopi panas yang dipesannya secara perlahan, lalu setelahnya Jimin melipat kedua tangannya dimeja menatap Yuri.

"Apa kau sudah mencerna semua ucapanku?" tanya Jimin biasa saja membuat Yuri mengangguk pelan.

"kau memang pantas mendapatkannya, selama ini aku hanya diam dan berusaha sabar menghadapi sikap bodohmu" Jimin kembali menyesap kopi dicangkir yang tidak memiliki ukuran terlalu besar itu.

Yuri hanya diam tidak berani berkutik bahkan menyentuh makanannya saja tidak. Hanya karena dia salah membawa berkas dalam meeting dia benar benar tidak berani lagi menginjakkan kakinya dikantor itu.

"terimakasih karena kau sudah membantuku selama Namjoon tidak ada, untuk besok dan seterusnya kau tidak usah lagi menginjakkan kaki dikantorku, Namjoon sudah akan masuk besok aku tidak membutuhkan mu lagi" Yuri benar benar menahan airmatanya agar tidak terjatuh mendengar kalimat Jimin.

"i-iya sajangnim" lirihnya.

Jimin hanya mengedikkan bahunya tidak peduli "ah iya ternyata kau sudah memiliki tunangan benar? Namjoon yang memberi tahuku" pekik Jimin.

Yuri diam mematung.

"kau benar benar hebat kau sudah dicap tunangan oranglain yang artinya calon istri seseorang, dan saat tunanganmu bekerja keras diluar negri untuk masa depan kalian, kau malah sibuk mengadu domba orang yang tak lain boss-mu sendiri" Jimin hanya tersenyum tidak peduli ketika melihat Yuri kembali menangis ketika dia kembali mengeluarkan kalimatnya.

DADDY JIMINku (Versi1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang