04| Arrows

5.3K 1K 52
                                    

"JUNKYU SAMA BANG HYUNSUK TRAKTIR!"

Teriakan Junghwan membuat semuanya bertepuk tangan kecuali Hyunsuk dan Junkyu. Karena lomba lari dadakan tanpa persetujuan tadi dibuat olehnya, lantas Junkyu berlari paling terakhir. Junkyu itu katanya pandai dalam olahraga, tapi nyatanya malah paling lambat.

Ya, gimana? Tadi tuh tempatnya sempit pas di eskalator. Saling menempel sampai celah untuk menyalip saja tidak ada. Tidak mungkin Junkyu melompat lalu terbang dan langsung duduk di kursi kafetaria.

Jadi dia kalah, bantu Hyunsuk untuk mentraktir para bocah tidak ada ahlak ini.

Junkyu memajukan bibirnya, merajuk dengan sok imut walaupun dia benar-benar menggemaskan. Melihat teman-temannya tertawa sambil nunjuk dirinya dan Hyunsuk begitu menyebalkan.

Ia menggebrak meja.

"YODAH SANA PESEN!"

Mereka semua berdiri, dengan Hyunsuk dan Junkyu yang berdiri paling belakang karena lemas. Yang paling depan antriannya adalah Junghwan. Si maknae bongsor itu tersenyum cerah kepada pegawai kafetaria yang familiar mukanya.

"Wawan mau ini om, ini juga ya. Terus yang ini agak banyak, nah kalo yang ini gak usah pake kuah. Terus minumannya mau jus aja biar tambah sehat. Tau kan jus apa? taulah ya kan Wawan langganan disini."

Jadi sistemnya itu seperti warteg. Ada kaca yang menutupi makanannya, didalam kaca itu ada tempat makanan aluminium yang merupakan tempat lauk berada. Kalau ingin memesan tidak bisa pakai sistem catat menu, harus ke depan sendiri untuk menunjuk apa saja yang ingin kamu makan.

Dan alas aluminium itu ada sekitar 30 petak dengan dibuat 3 baris masing-masing 10. Tiap hari juga menunya ganti, ada juga yang memang menjadi makanan wajib disini sehingga beberapa menu itu memang harus tetap terisi setiap harinya.

Junghwan sudah memesan, lantas ia duduk duluan di salah satu meja yang ukurannya paling besar dengan 15 kursi disana. Sepertinya agensi memang menyiapkan kursi ini untuk di duduki oleh mereka.

Lanjut ke Jihoon,"gue mau apa ya?" dia mikir dahulu.

"CEPETAN ELAH INI LAMA."

"GUE DAH MAU MATI KELAPARAN."

"PEGEL TAU GAK BERDIRI GINI."

"JIHOON ANJIR GUE GEPLAK LO KALO MIKIRNYA LAMA!"

Jihoon menatap sinis orang-orang dibelakangnya yang ribut. Seakan kalau Jihoon berpikir sebentar, makanan yang ada diatas nampan aluminium itu langsung hilang tiba-tiba.

"Makanya dapet antrian depan biar gak bacot mulu!"

Jihoon mikir lagi, membuat paman atau yang biasa mereka panggil om kafetria menatapnya dengan pandangan bertanya. Piring sudah ada di tangannya, termasuk sendok besar yang akan menjadi perantara lauk ke piring.

Sementara yang ada dibelakang Jihoon, serasa ingin menerjang bebas punggung lelaki itu agar segera menyingkir.

"Apa ya?" Jihoon sebenarnya sengaja. Memegang dagu dan menatap satu persatu makanan seakan berpikir kritis. Biar disumpahi teman-temannya, Jihoon suka kalau mereka semua kesal.

"Emm..ini deh," Om itu sudah mau menyendok lauk yang Jihoon tunjuk.

Tapi,"eh gak jadi om, yang ujung aja deh."

Tapi tidak jadi lagi. Jeongwoo yang berada dibelakang Jihoon sudah mengusap dadanya sabar. Kalau mau di tabok kan gak mungkin, Jihoon lebih tua walaupun ya gini.

"Jadi mau yang mana?" si om angkat bicara.

"Menu yang biasa aja deh."

Menu biasa yang Jihoon maksud dan sudah dihapal dengan baik oleh si om adalah ramen pedas dengan topping penuh menutupi mangkuknya. Dan itu tidak ada di alas aluminium yang disini, alias harus masak dulu. Lantas om hanya tersenyum sabar, berbalik kebelakang setelah Jihoon mengucapkan terimakasih. Lelaki itu meninggalkan tempat tadi untuk merebus mie Jihoon.

[i]Treasure Effect✓Where stories live. Discover now