22| Their Strengths²

3.9K 761 140
                                    

Bagi Doyoung, belajar diluar ruangan adalah hal terbaik karena bisa memandang dengan lebih luas. Kalau didalam ruang kelas rasanya membosankan karena yang dilihat itu-itu saja. Namun itu masih mending dibandingkan belajar didalam perpustakaan.

Bukan belajar, lebih tepatnya mencari buku.

Untungnya ia tidak sendirian. Lelaki yang dijuluki buaya darat itu kini bersama wakil buaya daratnya pula, yaitu Yedam. Keturunan Hermes dan Athena mendapat kelas dan pengajar yang sama.

Kedua keturunan itu disuruh mencari buku ramuan yang gambar-gambar didalamnya bisa bergerak sendiri alias ajaib. Sampulnya warna merah tua dan sedikit lusuh dengan tebal yang melebihi kamus bahasa Inggris.

Perpustakaan disini luasnya melebihi perpustakaan yang ada di negara mereka. Buku-bukunya tersusun rapi dan terlihat memuakkan dimata Doyoung karena jaraknya memang serapat itu. Ruangannya juga bertingkat dengan setiap rak jaraknya hanya dua meter.

Perpustakaan ini luas sekali, mungkin satu juta buku ada disini atau bahkan lebih.

"Sumpah, ini bukunya dimana sih cok?!"

"Ngeluh mulu kadal," ujar Yedam.

Kalau Doyoung menganggap buku yang berjajar rapi dengan sampul warna warni itu memuakkan, lain halnya dengan Yedam yang malah menikmati pemandangan ini. Menurut Yedam ini adalah surganya karena berbagai macam buku ada disini semua.

Orang pintar memang beda.

Keduanya berada paling jauh dari keturunan lain. Oh, ngomong-ngomong yang mereka cari hanya ada satu buku. Diantara mereka harus menemukannya karena harus belajar bersama-sama. Mencari satu buku yang langka di perpustakaan seluas ini sama saja mencari jarum ditumpukkan jerami.

Susah. Wajar kalau Kim Doyoung mengeluh.

"Udahlah, ini gak ada!"

"Cari lagi coba."

Doyoung berdecak, "Males banget sumpah, lagian madamnya ngeselin banget. Ini hari pertama sekolah udah dibabuin aja, mana gini banget lagi."

Yedam tidak mendengarkan ucapan Doyoung yang mengoceh sambil sesekali menjentikkan jari kearah buku-buku yang diam tak bersalah. Lelaki itu fokus melihat judul buku yang sampulnya berwarna hitam kelam. Yedam membolak-balikkan halaman yang tidak ada tulisannya sama sekali.

"Ish, sampe kapan coba ini ketemu-" ucapan Doyoung berhenti ketika Yedam menepuk bahunya.

"Apasih?!"

"Liat Doy, masa buku setebel ini kertasnya gak ada tulisan sama sekali," ujar Yedam sambil terus membolak-balik setiap halaman yang memang kosong melompong.

Doyoung yang sedari tadi mengeluh pun tertarik melihat itu. Buku bersampul hitam kelam dengan halaman coklat lusuh layaknya buku lama kuno pada umumnya merupakan buku pertama yang menarik perhatiannya.

"Keknya yang banyak dosa gak bisa baca buku ini dah."

"Gak usah sok suci anjir, baca nih baca!"

Yedam membuka halaman pertama buku itu, sembari menyodorkan tepat kearah wajah Doyoung yang kini tertutupi seutuhnya karena Yedam yang terus memaksa.

"Heh anjir! Biasa aja dong!" Doyoung menarik buku itu dan menatap Yedam sinis.

Yedam menyerahkan buku itu kepada Doyoung yang kini membolak-balikkan halaman setelahnya. Yedam pun melihat-lihat buku lain yang menarik perhatiannya untuk kesekian kalinya. Baru saja ia hendak menarik sebuah buku bersampul coklat, ucapan Doyoung membuatnya menoleh.

"Etosipatote.. ano tupa.. kai oto sene? HAH APASIH ANJING?!"

"Apasih, orang tu buku kosong juga."

[i]Treasure Effect✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora