20| Introduction

4K 827 83
                                    

"Gue gak mau tau, cari temen sendiri sana!"

Mereka menatap sedih kearah Hana yang berbalik lalu menjauh memunggungi mereka. Gadis dengan baju berbahan sutra yang terlihat anggun seperti dewi itu, kini sedang marah. Tentunya karena masalah semalam.

Semalam saat Hana selesai berteriak dengan keras, mereka semua langsung masuk kedalam kabin masing-masing dengan kecepatan kilat. Tidak peduli pada bahan makanan yang kini berserakan dengan sedikit gumpalan asap pada pemanggang yang sedang menghanguskan daging.

Karena tidak mau mendapat kata mutiara dari Hana, mereka membersikan semua itu saat subuh sebelum Hana kemari.

Walaupun berjarak duaratus meter dari sekolah, tak dipungkiri bahwa suara dari speaker yang volumenya penuh itu terdengar sedikit menggema sampai ditelinga Hana. Alhasil karena tidak enak pada sekitar, gadis itu langsung keluar dari tempatnya dan teleportasi untuk sampai ke kabin para anggota Treasure.

Memang sudah gila.

Wajar saja gadis itu tidak peduli saat para anggota sudah memakai seragam sekolah mereka. Baju berbahan sutra dengan jubah merah hati yang melekat membuat mereka sekarang seakan jadi murid seperti di film Harry Potter.

"Gimana nih? Kita mau kemana?" tanya Yoshi.

"Ke tempat yang lapangannya luas itu loh, yang bangunannya ada rambatan tumbuhan. Itu kan sekolahan kita," ujar Doyoung.

"Emang sih kita tau tempatnya, tapi jalannya gimana?" tanya Junghwan.

"Aish coba aja dulu melangkah entar pasti ketemu orang terus nanya-nanya," ujar Jeongwoo.

Mereka mulai melangkah untuk menuju kesekolah mereka. Kalau kalian mengira jarak duaratus meter kiri kanannya adalah bangunan lain, kalian salah. Nyatanya adalah lorong yang terbuat dari batu. Kata Hyunsuk, mirip dengan salah satu ruangan di scene drama Hotel Del Luna. Entahlah, mereka tidak tahu kenapa jarak tempat mereka harus jauh dari keramaian apalagi harus pisah dengan saudara sedewa mereka.

Mereka sekarang berada didekat kafetaria sekolah. Tidak tahu apapun karena tiba-tiba sampai disini. Mereka benar-benar lupa jalan, alhasil karena memang dari bangun tidur belum sarapan mereka mampir terlebih dahulu.

"Gimana cara pesennya?" tanya Junghwan.

"Kek di restoran kali? Atau kek di kafetaria kita?" Mashiho menebak.

Mereka berada didepan pintu, menghalangi orang yang ingin masuk maupun keluar. Untungnya masih ada sedikit celah, jadi jalan tidak macet. Mereka lupa untuk bertanya jalan menuju ke sekolah, yang penting makan dulu.

"Minggir ah, bego semua!" ujar Jihoon sembari menerobos badan atletis para anggota. Lelaki itu berjalan menghampiri salah satu pelayan yang ada dimeja kasir.

"Mbak, mau makan," ujarnya yang terdengar sampai ke telinga para anggota dan anak yang lain.

Seketika itu pula, para anggota pura-pura melihat kearah lain. Berlagak tidak kenal Jihoon yang kini macam preman sedang malak.

Untung pelayannya ramah, "Ini."

"Ha?" tanya Jihoon bingung. Pasalnya yang dikasih hanya sebutir telur angsa yang ukurannya sekepalan tangan miliknya.

"Kenapa?" tanya pelayan itu.

"Mbak, saya bawa sebelas bocah loh. Gak mungkin ini telur diceplok terus dibagi buat duabelas laki-laki onoh," tunjuk Jihoon kepada para anggota yang lagi-lagi memalingkan muka.

Pelayan itu menghela nafas, "Saya tahu, letakkan telur itu di lingkaran yang ada di tengah meja."

"Terus?"

[i]Treasure Effect✓Where stories live. Discover now