22. Fakta (PAD)

3K 907 71
                                    

Fakta

Baru kali ini, aku duduk bagaikan hiasan meja yang terdiam di tempatnya. Mendengarkan lelaki berbaju kaus oblong garis-garis berceloteh sendiri. Padahal, kedatanganku memiliki tujuan.

"Kamu mirip sama Nael," kata lelaki itu yang tidak lain adalah papanya Nael. Di ruang tamu rumah miliknya, kami duduk berdua saja.

"Kemiripannya di mana?" tanyaku dengan rasa tidak percaya. Bagaimana mungkin ada kesamaan antara aku dan hantu sok kalem itu. Hantu sepertinya tidak pantas disandingkan denganku yang notabene manusia berwajah malaikat.

"Postur tubuhnya. Tapi kamu lebih humoris dan ceria, sedangkan Nael itu lebih pendiam."

Apa-apaan pendiam, kalau sudah julid mirip sekali dengan netizen yang minta dirukiah. Akan tetapi, kalau masalah memendam perasaan mungkin benar, contohnya memendam rahasia yang hampir membuatku mengirimnya ke malaikat.

"Om, saya boleh nanya sesuatu enggak?" Kaki mulai tidak bisa diam karena gugup. Antara takut Om Yusron marah, atau malah mendapat jawaban yang tidak sesuai. Ya, aku datang ke kediaman orang tua Nael karena ingin memastikan ucapan hantu pucat itu, kalau dia tidak selingkuh.

"Tanya apa?"

Aku berdeham. "Apa ... Om tau pacarnya Nael?"

Lelaki itu langsung beringsut, matanya bergerak melihat ke segala arah, seolah menghindari tatapan ke arahku.

"Kenapa kamu nanya tentang itu?" Om Yusron balik bertanya.

Apa lelaki itu tidak begitu mengenal Auris? Ah, sepertinya aku harus hati-hati dalam berucap.

"Gini Om, Nael enggak pernah cerita tentang masalah pribadinya, dan baru-baru ini saya tau sesuatu dan harus memastikan, takut salah paham. Apa Nael dijodohin?" Ribuan kali aku memberanikan diri bertanya demikian. Kalau pria itu mengamuk dan mengusirku karena ini, tidak masalah. Jauh lebih menakutkan kalau dicoret dari kartu KK keluarga Kenway.

Om Yusron terlihat memijit pelipisnya, seperti orang pusing memikirkan utang. "Iya, Om jodohin dia sama Inara, anak temen saya."

Jadi pernyataan Nael itu benar? Apa yang Nael katakan tentang Auris yang tidak mengetahui perjodohan ini juga benar? Berarti Auris menjadi korban kesalahpahaman dengan Nael yang meninggal. Tunggu, Nael kembali karena ingin menjelaskan semuanya kalau dia tidak selingkuh. Ya, sepertinya itu tujuan Nael yang sebenarnya.

Ah, mengapa baru sekarang aku memahaminya. Namun, mengapa Nael tidak langsung berterus terang, malah mengulur waktu dengan memintaku memacari Auris. Dasar hantu, sudah menjadi hantu saja menyusahkan.

"Kenapa kamu tiba-tiba pengen tau hal itu?" Suara Om Yusron menginterupsi.

Gugup, aku pun menggaruk tengkuk yang memang gatal. "Karena Nael. Ini demi Nael dan pacarnya, Om."

"Pacarnya?" tanyanya lagi.

Aku pun mengangguk dan segera bangkit. "Kalau gitu makasih, saya permisi. Assalamualaikum."

Langsung saja beranjak tanpa pamit dengan baik. Sebenarnya takut jika Om Yusron bertanya lebih banyak dari itu, sebab aku tidak tahu bagaimana hubungan Auris dan Om Yusron sebenarnya.
Sampai di depan rumah tersebut, aku mengambil motor. Namun, suara seorang gadis membuatku terlonjak.

"Kak ...." Gadis itu memanggil dengan suara yang lebih pantas disebut bisikan.

"Gwen?" Seketika kening mengerut, ternyata dia Adik Nael, baru saja keluar dari halaman belakang.

"Kak, aku mohon jagain Kak Auris, Mas Nael sayang sama Kak Auris." Gwen berucap dengan mata menatap sedih. Mengapa gadis itu tiba-tiba mengatakan hal seperti itu padaku?

Semakin mencurigakan. "Kenapa Gwen? Kenapa Auris harus dijaga?"

Gwen menghela napas berat. "Maaf, tadi aku denger semua pembicaraan Kakak sama Papa. Intinya, Mas punya banyak beban yang enggak pernah dia ungkapin. Kakak sahabatnya, pasti Kakak tau dia sayang sama Kak Auris."

Tidak tahu saja, kadang orang yang banyak tertawa di luar adalah yang paling banyak menangis di dalam kesendiriannya. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan kalau si pendiam memiliki banyak beban yang dia sembunyikan lantaran memiliki sifat tertutupnya.

Lagi pula Nael bukan hanya memiliki beban, dia juga menjadi beban. Ah, lupa kalau aku juga jadi beban keluarga, semoga Papi sabar memiliki anak tampan sepertiku, meski masih sulit menerima kenyataan anaknya indigo.

"Cuma Kakak yang jadi harapan aku," sambung Gwen.

Tidak Kakak, tidak adiknya, bisanya jadi beban Guinandra saja. Beruntung adiknya cantik, kalau tidak sudah kubawa pulang dijadikan babu.

"Tenang, Mas Guinan yang manisnya kayak gulali bakal jagain bidadarinya Nael. Sekalian jagain kamu juga." Biar tidak nanggung, karena abangmu memang sudah biasa merepotkan.

"Makasih, Kak."

"Makasih doang?"

"Terus?"

"Kontak WA." Mendadak jadi buaya.

******

Kesempatan aja minta kontak WA.

Ih, ini partnya lagi pendek banget ya.
Yang panjang next partnya.

Next part bakal GEMES.

Pingguin Anak Duda | ENDWhere stories live. Discover now