41. Gila (PAD)

3K 873 88
                                    

Gila

Aku memeluk seorang wanita cantik dari belakang, mencium harum tubuhnya, seolah sudah lama sekali tidak melakukan ini.

"Guinan, Mami lagi masak, jangan ganggu dong." Wanita itu memprotes, tetapi aku mengeratkan pelukanku padanya.
Ia kemudian memutar tubuhnya dan mengusap wajahku dengan lembut.

"Mami lagi goreng kentang kesukaan kamu, sama sambel petai," katanya memberi tahu.

"Kenapa? Ini, 'kan, bukan hari spesial buat Guinan, Mi. Lagian nanti Papi marah lagi gara-gara perut anaknya ngembang karena makan kentang goreng." Aku memperingatkannya, kalau Papi suka sekali memarahiku saat makan kentang goreng. Katanya tidak sehat dan akan membentuk lemak di perut.

"Sssttt, jangan bilang sama Papi kalau gitu, ini rahasia kita berdua." Mami meletakan telunjuknya di bibir, memerintah untuk merahasiakannya dari Papi.

"Ok!"

"Iya, rahasiakan semuanya." Papi datang dengan suara lantang, wajahnya begitu marah dan tidak bersahabat.

"Papi? Guinan makan dikit, Pi." Aku merengek agar tidak dimarahi olehnya.

"Enggak masalah, Guinandra. Yang jadi masalah, Mami kamu yang selalu merahasiakan semuanya. Sama seperti perselingkuhannya," ungkap Papi membuatku menatap wanita yang kini menampakkan wajah terkejut bukan main.

"Maksud Papi?" tanyaku.

"Mami kamu punya banyak rahasia yang Papi juga enggak tau. Termasuk lelaki lain yang jadi simpanan dia."

"Enggak, semua ini salah. Kalian enggak tau maksudnya." Mami berusaha menjelaskan, meski aku juga masih tidak paham.
Papi tiba-tiba menyeret Mami keluar dari rumah. Aku yang tidak terima lalu menahannya.

"Pi, jangan, Pi! Maafin Mami, mungkin Mami khilaf melakukannya. Jangan biarin Mami pergi!"

"Papi disakiti sama Mami kamu! Jangan mendukung orang yang salah, Guinan!"

"MAMI!" Aku membuka mata, peluh sudah membasahi kening. Ketika mengedarkan pandangan, ruangan bercat biru muda membuatku mengerjapkan mata. Ini seperti klinik.

"Guinan?" Suara khas seorang gadis yang sangat kukenal memanggil. Dia datang dari balik tirai yang menjadi pembatas ruangan pasien di klinik.

"Kenapa gue di sini?" tanyaku masih bingung.

"Kamu pingsan di kelas." Auris menjawab seraya mengelap keningku.

"Lo enggak apa-apa? Kenapa lo teriak panggil Mami?" Nael juga di sini.

Tadi, aku bermimpi kalau Papi mengusir Mami setelah tahu dia selingkuh. Apa ini hanya mimpi? Apa pernyataan Papi juga mimpi?

"Guinan? Kamu enggak apa-apa?" Auris bertanya lagi. Aku hanya dapat mengangguk.

"Kamu belum makan dari semalam, ya? Raden sama Sakya bilang kamu enggak pulang ke rumah semalam."

Apa Auris tahu semuanya? Memang semalam aku tidak ikut pulang bersama Papi setelah dari rumah sakit, melainkan pergi ke rumah Raden dan menginap di sana.
Kabur? Tidak, hanya saja pernyataan Papi terlalu menyakitkan untuk kuterima.

Pingguin Anak Duda | ENDWhere stories live. Discover now