27. Tahu Nael? (PAD)

2.8K 879 75
                                    

Tahu Nael?

~~~~

Duduk di jok motor dekat dengan pos komplek, aku terdiam bersama Nael, takut pulang karena rasanya tidak sanggup melihat kabar itu sudah sampai komplek.

Menjadi anak duda tidak semenyenangkan itu. Kupikir, semua akan baik-baik saja ketika sepeninggal Mami, menyisakan aku dan Papi saja di rumah. Sampai-sampai ART pun dipecat demi kemauanku yang tidak ingin terusik karena kepergian Mami. Pikiranku hanya satu, tidak ada Mami itu artinya tidak ada siapa pun kecuali aku dan Papi. Nyatanya itu tidak mudah.

"Jangan main HP dulu, nanti lo makin down." Nael menasihati.

"Sok perhatian. Aw!" pekikku ketika kepala lagi-lagi menjadi korban keringanan tangan Setanael.

"Bokap lo sampai kecelakaan gara-gara ngejar lo, dan lo berpikir enggak pulang? Lo malu sama orang komplek apa lupa jalan pulang?" Si Nael mulai bawel seperti tetangga sebelah.

"Jujur, gue takut pas pulang Papi nyuruh cuci piring. Aku lelah, Mas."

Wajah Nael mulai kesal, terdengar dengkusan dan dia mulai memalingkan wajahnya. Sepertinya bosan berbicara dengan manusia tampan sepertiku.

"Ok, gue mau balik. Siapa tau ada hikmahnya." Aku menaiki motor, Nael juga ikut. Entah lelah atau tidak, dia itu penguntit sejati.

Di perjalanan, yang terpikir adalah bagaimana jika Papi benar-benar melakukannya? Pembicaraan di kampus terhenti karena tukang ojek yang meminta tambahan uang sebab menunggu lama. Alhasil, debat kami terhenti dan tidak ada kejelasan.

Sesak rasanya jika laki-laki yang selama ini kutahan untuk tidak menikah lagi, malah tidak sengaja mengalami kecelakaan yang buruk itu. Aku tidak tahu bagaimana akhir dari semua ini.

"Kenapa lo itu sok kuat banget, sih?" Suara Nael menginterupsi.

"Apaan? Enggak denger." Pura-pura, padahal penuturannya membuat sakit dadaku. Ya, entah mengapa aku masih saja suka terlihat baik-baik saja, meski di dalam sana sangat kacau.

Belum sampai gerbang, aku melihat Tante Inez baru keluar dari rumahku. Apa lagi yang dia lakukan setelah ada masalah seperti ini? Dia hanya bisa memperkeruh keadaan.

Aku melajukan motor masuk garasi dan langsung turun untuk menghentikannya. "Habis ngapain lagi? Antar makanan yang kita aja enggak pernah minta?"

Nael menggeleng tidak setuju. "Kata-kata lo terlalu kasar, Guin."

Tidak ingin menanggapi Nael, aku menatap wanita yang entah mengapa selalu lemah lembut di depan semua orang. Meski tidak ada yang tahu hatinya seperti apa.

"Papi kamu habis kecelakaan, Beby minta Tante buat bantu balut lukanya. Kenapa kamu baru pulang? Papi kamu udah nungguin, loh."
Lihat, suaranya dibuat lembut agar orang yang mendengarnya luluh, tetapi tidak untukku.

"Tante, saya peringatin buat jangan deket-deket sama Papi. Jangan buat saya bertindak lebih dari ini!"

"Mas Guinan!" pekik Beby mendekati kami setelah keluar dari rumahnya yang tepat bersebelahan dengan rumahku.

"Kenapa ngancam gitu ke Bunda? Udah untung kita baik–"

"Gue enggak pernah minta." Aku memotong ucapannya. "Gue tau kalian berdua udah tau gosip tentang Papi, jadi jangan memperkeruh!"

Tidak ingin meneruskannya, aku memutuskan untuk masuk rumah setelah memarkirkan motor lebih dulu.

"Guin, Inez itu wanita baik-baik. Auranya enggak mengatakan kalau dia berniat buruk sama Papi dan lo–"

"Aura, aura, aura. Aura pacar lo? Enggak usah bela wanita itu kalau lo masih pengen di sini," titahku sudah tidak paham lagi dengan Nael. Dia selalu membela Inez, apa pemuda itu menyukainya? Tidak paham.

"Guinandra!" pekik Papi yang baru keluar dari toilet, dia lalu menatap ke arah sebelahku. Apa dia melihat Nael?

"Apa yang barusan kamu bilang ke Tante Inez?" tanyanya dengan tatapan tajam, kali ini sungguhan.

"Enggak ada." Mengelak, karena tidak ingin banyak berdebat setelah pembahasan di kampus tidak menemui titik terang, aku sudah terlalu letih.

"Guin, jangan pernah kamu enggak sopan sama orang yang lebih tua, Papi enggak pernah ngajarin kamu gitu!" Papi mulai marah lagi. Apa Beby mengadu? Mengapa dia semarah itu sekarang? Akhir-akhir ini Papi sering sekali membentak, apa itu pengaruh dari bundanya Beby?

"Pi, Guinan cuma–"

"Papi akan jauhi Tante Inez, kalau itu mau kamu." Suara Papi terdengar lantang. "Asal kamu juga jangan berteman sama Nael."


.

.

*****

Papi tau Nael?

Tuh, kan, suka banget bikin kejutan sampai terjungkal.

Hati-hati di next part, siapin tisu bagi yang mudah menangis. (Author tersenyum jail)

Jangan bosen nunggu updatenya, sekalian sambil nunggu baca ceritaku yg lain, seru juga tau.

Makasih yang setia voment, dan yang baca juga, meski sider.

Pingguin Anak Duda | ENDWhere stories live. Discover now