Kala sudah tiba di Bandara. Ia masih di parkiran mobil menunggu pesawat Kiara mendarat sesuai jadwal. Yaitu pukul dua lebih lima menit waktu Indonesia Bagian Tengah. Ia merasa tidak sabar sekaligus cemas. Debaran jantungnya tidak bisa ia atur lagi. Kala turun dari mobil. Ia mengenakan jeans hitam dengan kaus hitam, topi hitam,outer bewarna khaki serta sepatu slip on bewarna putih.
Kala berdiri di pintu kedatangan. Kala mengembuskan napasnya berkali-kali. Melihat jam tangan, beralih ke handphone, lalu ke arah pintu. Begitu seterusnya. Sampai akhirnya, layar handphonenya menyala saat pesan masuk.
"Aku sudah sampai. Lagi jalan mau keluar."
"Aku juga sudah di pintu kedatangan."
"Oh, ya. Kamu yang bagaimana? Aku sama sekali belum pernah lihat fotomu."
Kiara berjalan cepat sembari menyeret koper berukuran sedang. Ia sedikit gugup bertemu dengan teman dunia mayanya. Terlebih ia belum pernah melihat foto Kala. Handphonenya berbunyi, pesan dari Kala.
"Aku pakai outer warna khaki, pakai topi hitam. Aku tepat berdiri lurus di depan pintu."
Kiara terus berjalan melewati jalur keluar sambil membaca pesan. Lalu, ia mendongak dan kaget karena ada orang di hadapannya. Ia lebih kaget lagi karena ciri-cirinya sama dengan Kala. Tapi, bisa saja ada orang lain mengenakan pakaian yang sama.
Kala terkesima selama beberapa detik. Wanita itu lebih cantik dari fotonya. Wanita berkulit kuning langsat yang sangat manis. Tidak akan bosan memandangnya."Kiara~"
"Hah?" Kiara tersentak. Orang tampan di hadapannya itu menyebut namanya. Kiara belum yakin itu adalah Kala. Terlebih penampilan pria itu sangat menonjol. Maksudnya, terlihat begitu bersinar padahal hanya mengenakan pakaian casual. Mungkin karena kulit yang putih serta wajah yang tampan. Ditambah lagi postur tubuhnya yang tinggi.
Kiara mencoba mengirimkan pesan. Lalu, hanphone Kala berbunyi. Kala tersenyum sambil memperlihatkan layar ponselnya."Aku~Kala."
Kiara mematung seketika. Ia tidak pernah membayangkan wajah Kala itu seperti apa. Memikirkan pria itu saja tidak pernah. Karena di kepala Kiara selama ini adalah Gika. Ia tidak mau memikirkan lelaki mana pun, selain Gika, calon suaminya saat itu.
"H-hai, Kala."Kiara pun tersenyum setelah memasang wajah bodohnya selama beberapa detik."Maaf, soalnya, nggak pernah lihat foto kamu. Jadi, aku harus memastikan dulu."
Kebahagiaan Kala membuncah saat itu juga. Ia memeluk Kiara secara refleks."Syukurlah kamu sudah sampai."
Tubuh Kiara membatu. Pelukan Kala terasa begitu hangat dan nyaman. Kiara membalas pelukan lelaki itu sekilas."Ehm, dilihatin orang."
"Oh, maaf." Kala melepaskan pelukannya. Kemudian mengambil alih koper Kiara."Kita pergi sekarang." Satu tangan Kala menyeret koper lalu satu tangannya menggenggam tangan Kiara.
Wanita itu terkaget-kaget. Tapi, tetap mengikuti Kala. Begitu tiba di parkiran, Kiara lebih kaget lagi melihat jenis mobil Kala.
"Kamu sudah pesan hotel?"tanya Kala sambil menyimpan koper Kiara ke bagasi mobil.
"Belum. Kayaknya langsung aja datang ke hotelnya. Di mana yang bagus, ya? Kalau bisa di Pusat Kota aja." Kiara sudah melihat referensi hotel di internet. Hanya saja ia tidak benar-benar yakin.
Kala membukakan pintu untuk Kiara."Silakan masuk."
"Thanks." Kiara merasa tersanjung.
"Aku antar ke hotel yang bagus. Nanti dari sana, kamu bisa dapat pemandangan yang indah." Kala melajukan kendaraannya meninggalkan Bandara yang akan menjadi tempat bersejarah baginya.
"Ini pertama kalinya aku ke sini. Aku bakalan banyak tanya, ya, kalau mau ke mana-mana." Kiara melihat ke arah jendela sesekali.
"Aku bakalan temani kamu selama di sini," kata Kala serius."Oh, ya, berapa lama kamu di sini?"
"Tiga hari."
"Yah, kenapa cepat sekali?" Hati Kala sedih. Ia ingin berlama-lama dengan Kiara. Kalau bisa, Kiara harus tinggal di sini.
Kiara menoleh dan tertawa."Aku kan harus kerja, Kal. Lagi pula~ini kan memang cuti nikah. Bukan cuti untuk jalan-jalan. Karena nggak jadi, ya, liburan deh."
"Kalau gitu kita akan manfaatkan tiga hari itu dengan sebaik-baiknya, ya."
Kiara mengangguk. Kesedihannya terlupakan sedikit. Ya, meskipun di dalam pesawat ia masih menangis mengingat pengkhianatan Gika. Gagal menikah menjelang harinya pasti akan sulit dilupakan. Tapi, bukan hal yang mustahil untuk cepat bangkit kembali.
Kala menghentikan mobilnya di sebuah gedung tinggi di Usat Kota. Kala segera memesankan kamar untuk wanita yang ia cintai itu."Suite Room dengan view pantai, ya."
"Kal, kamar yang biasa aja." Kiara terkejut dengan pesanan Kala. Lagi pula ia hanya sendirian. Wanita patah hati yang mungkin akan merenung saja di kamar. Tidak perlu fasilitas yang begitu banyak.
"Aku yang pesankan. Spesial untuk tamu dari jauh."
Kiara merasa tidak enak. Kala terlalu baik. Selama menunggu,Kiara mengirimkan pesan pada Kastara. Memberi tahu kalau ia sudah sampai di Pulau Sulawesi ini. Ia juga sudah sampai di hotel dan mendapatkan kamar yang nyaman. Kiara yakin, keluarganya di sana sedang tertidur pulas.
"Ayo, Kia." Kala memanggil. Kiara mengikuti Kala.
Pintu kamar dibuka. Kala ikut masuk. Kiara terdiam sejenak. Entah kenapa ia merasa tidak takut dengan Kala. Meskipun sudah berkomunikasi selama setahun, Kala tetaplah orang asing. Tapi, rasa nyaman yang langsung menghampiri tidak bisa ia pungkiri.
Kala dan Kiara duduk di sofa. Lalu, keduanya justru merasa canggung."Kamu mau langsung istirahat? Aku bisa pulang sekarang."
"Ehm...kayaknya aku juga nggak akan tidur malam ini. Kamu tahu, kan, orang yang patah hati akan sulit tidur. Atau mungkin, aku akan menghabiskan malam ini dengan menangis." Kiara menatap Kala yang sudah berdiri.
"Oh, jangan menangis lagi. Kalau gitu, aku bikinkan teh atau kopi supaya kita bisa ngobrol panjang." Kala melangkah ke dapur.
Kiara menyusul Kala ke dapur."Aku aja, Kal."
"Aku aja." Kala begitu yakin. Namun, beberapa detik kemudian ia kebingungan bagaimana menggunakan alat pemanas air.
"Aku aja, ya." Kiara mengambil pemanas air dari tangan Kala. Sentuhan tidak sengaja ke tangan Kala membuat pria itu membatu.
"Ya udah, aku tunggu aja." Kala menyingkir dari sana. Kemudian ia menyibak tirai jendela. Dari tempatnya berdiri ia langsung bisa melihat keindahan Pantai Losari. Kiara pasti suka.
"Wah, bagusnya."Kiara menghampiri Kala setelah memanaskan air. Tinggal menunggu mendidih.
"Kamu suka?"
Kiara mengangguk dengan haru."Thanks,"ucapnya dengan suara bergetar.
Kala menatap Kiara, ia melihat banyak kesedihan dan luka di mata wanita itu. Bahkan air kata kesedihan Kiara sudah akan tumpah lagi."Jangan menangis, Kiara."
Kalimat jangan menangis justru membuat wanita semakin menangis. Kiara menumpahkan air matanya dengan isakan kecil. Kala ikut bersedih, kemudian merengkuh tubuh Kiara. Semoga pelukannya bisa meringankan kesedihan wanita itu.
❣❣❣

YOU ARE READING
Save the Date
RomanceWarning 21+ Kiara memergoki Gika, Calon suaminya selingkuh dengan sahabatnya, Vanya. Bukannya langsung marah-marah, Kiara justru mengumpulkan bukti perselingkuhan mereka. Lalu, di malam pernikahan, Kiara membeberkan bukti dalam bentuk video dan foto...