Hari ini, Kiara tidak perlu diantarkan Kastara. Ia sudah punya mobil baru yang cantik. Lalu, ia memakai tas lainnya yang juga diberi Mama Kala. Rasa percaya dirinya menjadi berkali-kali lipat. Entah karena ia sudah punya Kala, menaiki mobil baru, atau karena tasnya. Bisa jadi karena ketiganya.
Kiara keluar dari mobil bewarna merahnya itu. Mobil di sebelahnya melakukan hal yang sama. Lalu, mereka bertukar pandang.
"Hai, Van." Kiara berusaha bersikap sebagaimana mereka dulu.
Vanya tersenyum tipis. Lirikannya langsung tertuju pada mobil Kiara. Kedekatan mereka membuat Vanya tahu jenis mobil yang ada di rumah Kiara. "Papa kamu beli mobil baru, Ki?"
"Nggak kok, ini mobil aku. Mobil yang lama dipakai Kakak."Kiara tersenyum sambil menyandang tasnya.
Gerakan itu membuat Vanya menyadari jenis tas yang dipakai Kiara. Jantungnya berdegup kencang. Itu adalah tas yang pernah ia incar second hand-nya. Tetapi, uangnya tidak cukup. Lalu, ketika ia mencari di situs sewa tas dan private jet, tas itu juga tidak ada. Bagaimana Kiara bisa memilikinya. Vanya tahu sekali kalau Kiara bukan penikmat tas seperti dirinya.
"Wah, tabungan kau banyak, ya, bisa beli mobil. Sisa dari nggak jadi nikah kemarin masih banyak, ya?"
Kiara tertawa."Sisa gimana, tabunganku aja terkuras buat acara itu. Tapi, ya, setidaknya semua itu ada hikmahnya. Masuk, yuk."
"Ki~"panggil Vanya.
Langkah Kiara terhenti."Ya?"
"Minggu depan aku dan Gika menikah."
Kiara tertegun."Wah, itu kabar yang bagus."
"Iya. Aku sudah hamil dua bulan." Vanya memegang perutnya.
Kiara kembali teringat dengan pengkhianatan itu. Dua bulan, itu saat ia sibuk-sibuknya mengatur daftar undangan, memastikan jumlah souvenir tidak akan kurang, sibuk mencari barang hantaran yang bagus dan murah. Lalu, Gika dan Vanya justru sibuk membuat anak.
Kiara mengangguk sambi menatap perut Vanya."Semoga sehat selalu dan berkembang menjadi anak yang sehat."
"Kau mau datang,kan, Ki? Ke nikahan kami?"
Kiara terdiam. Ia tidak sudi datang. Bukan karena belum bisa melupakan. Tapi, ia rasa itu tidak ada manfaatnya.
Vanya memegang lengan Kiara."Ayolah, Ki, ini untuk meyakinkan Mama Gika, kalau hubungan kita baik-baik aja."
Kiara mengernyit. Lalu, ia punya ide pasangan itu. Sepertinya datang ke pernikahan mereka bukan sesuatu yang buruk. Ditambah lagi, saat itu, Kala sudah tiba di sini. Ia akan membawa Kala ke sana. "Untuk pernikahan sahabatku, aku pasti datang."
"Makasih, Kia. Kamu memang pengertian banget." Vanya memeluk lengan Kiara dan mengajaknya masuk.
"Iya saking pengertiannya, kukasih Gika untukmu." Kiara mendumel dalam hati.
Keduanya berpisah saat memasuki divisi masing-masing. Sementara itu, Nia yang sedari tadi ada di belakang Kiara langsung menghampiri.
"Kia, kok sama ulat bulu? Udah baikan?" Sepertinya Nia salah lihat. Tapi, ia rasa matanya masih baik-baik saja. Jadi, ia memastikan pada Kiara langsung.
"Ulat bulu siapa?"
"Vanya. Kan dia kan gatal merebut laki orang. Makanya namanya ulat bulu." Terkutuklah orang-orang yang merebut pasangan orang. Mereka harus rela mendapatkan julukan aneh dan juga hujatan dari orang yang bahkan tidak menjadi korban.
"Dia ngundang aku dong ke nikahannya sama Gika. Minggu depan." Kiara mengatakannya dengan bangga, tentu saja karena ia akan datang bersama Kala.
"Sumpeh lo? Demi apa?" Nia tertawa keras.
Kiara tertawa melihat ekspresi Nia."Seriusan dong."
"Terus~mau datang?"
"Sebagai sahabat, aku bakalan datang." Dengan datang ke nikahan Gika dan Vanya, ia akan merasa tenang ketika mengundang mereka ke pernikahannya dan Kala. Itu cukup adil.
"Astaga. Kalau aku sih nggak bakalan mau."
"Datang ke nikahan mantan itu sah-sah aja kok. Asalkan udah move on. Nggak nangis-nangis di acaranya, bikin malu, terus nyanyi; harusnya aku yang di sana. Hilih, pret!" Mirima tiba-tiba muncul menyambung pembicaraan Nia dan Kiara.
"Pasti, Mbak. Aku udah move on dan nggak akan melakukan hal goblok itu."
Mirima mengacungkan jempolnya."Bagus! Jangan lupa dandan yang cantik, bila perlu lebih cantik dari pengantinnya."
"Jahat amat, Mbak." Nia terkekeh.
"Mereka aja bisa jahat, kenapa kita tidak. Apa lagi kejahatannya tidak merugikan siapa pun. Gaskeun, Kia!" Mirima bersemangat selayaknya orang sedang berorasi.
"Siap, Mbak." Kiara tersenyum. Kemudian Nia dan Mirima ke meja mereka masing-masing.
Kiara membuka pesan. Ada satu kiriman video dari Kala. Ia mengabadikan momen di mana Mama dan Papanya sedang sarapan bika ambon dan bolu meranti. Tak lupa minum kopi khas Sidikalang yang juga dibawakan oleh orang tua Kiara.
Video itu adalah mood Kiara pagi ini. Ia menyalakan musik di handphone, lalu mendengarkannya dengan headset. Ia memukai kerjanya ditemani sebuah lagu dari Anji-menunggu kamu.
❣❣❣

YOU ARE READING
Save the Date
RomanceWarning 21+ Kiara memergoki Gika, Calon suaminya selingkuh dengan sahabatnya, Vanya. Bukannya langsung marah-marah, Kiara justru mengumpulkan bukti perselingkuhan mereka. Lalu, di malam pernikahan, Kiara membeberkan bukti dalam bentuk video dan foto...