#repost
Vanya sudah masuk kerja. Ia tidak pergi bersama Gika. Suaminya itu mendiamkannya sejak kemarin. Tetapi, wanita itu tidak peduli. Gika sudah ada di genggamannya. Pria itu tidak mungkin melepaskannya. Vanya baru keluar lift dan tiba di lantai tempat kantornya berada. Ia menoleh ke sana ke mari. Ia melihat Kiara ada di sana. Kiara masih mengurua surat pengunduran dirinya. Pihak hrd tengah mencari oengganti Kiara. Lalu, Kiara harus membimbing penggantinya itu sampai benar-benar bisa.
Vanya mematung di tempat. Tangannya mengepal menatap temannya itu. Lalu, ia teringat ancaman dari polisi kemarin. Tetapi, ini di dalam kantor. Rasanya tidak mungkin pengawal itu sampai masuk ke dalam. Pengamanan di kantor ini sangat ketat. Yang tidak berkepentingan tidak akan bisa masuk ke dalam. Tapi, apa yang bisa Vanya lakukan pada Kiara. Vanya menjadi dilema. Namun, jika Kiara tidak jadi menikah dengan Kala, setidaknya itu membuatnya puas. Rasa sakit hatinya akan lenyap. Vanya harus berhati-hati. Jangan sampai ada yang memergokinya.
Kiara sudah selesai berurusan dengan hrd. Saatnya ia kembali ke ruangannya. Vanya mengikuti Kiara diam-diam. Saat melintasi tangga darurat, Vanya mendorong Kiara agar terjatuh dan mati. Saat itu juga Kiara sadar ia sedang dalam bahaya. Ia sudah pasti jatuh. Ia menarik Vanya saat akan terhempas di anak tangga. Kiara langsung menggantung di pegangan tangga. Sementara Vanya, ia berguling-guling sampai ke bordes tangga berikutnya.
Beberapa yang mendengar langsung berlari melihat. Ada yang menolong Kiara dan ada yang menolong Vanya. Kiara sendiri merasa syok. Tangannya sakit karena berpegangan pada pegangan tangga. Vanya tak sadarkan diri. Wanita itu segera dilarikan ke rumah sakit karena mengalami pendarahan di wajah dan bagian intim. Kiara menduga sesuatu telah terjadi pada kandungannya. Kiara juga mendapatkan perawatan di rumah sakit karena syok. Tangannya juga terkilir.
"Kia~" Kalila tiba di ruang rawat Kiara.
Kiara memeluk sang Mama erat."Mama~gimana keadaan Vanya?"
"Kenapa nanyain dia, sih. Dia udah jahat sama kamu. Untunglah kamu nggak kenapa-kenapa." Kalila memeluk anak bungsunya dengan erat.
"Tangan mana yang sakit?"tanya Keenan.
Kiara menunjuk tangan kanannya yang sempat terpelintir."Ini, Pa. Tapi, nanti tunggu dokter aja. Siapa tahu memang ada luka dalam."
"Ya ampun, mau nikah kok ada-ada aja." Keenan mengusap puncak kepala Kiara."Makanya nurut aja sama Kala. Cepetan berhenti kerja."
"Udah diurus kok, Pa." Kiara menyesal sempat marah-marah karena tidak setuju dengan pendapat Kala. Ketakutan calon suaminya itu benar-benar terjadi. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Vanya akan melakukan kejahatan, demi obsesinya pada Kala.
"Vanya keguguran, Ki."
Kiara terperanjat?"Keguguran? Bukan Kia yang dorong, Ma. Bukan Kia." Ia takut sekali karena kondisinya seperti itu, orang akan mengira dirinya yang mendorong Vanya. Padahal, ia hanya berusaha melindungi diri.
"Eh, kok kamu, sih. Ada cctv yang membuktikan kalau Vanya yang sebenarnya dorong kamu. Tapi, dia lupa seberapa kuatnya anak Mama. Sampai-sampai dia sendiri kena batunya." Kalila kasihan dengan kondisi Vanya. Tetapi, mengingat kelakuan Vanya itu keterlaluan, ia tidak jadi kasihan.
"Iya, Ma. Ma~Kia mau pulang. Kia capek." Kiara terisak. Ia masih syok karena tadi itu, nyawanya benar-benar terancam.
"Iya-iya. Kita tunggu apa kata dokter dulu, ya. Kalau memang baik-baik aja,atau bisa dirawat di rumah, kita segera pulang."
Kiara mengangguk. Dalam hati ia turut berduka atas kehilangan janin di rahim Vanya. Tapi, semua itu karena keserakahan Vanya sendiri. Semoga saja wanita itu bisa berubah.
Ponsel Keenan berbunyi. Itu adalah panggilan video dari Kastara dan Yuna. Mereka yang tengah bulan madu sangat mengkhawatirkan Kiara.
"Kia, kamu baik-baik aja, kah?" Wajah Yuna memenuhi layar sampai-sampai Kastara harus menarik istrinya itu.
"Hai, Kak, bagaimana kabar kalian."
Kastara mendengkus."Hei, kami baik-baik saja. Yang harus dipertanyakan adalah kamu."
"Tanganku sakit, Kak. Entah terkilir atau apa. Menunggu hasil pemeriksaan dokter. Selebihnya aku baik-baik saja. Aku akan segera pulih." Kiara tersenyum melihat Kakak dan istrinya tampak senang di sana. Lalu, pemandangan cantik di belakang mereka mengingatkannya pada Kala.
"Syukurlah kalau gitu. Kalau aja aku ada di sana. Udah aku pites itu si Vanya,"kata Yuna geram.
Kiara tertawa kecil."Gimana di sana? Menyenangkan?"
"Seru. Pantainya cantik, Kia. Kala benar-benar memberikan fasilitas yang mewah untuk kita berdua."
"Ah, Mama sama Papa mau juga deh nanti ke sana. Kalau pas resepsi di Makassar,"sahut Kalila.
"Loh, bikin acara juga di Makassar, Ma?" Kiara sendiri tidak tahu menahu akan hal itu. Kala juga tidak pernah membahas masalah resepsi. Pria itu lebif fokus pada kedekatan mereka. Mungkin karena semua sudah diserahkan pada wedding organizer.
"Iya. Itu tradisi di sana. Jadi harus bikin acara juga. Tapi, sebulan setelah acara di sini katanya. Ya Mama dan Papa bakalan ke sana juga."
Kiara mengangguk. Semoga semua rencana berjalan dengan lancar.
Sementara itu, di ruang tunggu, Mama Gika sedang menggeram. Vanya masih di urus di dalam karena keguguran. Ini memang situasi berduka. Mama Gika baru saja kehilangan cucunya. Tapi, mengingat serentetan kejadian beberapa minggu belakangan ini, ia tidak merasa sedih. Mungkin Tuhan memang sudah mentakdirkan seperti ini. Jika anak itu bisa bertahan, rasanya akan kasihan.
Kini, wanita paruh baya itu melihat sang anak yang tampak stres. Bagaimana tidak, kejadian tidak mengenakkan terjadi dalam waktu berdekatan. Gika bertemu dengan wanita yang salah. Hingga jalannya juga menjadi salah.
"Berapa lama lagi kita harus menanggung malu, Gika?"tanya sang Mama dingin."Vanya benar-benar merusak reputasimu sebagai manajer. Cctv mengatakan kalau Vanya,lah, yang mendorong Kiara."
Gika mengusap wajahnya kasar. Belum beres urusan apartemen yang rusak, serta cicilan yang harus dibayar minggu depan, sudah ada lagi masalah. Ia harus mengeluarkan biaya rumah sakit dan menanggung malu. Kejahatan Vanya tidak akan termaafkan. Perbuatan itu sendiri sudah merusak citra kantor. Sebagai manajer, Gika harus mengambil tindakan atas bawahannya, yaitu istrinya sendiri.
"Maaf, Ma. Gika juga rasanya ingin menyerah." Gika menarik napas panjang."Hidup Gika juga sudah berantakan. Cicilan semakin bertambah. Apartemen rusak. Terus, di kantor~kayaknya sekarang udah nggak ada tempat buat Gika, Ma."
Mama Gika menatap anaknya yang tengah menyesali nasibnya."Tapi, kamu nggak bisa keluar dari kantor, Gika. Kamu itu dulu anak yang membanggakan. Manajer muda berprestasi. Kamu harus kembali menjadi Gika yang itu. Kamu hancur karena nafsu kamu, Ka."
"Iya, Ma. Gika menyadari kesalahan Gika. Ya, semuanya udah terlambat. Gaji Gika akan tetap habis untuk bayar cicilan. Ditambah lagi harus bayar rumah sakit dan renovasi apartemen." Gika memegangi kepalanya.
"Ambillah keputusan yang bijak."
"Gika akan ceraikan Vanya, Ma.Harga diri keluarga kita diinjak-injak karena Vanya pingsan memanggil-manggil nama pria lain, padahal Gika udah jadi suaminya. Tidak ada lagi yang membuat kami bisa bersama. Anak juga sudah pergi."
Gika tertunduk sedih. Ia merasa ini adalah keputusan terbaik. Jika dipertahankan, ia akan semakin hancur. Hubungan yang tidak baik ini harus segera diberhentikan. Bercerai adalah keputusan terbaik Gika. Tidak peduli jika usia pernikahan mereka masih seumur jagung.
Setelah perceraian, Gika harus mengurus kehidupannya yang sudah berantakan. Banyak hutang dan tidak punya kewibawaan sebagai Manager. Atau setelah kejadian ini, jabatannya mungkin saja terancam. Ia bisa saja diberhentikan.💗💗💗

YOU ARE READING
Save the Date
RomanceWarning 21+ Kiara memergoki Gika, Calon suaminya selingkuh dengan sahabatnya, Vanya. Bukannya langsung marah-marah, Kiara justru mengumpulkan bukti perselingkuhan mereka. Lalu, di malam pernikahan, Kiara membeberkan bukti dalam bentuk video dan foto...