Kala~Kiara

5.4K 718 30
                                        

#Repost

Kala menatap foto Kiara yang sengaja ia cetak. Kemudian diletakkan di frame untuk dioajang di meja kerja. Sesekali, ia mengusap wajah Kiara di foto tersebut. Senyumnya selalu mengembang. Rasanya sudah tidak sabar menanti hari itu tiba.

"Hai, istriku~" Kala tertawa sendiri membayangkan ketika ia sudah menikah. Kemudian memanggil Kiara sebagai istri atau Mama untuk penyebutan anak-anak mereka nanti.

Kala menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi. Ia pun mengecek laporan yang diberikan pengawalnya dari Medan. Kala terbelalak membaca laporan tersebut. Tindakan Vanya tidak bisa dibiarkan. Kali ini, wanita itu harus benar-benar menerima hukuman atas perbuatannya. Setelah memberikan perintah ada bodyguardnya, Kala segera menghubungi Kiara. Kejadiannya ada di pagi hari. Tapi, Kala menghubungi Kiara saat sudah hampir sore.

Beberapa kali nada hubung terdengar. Wajah Kiara pun terlihat di layar.

"Sayang~" Kala mendekatkan wajahnya, menelusuri lekukan dan setiap inchi wajah Kiara.

"Hei, kamu kenapa?" Kiara terkaget-kaget.

"Kamu habis dicelakai lagi?" Kala menyipitkan matanya."Kali ini aku nggak bisa tinggal diam!"

"Vanya mau dorong aku ke tangga darurat. Terus aku spontan tarik dia. Dia jatuh terguling-guling dan keguguran. Saat ini kamu nggak bisa prises dia. Orangnya masih sakit, sayang." Kiara tidak akan menahan atau melarang Kala lagi. Vanya memang sudah sepantasnya mendapatkan hukuman. Tindakannya sudah membahayakan nyawa manusia.

"Ya~dia akan diproses kalau sudah keluar dari rumah sakit."Kala juga masih punya hati. Tidak mungkin ia memenjarakan wanita yang baru saja mengalami duka.

"Ya, lagi pula aku baik-baik aja. Justru dia yang kena musibah."

"Mana yang sakit?" Kala bertanya pada sang kekasih mengenai kondisinya. Walaupun sebenarnya ia juga sudah tahu.

Kiara menunjukkan tangannya."Ini, cuma terkilir aja kok. Kayaknya harus urut deh nanti malam."

Kala menatap Kiara sedih."Kamu pasti takut, ya? "

"Hmm~nggak kok."

"Kamu pasti kaget, ketakutan, terus~sakit." Kala menatap Kiara sedih. Ia sampai menyentuh layar ponselnya seakan-akan mengusap wajah sang kekasih."Sayang~jawab aku, sayang. Kamu sakit, iya, kan? Sayang? Sayang?"

"Kamu ngomong terus, gimana aku bisa jawab?"
Kiara tertawa geli. Kekasihnya itu ada-ada saja dan selalu menggemaskan.

"Aku khawatir. Duh, jadi pengen cubit pipi kamu. Kamu santai banget, sih, kayak nggak habis terjadi apa-apa." Kala menggerutu.

"Aku memang nggak apa-apa,"balas Kiara.

"Jadi, gimana? Masih mau lanjut kerja?"

"Aku udah ajukan pengunduran diri. Tapi, aku memang masih harus bolak-balik ke kantor. Ada yang harus diurus, sayang."

Kala memukul mejanya pelan. "Nggak boleh. Kita udah mau nikah. Kamu nggak boleh kerja lagi. Nanti kamu ketemu Gika yang mau cerai itu. Aku takut kamu luluh."

"Aku nggak akan mempedulikan Gika. Kita mau menikah, kan. Kamu yang tulus sayang sama aku."

"Jangan, sayang. Pokoknya jangan!" Kala tidak ingin dibantah. Segalanya bisa saja terjadi.Ia tidak boleh memberikan celah untuk kemungkinan tersebut."Nanti, aku suruh orang untuk urus itu. Kamu diam aja di rumah sampai kujadikan istri."

"Benarkah begitu?"

"Iya, sayang. Kamu nurut, ya, sama aku. Iya, ya? Mau, ya?"

"Kalau aku nggak mau gimana?" Kiara berniat bercanda. Ada kepuasan tersendiri ketika melihat Kala panik. Ya, sedikit jahat. Tapi, Kiara suka.

"Aku datang ke sana. Kuikat kamu di dalam rumah." Kala merengut."Apa susahnya berdiam di dalam rumah, sayang? Mau, ya?"

Kiara mengangguk lembut."Iya. Aku akan di rumah aja."

"Nah, itu baru. Aku sayang~"

"Aku juga sayang~"balas Kiara.

💗💗💗

Save the Date Where stories live. Discover now